Pejabat kementerian pendidikan Belanda mengatakan mereka akan membatasi kuliah dalam bahasa Inggris dan jumlah mahasiswa asing. Serikat pengajar BON mengeritik maraknya kuliah dalam bahasa asing.
Iklan
Bahkan jika "internasionalisasi pendidikan tinggi membawa nilai tambah ... harus selalu ada tempat bagi mahasiswa Belanda" kata sebuah laporan kementerian pendidikan yang dirilis hari Senin (4/5).
Selanjutnya disebutkan dalam laporan itu: "Klausul dalam perundang-undangan yang berkaitan dengan pilihan bahasa di pendidikan tinggi dan kejuruan harus direvisi." Perhatian lebih besar harus ditempatkan pada "aksesibilitas ke pendidikan bagi siswa Belanda", demikian disebutkan.
Protes dari serikat pengajar
Laporan tersebut muncul setelah serikat pengajar terbesar di Belanda, Beter Onderwijs Nederland (BON) memperingatkan bahwa jika kecenderungan kuliah dalam bahasa asing berlanjut, hal ini sama saja dengan bunuh diri bagi bahasa sendiri. BON menggugat dua universitas, University of Twente dan University of Maastricht, karena melaksanakan kuliah dalam bahasa Inggris "tanpa alasan yang legitim".
BON menuduh Twente University dan University of Maastricht telah melakukan "Anglicisation" dan dengan demikian turut membunuh bahasa Belanda karena dua program gelar master dalam bidang psikologi secara eksklusif hanya diberikan dalam bahasa Inggris.
10 Kampus di Jerman yang Hasilkan Lulusan Siap Kerja
10 universitas di Jerman yang menghasilkan lulusan siap kerja versi Times Higher Education. Di universitas-universitas tersebut, profesionalitas telah dibangun dalam pengajaran tiap jurusannya.
Foto: picture-alliance/dpa/DW
Kampus yang mengajarkan profesionalitas
Times Higher Education (THE) memiliki daftar 10 kampus di Jerman yang banyak menghasilkan lulusan siap kerja. Universitas-universitas terkemuka di Jerman tersebut mengedepankan profesionalitas saat proses belajar dan mengajar. Selain itu kerja sama dengan dunia industri dan tenaga pengajar yang unggul membuat alumni dari kampus-kampus ini banyak dibutuhkan pada bidang tertentu.
Foto: picture-alliance/dpa/DW
Freie Universität Berlin
Didirikan saat perang dingin pada tahun 1948 di Berlin barat, Freie Universität memiliki empat profesor yang telah mendapatkan penghargaan Nobel pada bidang literatur hingga ekonomi. Salah satu perpustakaan universitas tersebut, Perpustakaan Filologi, dirancang menyerupai bentuk otak manusia oleh arsitek asal Inggris Norman Foster.
Foto: picture-alliance/dpa/P. Zinken
Technische Universität Berlin
Didirikan pada tahun 1879, kampus Ini memiliki reputasi khusus dalam bidang teknik mesin, manajemen teknik, matematika dan kimia. TU Berlin juga memiliki banyak jurusan lain seperti ilmu proses, teknik elektro dan sistem transportasi. Kampus ini juga memiliki Institusi Inovasi dan Teknologi Eropa. Perpustakaan Sains-nya mengoleksi tiga juta jurnal yang bisa diakses langsung oleh para mahasiswa.
Foto: picture-alliance/dpa
Georg-August-Universität Göttingen
Kota Göttingen di Niedersachsen dikenal sebagai kota yang bersejarah. Di Georg-August-Universität, lebih dari 40 pemenang penghargaan Nobel telah melakukan penelitian, studi atau pengajaran. Kota Göttingen pun dijuluki "kota sains".
Dengan berbagai program master, terutama di bidang humaniora, lembaga ini memprioritaskan kreativitas mahasiswa dalam memperoleh pengetahuan metodologis.
Foto: AP
Karlsruher Institut für Technologie
Universitas ini terbilang baru, meski sudah memiliki aktivitas penelitian sebelum berdiri.
Didirikan pada tahun 2009, institut ini adalah penggabungan dari Universitas Karlsruhe dan Karlsruhe Research Center. Universitas ini sangat dihormati karena program sains komputernya dan menjadi salah satu institusi global teratas di daftar universitas anyar terbaik pada tahun 2017.
Foto: picture alliance/dpa/Uli Deck
Frankfurt School of Finance and Management
Didirikan pada tahun 1957, institusi ini mentereng di Jerman karena program administrasi bisnis dan teknologi informasi bisnisnya. "Lulusan program ini juga paling siap untuk memulai karir yang sukses," kata profesor Udo Steffens saat diwawancarai majalah bisnis Jerman Wirtschaftswoche, yang menaruh universitas tersebut di urutan keempat dalam bidang administrasi bisnis pada tahun 2015.
Foto: picture-alliance/dpa/A. Arnold
Humboldt-Universität zu Berlin
Pemikir berpengaruh seperti Karl Marx dan Friedrich Engels merupakan alumni kampus ini. Kampus ini adalah salah satu universitas paling bergengsi di Eropa dalam bidang seni dan humaniora. Pengaruh akademisnya dibuktikan dengan fakta bahwa kampus tersebut telah meluluskan tidak kurang dari 29 penerima penghargaan Nobel dalam bidang fisika, sastra dan ekonomi.
Foto: picture-alliance/dpa
Ruprecht-Karls-Universität Heidelberg
Universitas Heidelberg didirikan pada tahun 1386 dan merupakan institusi akademis tertua di Jerman. Lima kanselir Jerman telah mengenyam pendidikan di sini - termasuk Helmut Kohl, yang mengawal reunifikasi Jerman - dan juga pemikir berpengaruh seperti Hannah Arendt. Kampus di Baden-Württemberg ini memiliki keunggulan dalam jurusan ilmu genetika kejiwaan, fisika lingkungan dan sosiologi modern.
Foto: Fotolia/eyetronic
Johann Wolfgang Goethe-Universität Frankfurt am Main
Dinamai sesuai penulis Jerman, Johann Wolfgang von Goethe, universitas itu mengusung slogan "kampus internasional". Jurusan populer antara lain di bidang fisika, kedokteran, administrasi bisnis dan ekonomi.
Foto: picture alliance / dpa
Ludwig-Maximilians-Universität München
Juga dikenal sebagai LMU, didirikan pada tahun 1472. Alumni dan profesor ternama dari LMU adalah Paus Benediktus XVI, Werner Heisenberg dan pengarang drama Bertolt Brecht. Universitas ini unggul pada bidang ilmu pengetahuan alam seperti biologi dan fisika, sementara jurusan top lainnya adalah ilmu kedokteran dan ilmu ruang angkasa.
Foto: picture-alliance/dpa/A. Gebert
Technische Universität München
Terletak di ibukota Bavaria, kampus tersebut memiliki kerjasama dengan industri besar seperti Siemens dan BMW. Para ilmuwan di kampus itu telah membuat 165 penemuan pada tahun 2014, 69 hak paten diajukan pada tahun 2015 dan lebih dari 800 start-up telah diluncurkan oleh mahasiswa dan staf selama dekade terakhir. yp/hp (thelocal.de)
Foto: TU München / Albert Scharger
11 foto1 | 11
65 persen jurusan S1 di negara kincir angin itu memberi kuliah dalam bahasa Belanda, namun untuk jurusan S2 hanya tinggal 15 persen kuliah dilaksanakan dalam bahasa Belanda. 25 persen yang meraih S2 di Belanda adalah warga asing. Mahasiswa internasional memang tertarik untuk kuliah di Belanda karena sebagian besar program master yang diajarkan dalam bahasa Inggris.
Masyarakat yang terbuka
Tetapi Menteri Pendidikan Ingrid van Engelshoven memperingatkan agar masyarakat tidak terlalu terpaku hanya melihat diri sendiri.
"Saya mewakili masyarakat Belanda yang terbuka, di mana kita berani melampaui batas-batas," katanya.
"Kita tidak boleh membiarkan diri kita ditakut-takuti oleh cerita-cerita di mana internasionalisasi digambarkan sebagai sesuatu yang negatif yang membanjiri kita," tambahnya.
