Lüttich Amoklauf Schock
14 Desember 2011Belgia tersentak. Para pemimpin bergegas mendatangi Liege. Selasa malam (13/12), Raja Albert II dan Ratu Paola datang ke lokasi dimana serangan berdarah terjadi beberapa jam sebelumnya. Begitu pula PM baru Belgia Elio di Rupo. Dalam konferensi pers ia mengatakan, apa yang terjadi di Liege adalah tindakan barbar. Di Rupo menegaskan, kejadian itu bukan aksi teroris.
“Seluruh negeri merasakan penderitaan para korban. Ini aksi individu, bukan aksi teroris ataupun serangan teroris. Syok yang dialami rakyat dapat dipahami. Kami juga merasakannya", kata di Rupo.
Pernyataan di Rupo, yang baru sepekan menjabat PM Belgia, dikuatkan Jaksa Penuntut Liege Danielle Reynders. Dalam konferensi pers hari Rabu (14/12) Reynders mengatakan, setelah dilakukan penyelidikan terhadap rumah pelaku, Nordine Amrani, terorisme dapat dihapus sebagai pendorong motivasi.
Tak asing bagi polisi
Dalam penyelidikan polisi menemukan mayat seorang perempuan berusia 40 tahunan di sebuah gudang dekat kediaman Amrani. Kuat dugaan, pelaku membunuh perempuan itu terlebih dulu, sebelum pergi ke pusat kota lalu menembakkan senapan mesin dan meledakkan granat ke kerumunan orang.
Tiga orang tewas, termasuk bayi perempuan berusia 17 bulan. Lebih dari 120 orang luka-luka, beberapa kritis. Di luar korban tewas dan luka, sekitar 40 orang harus dirawat karena trauma psikologis.
Nordine Amrani lalu mengakhiri hidupnya sendiri. Menurut Jaksa Reynders, petugas koroner menerangkan bahwa ia menembak dirinya sendiri di dahi. Pernyataan itu menghapus spekulasi bahwa pelaku mungkin tidak sengaja tewas ketika granat ke-empat yang ia bawa meledak. Polisi menemukan di dalam tasnyasembilan magazine beserta senapan mesin, pistol dan sejumlah granat.
Sampai kini belum diketahui apa yang memotivasi Nordine Amrani, pria 33 tahun, penduduk kota Liege untuk melakukan serangan. Ia tidak meninggalkan pesan apapun, kata Jaksa Reynders. Tetapi ia bukan orang asing bagi polisi kota itu:
"Ia dikenal di kepolisian karena sebelumnya pernah ditahan akibat kepemilikan ilegal senjata api, memperdagangkan barang curian dan obat bius", kata Reynders.
Sangat tenang
Amrani baru satu tahun dibebaskan bersyarat. Ia diperintahkan datang ke kantor polisi Selasa pagi, untuk ditanyai dalam kasus penganiayaan seksual. Tapi ia tidak muncul.
Menurut petugas, Amrani meninggalkan rumahnya pagi itu dengan tas punggung, bersenjatakan granat tangan, pistol dan senapan mesin. Ia berjalan sendirian ke lapangan Saint Lambert di pusat kota, memanjat atap sebuah toko roti, melemparkan tiga granat tangan ke dekat halte bis, lalu memuntahkan peluru ke kerumunan orang.
Bagaimana ia bisa memiliki senjata, belum bisa dijawab pihak keamanan. Seorang juru bicara polisi mengatakan, dalam banyak pelanggaran hukum yang dilakukan Amrani, stabilitas mentalnya tak pernah dipermasalahkan. Seorang bekas pengacaranya mengatakan, Amrani adalah orang yang sangat tenang.
Renata Permadi/afp,dpa,rtr
Editor: Hendra Pasuhuk