Belarus semakin diasingkan ketika jiran di Eropa mulai menutup pintu perbatasan karena potensi ancaman tentara bayaran Wagner. Tapi penutupan tersebut dihawatirkan menciptakan ongkos kemanusiaan yang tinggi.
Iklan
Satu per satu pintu perbatasan menuju Belarus ditutup oleh jiran di barat. Setelah Lituania menutup dua dari enam titik perlintasan, Latvia dan Polandia menyiapkan langkah serupa, kata seorang pejabat kepada DW.
Ketiga negara Uni Eropa merespons keberadaan tentara bayaran Wagner di Belarus. "Keputusan ini merupakan langkah pencegahan untuk mencegah ancaman nasional dan kemungkinan adanya provokasi di perbatasan,” kata Menteri Dalam Negeri Lituania, Agne Bilotaite, pekan lalu.
"Kebijakan kami memungkinkan petugas perbatasan membagi ulang kapasitasnya dan fokus pada penjagaan perbatasan.”
Otoritas Belarus sebaliknya mengecam penutupan perbatasan oleh Lituania sebagai tindak "yang tidak konstruktif dan tidak bersahabat.” Dalam sebuah unggahan di media sosial pada pekan lalu, badan yang mengurusi perbatasan Belarus menuduh jirannya itu "secara sengaja membangun hambatan di perbatasan demi ambisi politik.”
Feminin, Demo, Penjara - Perjuangan Perempuan Belarus
Selama berbulan-bulan, perempuan turun ke jalan di Minsk, menuntut demokrasi. Sebuah pameran di Lithuania berjudul "Masa Depan Belarusia, Didorong oleh Perempuan" menampilkan foto-foto protes tersebut.
Foto: Volha Shukaila/TUT.BY
Demo dengan bunga
Selama berbulan-bulan, perempuan di Belarus telah menuntut demokrasi dan pengunduran diri presiden Alexander Lukashenko. Nadia, wanita muda yang menatap mata polisi, menghabiskan 10 hari di penjara, menurut deskripsi gambar di pameran "Masa Depan Belarus, Didorong oleh Perempuan," di Vilnius, Lithuania.
Foto: Iryna Arakhouskaya
Gaya feminin
Banyak wanita memilih untuk menekankan feminitas mereka dalam pawai. Foto dalam pameran ini menunjukkan Anna (kiri) berusia 24 tahun, bersama dua remaja putri lainnya. Anna mengenakan gaun pengantin dan kerudung yang dikenakan ibunya saat menikah 26 tahun lalu. Lukashenko telah menjadi presiden Belarus selama seluruh periode itu. Foto itu diambil oleh fotografer Nadia Buzhan.
Foto: Nadia Buzhan
300 penangkapan dalam satu hari
Diambil pada 19 September 2020, foto ini menunjukkan polisi menangkap dan menyeret pengunjuk rasa. Museum di Vilnius mengatakan bahwa menurut kelompok hak asasi manusia, 300 orang ditangkap oleh polisi pada hari ini ketika "Woman's March" berlangsung.
Foto: Iryna Arakhouskaya
Tua dan muda
Terlepas dari penangkapan dan ancaman, wanita dari segala usia berpartisipasi dalam pawai. Mereka memakai warna putih dan merah, warna Belarus. Pasukan keamanan telah mengerahkan meriam air dan pentungan untuk melawan para pengunjuk rasa.
Foto: MO Museum/Rytis Seskaitis
Dibungkam?
Museum MO di Vilnius menggelar pameran dengan tujuan mendukung gerakan demokrasi di negara tetangga. Dalam pernyataan persnya, Wali Kota Vilnius, Remigijus Simasius, mengatakan bahwa kota tersebut berfungsi sebagai "tempat berlindung" bagi warga Belarus.
Foto: Volha Shukaila/TUT.BY
Suara dari eksil
Pemimpin oposisi Belarus Svetlana Tikhanovskaya mengirimkan kata-kata dukungannya. "Pameran ini didedikasikan untuk wanita dari Belarus. Kami memiliki tujuan yang sama: membawa kebebasan dan supremasi hukum kembali ke Belarus. Wanita berada di garis depan dalam perjuangan ini. Seperti banyak wanita lainnya, perjuangan ini adalah pertarungan pribadi untuk saya."
Foto: Volha Shukaila/TUT.BY
Pameran terbuka saat lockdown
Karyawan di museum MO Vilnius telah menemukan cara untuk menunjukkan gambar-gambar protes meskipun museum resminya tutup karena lockdown COVID. Foto-foto tersebut diproyeksikan di dinding luar museum sehingga semua orang dapat melihatnya.
Foto: MO Museum/Rytis Seskaitis
Ciuman demokrasi
Semua foto diambil oleh jurnalis wanita Nadia Buzhan, Darya Burakina, Iryna Arakhouskaya, Volha Shukaila dan Viyaleta Sauchyts. Dengan cara ini, museum ingin fokus pada perempuan. "Wanita telah menjadi simbol protes damai di Belarus. Mereka dengan berani memprotes pemerintah patriarkal dan kekerasan." (vlz/hp)
Foto: MO Museum/Rytis Seskaitis
8 foto1 | 8
Spiral kemunduran diplomasi
Giselle Bosse, peneliti Belarus di Universitas Maastricht, Belanda, mengatakan ketegangan teranyar merupakan bagian dari "spiral kemunduran” dalam relasi dengan Uni Eropa.
Iklan
Namun begitu, penutupan perbatasan oleh Polandia dan Lituania juga dikritik kelompok Hak Asasi Manusia. "Saya sering menerima laporan mengkhawatirkan tentang tindak kekerasan dan pelanggaran HAM terhadap kaum migran, termasuk di antaranya aparat Lituania memaksa pengungsi kembali ke Belarus,” tulis Komisaris HAM UE, Dunja Mijatovic, dalam laporannya awal tahun ini.
Komisi Eropa menegaskan setiap negara anggota "diwajibkan menjamin akses yang efektif bagi perlindungan internasional” untuk para pencari suaka. Tapi Bosse menilai, Brussels tidak banyak berbuat untuk mencegah pelanggaran.
"Perhitungan geopolitis memang adalah hal serius. Tapi sejauh mana Anda bersiap berkorban, bahwa di perbatasan kita tiba di situasi di mana kita melanggar prinsip fundamental hak asasi manusia?,” tukasnya.
Protes Menentang Invasi ke Ukraina Menggema di Kota-kota di Rusia
Meski berisiko ditangkap, orang-orang di beberapa kota di Rusia turun ke jalan untuk memprotes operasi militer Rusia ke Ukraina.
Foto: ANTON VAGANOV/REUTERS
Menentang invasi Rusia ke Ukraina
Di Saint Petersburg, ratusan orang berkumpul Kamis (24/02) malam untuk memprotes invasi ke Ukraina. Kerumunan itu berteriak-teriak agar dihentikannya serangan. Banyak orang Rusia memiliki hubungan dekat dengan Ukraina, termasuk mereka yang memiliki anggota keluarga di seberang perbatasan.
Foto: ANTON VAGANOV/REUTERS
Polisi merespons cepat
Meskipun ada larangan protes dan ancaman hukuman keras, menurut para aktivis di 44 kota diselenggarakan demonstrasi. Dalam banyak kasus, seperti di sini di Moskow, polisi datang dan melakukan penangkapan.
Foto: EVGENIA NOVOZHENINA/REUTERS
Protes dan penangkapan
Aktivis mengatakan lebih dari 1.700 orang ditahan selama berlangsungnya aksi protes. Gambar ini menunjukkan pemandangan di Moskow, di mana orang-orang berkumpul di Lapangan Pushkin di pusat kota.
Foto: DENIS KAMINEV/REUTERS
Solidaritas dengan Ukraina
"Tarik mundur pasukan!" Itulah yang tertulis di plakat yang dipegang oleh perempuan muda di Saint Petersburg ini.
Foto: ANTON VAGANOV/REUTERS
Polisi menahan pengunjuk rasa
Pihak berwenang telah menggunakan isu pandemi COVID-19 sebagai pembenaran untuk melarang demonstrasi. Tapi saksi mata telah memfilmkan dan mendokumentasikan tindakan kekerasan polisi.
Foto: ANTON VAGANOV/REUTERS
Menolak dalam tahanan
Salah satu pengunjuk rasa menunjukkan tanda perdamaian yang digambar di punggung tangannya — sementara dia ditahan di truk polisi. (ap/yp)
Foto: Anton Vaganov/REUTERS
6 foto1 | 6
Terkurung di pusara konflik
Penutupan perbatasan Uni Eropa berpotensi menyulitkan warga normal Belarus untuk berpergian ke luar negeri. Hal ini menyulitkan anggota kelompok oposisi untuk melarikan diri, jika menjadi buronan politik.
Sementara bagi pengungsi dari luar Eropa, alternatif lain adalah melintasi Ukraina yang berisiko tinggi. Sebagian pihak sebabnya mengkhawatirkan besarnya ongkos kemanusiaan akibat penutupan sebagian perbatasan UE.
Namun begitu, anggota parlemen Eropa dari Lituania, Rasa Jukneviciene, mengatakan opsi visa kemanusiaan masih terbuka bagi pencari suaka.
Terlebih, UE ingin memperkuat dukungan bagi kelompok pro-demokrasi Belarus yang dibidik rejim autoriter di Minsk sejak aksi protes massal tahun 2020 silam.
Kepada DW, seorang juru bicara Komisi Eropa mengatakan UE "berpihak kepada warga Belarus selama mungkin untuk menuju negeri yang merdeka, demokratis dan makmur,” kata dia.
Peneliti Belarus di Belanda, Giselle Bosse, mewanti-wanti, ketegangan antara UE dan Belarus belum akan mereda, terutama selama menjelang pemilu di Polandia dan perang di Ukraina yang terus berkecamuk.
"Saya sama sekali tidak meihat adanya deeskalasi. Apa yang saya takutkan pada eskalasi kali ini adalah tindak provokasi oleh Rusia melalui Belarus dalam suasana yang sudah sangat menegangkan, itu lah yang saya khawatirkan.” rzn/hp