Menanggapi kritik dari BON Ingrid Van Engelshoven mengatakan, dia ingin memastikan bahwa program kuliah berbahasa Inggris di universitas-universitas ditawarkan karena alasan kuat, seperti menambah nilai perkuliahan dan dan memberikan manfaat bagi pasar kerja.
Bahasa Belanda digunakan oleh sekitar 22 juta orang di seluruh dunia dan merupakan bahasa resmi di Belanda, Belgia, Suriname dan Kepulauan Antilles.
Ketika Kaum Lansia Thailand Kembali ke Sekolah
Kaum lansia di Thailand berbondong-bondong kembali ke sekolah dan belajar bersama teman sebaya. Program unik ini digagas untuk mengusir rasa sepi lantaran banyak lansia yang hidup sendiri setelah ditinggal keluarga.
Foto: Reuters/A. Perawongmetha
Kembali ke Sekolah
Mengenakan seragam baru berwarna merah putih, sekelompok lansia berusia 60an tahun pergi ke sekolah menumpang minibus layaknya murid pada umumnya. Banyak kaum lansia di Thailand yang mengikuti program kembali ke sekolah untuk menghindari kesendirian menyusul pergeseran demografi yang mengubah struktur keluarga.
Foto: Reuters/A. Perawongmetha
Sendiri Tanpa Keluarga
Perubahan demografi di kawasan pinggiran Thailand menempatkan kaum lansia dalam posisi yang tak nyaman. Biasanya kaum lansia tinggal dan diurus oleh anak dan cucunya. Namun untuk mencari kerja banyak keluarga muda yang meninggalkan kampung halaman dan hijrah ke kota. Derasnya arus migrasi memaksa sebagian lansia hidup sendiri tanpa keluarga.
Foto: Reuters/A. Perawongmetha
Menua dalam Separuh Abad
Setelah Cina, negeri gajah itu mencatat laju penuaan demografi tercepat di kawasan. Saat ini Thailand memiliki 7,5 juta penduduk yang berusia di atas 65 tahun, sekitar 13% dari total populasi. Angka tersebut akan melonjak hingga 17 juta manusia pada 2040. Perkembangan ini memaksa pemerintah mengambil sejumlah kebijakan buat memperbaiki kondisi hidup para lansia.
Foto: Reuters/A. Perawongmetha
Industrialisasi Ubah Struktur Keluarga
Meski antara lain disebabkan membaiknya layanan kesehatan gratis dan meningkatnya tingkat harapan hidup, fenomena di Thailand juga punya sisi muram. Menyusutnya angka kelahiran juga bertanggungjawab atas pergeseran demografi. Jika pada 1960an rata-rata perempuan di Thailand memiliki enam anak, kini jumlahnya hanya 1,5.
Foto: Reuters/A. Perawongmetha
Bebas Stres di Sekolah
Agar tidak kesepian, para lansia ini mengunjungi kelas bahasa Inggris seminggu sekali selama 12 pekan. Selain itu mereka juga ikut berlatih senam kebugaran. Adapun seragam sekolah yang dikenakan menambah kesan nostalgia terhadap program unik tersebut. "Hidup sehari-hari saja sudah sangat stres," kata Coochart Supkerd yang berusia 63 tahun kepada Reuters.
Foto: Reuters/A. Perawongmetha
Teman Lawan Kesepian
"Kalau saya pergi sekolah, saya berdandan dan bertemu teman. Kami ngobrol dan tertawa bersama," kata Somjit Teeraroj, perempuan berusia 77 tahun yang ditinggal mati suaminya setelah 40 tahun usia pernikahan. Ia mengatakan aktivitas bersekolah membantunya berdamai dengan kehidupan baru seorang diri.
Foto: Reuters/A. Perawongmetha
"Bangga" pada Pengetahuan Baru
Sekolah di Ayutthaya, sekitar 80 km, dari Bangkok, adalah satu dari sekian banyak lembaga pendidikan yang ikut serta dalam program pendidikan kaum lansia yang digagas pemerintah Thailand. "Saya mungkin akan kembali merasa kesepian tapi saya juga bangga terhadap sekolah dan bahwa saya mendapat pengetahuan baru di kelas," kata Coochart Supkerd. (rzn/yf: Reuters)