1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Ekonomi

Belanja Digital dengan Bitcoin

Marc von Lüpke25 April 2013

Mata uang virtual bitcoin semakin digemari. Namun, dapatkah bitcoin diterima untuk pembayaran transaksi online?

BERLIN, GERMANY - APRIL 11: A sticker on the window of a local pub indicates the acceptance of Bitcoins for payment on April 11, 2013 in Berlin, Germany. Bitcoins are a digital currency traded on the MTGox exchange, and the value of the virtual money fluctuated from USD 260 per bitcoin down to USD 130 per bitcoin yesterday and recovered somewhat in trading today. (Photo by Sean Gallup/Getty Images)
Foto: Getty Images

Membeli bir biasanya dibayar dengan uang, namun tidak demikian di sejumlah cafe di Berlin yang juga menerima pembayaran dengan uang elektronik, "bitcoin". Uang virtual ini tidak berbentuk koin maupun lembaran. Bitcoin adalah produk murni dunia maya. Setiap satuan bitcoin terdiri dari hanya beberapa kalimat dari bahasa terprogram. Sejumlah perusahaan online menerima bitcoin sebagai mata uang pembayaran, dan jumlahnya kini semakin meningkat. Dengan bitcoin orang juga bisa menyumbang misalnya untuk organisasi perlindungan alam Jerman BUND.

Di tempat-tempat perdagangan, uang virtual ini sangat diminati, namun saat ini investasi dalam sektor ini diuji ketahanannya. Awal April lalu nilai tukar untuk sebuah bitcoin (BTC) anjlok dari 200 menjadi 90 dollar AS. Tapi terkait perkembangan untuk jangka panjang, BTC masih merupakan bisnis yang lumayan baik. Setahun yang lalu nilai tukar BTC masih berkisar lima dollar.

Masalah kepercayaan

Erik Hölzl, Universität zu KölnFoto: privat

Naik daunnya bitcoin merupakan dampak langsung dari krisis ekonomi global. "Mata uang hidup dari kepercayaan pada lembaga yang berdiri di belakangnya", kata psikolog ekonomi Erik Hölzl dari Köln. Saat ini kepercayaan pada mata uang konvensional menurun sekali. Zona Euro terjebak dalam krisis berkelanjutan. Ketakutan atas inflasi yang melambung semakin membesar.

Bagi bitcoin semuanya ini tidak bermasalah. "Bitcoin menarik karena jumlah peredaran terbatas", ujar Ulrich Leuchtmann, pakar devisa dari Commerzbank. Maksimal 21 juta bitcoin yang dapat dikeluarkan. Lebih dari itu tidak dapat dilaksanakan oleh sistem algoritma yang memproduksi bitcoin. Hingga sekarang sekitar separuh dari jumlah itu telah dikeluarkan. Tahun 2008, ide menciptakan mata uang virtual dan setara dengan mata uang konvensional, muncul di lingkungan sejumlah peretas. Setahun kemudian lahirlah bitcoin pertama.

Uang buatan sendiri

Tak satu baik pemerintahan maupun bank sentral yang punya pengaruh terhadap penerbitan dan penyebaran bitcoin. Sebaliknya, setiap pengguna computer dapat membuat bitcoin sendiri. Yang diperlukan hanya sebuah computer dengan kekuatan besar dan jalur internet. "Ini adalah mekanisme sangat cerdik", ujar Andreas Bogk, anggota Chaos Computer Club, persatuan peretas Eropa yang terbesar. Semua prosesor yang berhubungan dengan jaringan bitcoin berusaha menyelesaikan hitungan-hitungan yang sangat pelik. Computer yang dapat menyelesaikan hitungan paling cepat "memproduksi" bitcoin secara digital. Masyarakat jaringan membutuhkan sekitar 10 menit untuk 25 bitcoin. Proses ini disebut "mining" atau menambang.

Dompet virtual

Foto: Getty Images

Tentu orang bisa memperoleh bitcoin dengan cara lain. Misalnya di Jerman melalui situs bitcoin.de. Pemiliknya Oliver Flaskämper menjelaskan: "Bitcoin.de adalah pasar tempat jual beli bitcoin. Untuk itu kami menerima uang perantara." Pembelian bitcoin dibayar dengan Euro atau dollar.

Sesudah itu, bitcoin berada di dompet virtual pemiliknya. Namun dompet digital ini merupakan titik kelemahan dari sistem. Andreas Bogk berlanjut: "Proses bitcoin sendiri sebenarnya relatif aman. Namun lain dengan prosesor, tempat menyimpan bitcoin." Serangan peretas dan pencurian sudah berulang kali terjadi pada computer pribadi dan bursa-bursa online.

Adakah masa depan bagi mata uang virtual?

Banyak penggemar yang kecewa melihat turun naiknya nilai tukar bitcoin pekan-pekan terakhir. Prognosanya pun sulit, sementara modal terpentingnya adalah kepercayaan. Masa depannya juga sangat tergantung pada berapa banyak perusahaan yang menerima bitcoin sebagai sarana pembayaran. Pakar psikologi ekonomi, Erik Hölzl mengatakan, pembayaran dengan bitcoin menunjukkan bahwa pemiliknya lebih bersedia menanggung risiko dan tidak terlalu hati-hati dengan pengeluarannya.

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait