Bagaimana Cina Membingkai Citra Positif Tangani Corona
William Yang
17 Maret 2020
Semakin menurunnya jumlah kasus baru COVID-19 di Cina, para ahli mengatakan semakin gencar pula propaganda Cina meningkatkan citra positif negaranya di mata internasional dan sistem otoriter Cina dianggap lebih baik.
Iklan
Pada Senin (16/3), kantor berita Xinhua milik pemerintah Cina menerbitkan tulisan opini yang menekankan bahwa Cina telah menerapkan ‘‘langkah-langkah pencegahan yang paling komprehensif, paling ketat dan paling teliti‘‘ untuk memerangi wabah virus corona (SARS-CoV-2).
Artikel itu mengklaim bahwa Cina telah membuat kemajuan luar biasa dalam penanggulangan virus, dan kehidupan masyarakat kembali normal secara bertahap. Artikel itu juga menyoroti bahwa Cina mengirim pakar medis ke luar negeri, salah satunya ke Italia, untuk membantu negara-negara lain menangani wabah ini.
Karena jumlah kasus baru terkait COVID-19 yang dikonfirmasi di Cina terus menurun, pemerintah negara itu tengah berusaha mempromosikan sebuah citra positif melalui propaganda yang menunjukkan bahwa Cina kini memiliki kondisi sosial yang stabil.
Pekan lalu, Presiden Cina Xi Jinping mengunjungi kota Wuhan, yang menjadi lokasi wabah virus corona pertama kali muncul, untuk menunjukkan kepada masyarakat Cina bahwa yang masa-masa buruk sudah berakhir. Sekarang Cina ingin menunjukkan kepada dunia bahwa mereka telah berhasil "mengalahkan" virus corona.
Cina membentuk ulang citranya
Maria Repnikova, seorang ahli komunikasi politik Cina di Universitas Negeri Georgia di Amerika Serikat (AS), mengatakan bahwa Partai Komunis Cina (CCP) sebelumya berada di bawah tekanan publik yang sangat besar sejak wabah dimulai.
"CCP juga menggunakan narasi 'menang melawan virus' sebagai kesempatan untuk memoles citra global Cina sebagai negara kuat yang bertanggung jawab, yang mampu menahan bencana terberat, serta menggunakan pengalaman ini untuk membantu negara lain memerangi virus corona," ujar Repnikova kepada DW.
Repnikova mengatakan bahwa Cina sebelumnya menerima kritik keras dari media barat dan para politisi tentang cara negara komunis itu menangani wabah corona pada tahap awal.
Namun, sekarang Cina mengambil kesempatan untuk membentuk kembali narasi itu dengan menyatakan bahwa Cina telah menang melawan pandemi virus corona.
"Ini adalah kesempatan tepat bagi CCP untuk mengubah narasi ‘pembuat onar‘ menjadi narasi pemimpin global yang berjuang melawan pandemi," kata Repnikova.
"Saya pikir sebagian upaya Cina telah membuahkan hasil, karena organisasi internasional seperti WHO telah memuji langkah-langkah Cina, dan banyak narasi media barat telah bergeser dari yang semula mengritik Cina kini berubah menjadi yang bisa dipelajari atau dicontoh.‘‘
Meski demikian, Repnikova mengatakan bahwa beberapa orang mengritik ‘‘nuansa perayaan‘‘ yang dibuat Cina, yang menunjukkan seakan-akan Cina telah menang melawan virus corona, karena apa yang akan terjadi selanjutnya dengan virus ini tetap tidak dapat diprediksi.
Semua tentang ‘stabilitas nasional‘
Selain menciptakan citra internasional yang lebih baik, banyak ahli berpikir bahwa tujuan propaganda Cina secara keseluruhan adalah untuk menjaga stabilitas sosial di dalam negeri.
Yun Jiang, direktur Pusat Kebijakan Cina di Australia, mengatakan bahwa publik menolak usulan kampanye ‘‘rasa syukur‘‘ yang meminta orang-orang di Wuhan untuk berterima kasih kepada CCP atas pekerjaannya dalam memerangi wabah tersebut.
Menurut Yun, tanggapan negatif itu membuat pemerintah Cina menerapkan strategi baru, yakni Presiden Xi menyatakan ‘’terima kasih’’ kepada semua orang yang terkena dampak wabah virus corona selama perjalanannya ke Wuhan.
"Sangat mungkin bahwa ini adalah strategi baru yang sedang dicoba pemerintah Cina untuk tujuan propaganda," kata Jiang kepada DW. "Strategi baru ini telah menghasilkan lebih banyak reaksi positif dari orang-orang Cina."
"Meskipun masih ada banyak ketidakpuasan terhadap cara pemerintah Cina menangani krisis, orang-orang di luar provinsi Hubei secara umum merasa bahwa di Cina segala sesuatunya berada di bawah kendali, sementara keadaan di seluruh dunia mulai kacau balau," kata Jiang.
Jiang menambahkan saat seluruh dunia berjuang menemukan solusi yang tepat untuk mengatasi wabah, kritikan terhadap pemerintah Cina semakin berkurang.
"Ketika pemerintah negara lain berjuang untuk mengatasi wabah itu, orang-orang Cina sekarang berpikir mungkin itu bukan masalah baru bagi Cina," kata Jiang.
Ditolong oleh Cina?
Ketika pusat penyebaran virus corona telah bergeser dari Cina ke Eropa, media yang dikelola pemerintah Cina juga mulai secara aktif melaporkan tentang negaranya yang telah mengirim pakar medis ke negara lain untuk membantu memerangi virus corona.
Jiang mengatakan Cina ingin menunjukkan kepada dunia bahwa sistem pemerintahannya lebih baik dalam menangani krisis daripada demokrasi liberal di Barat.
"Dalam situasi seperti ini, model manajemen top-down (pemimpin yang menentukan langkah) akan diadopsi. Kasus ini telah memberi Cina kesempatan untuk menunjukkan keunggulan model otoriter," kata Jiang, seraya menambahkan bahwa mengirim para ahli ke luar negeri adalah cara yang baik untuk menunjukkan bahwa orang Cina adalah "warga dunia yang baik."
Repnikova menunjukkan bahwa Cina telah berhasil mengubah narasi yang semula "korban" menjadi "guru" atau "pemimpin".
Cina membalikkan narasi dengan mengubur kisah-kisah negatif dengan cerita-cerita baru tentang kekuatan dan komitmen Cina terhadap masyarakat internasional.
"Saya pikir ini memberi tahu kita bahwa kepemimpinan Cina ingin menggunakan setiap kesempatan yang tersedia untuk membentuk citra positif negaranya," kata Repnikova. "Saya berharap melihat lebih banyak tim dan pasokan Cina dikirim ke ‘zona krisis utama‘ saat penyebaran virus terus muncul."
Perjalanan Panjang Virus Corona Jenis Baru yang Gegerkan Dunia
Kurang dari sebulan, wabah virus corona jenis baru (2019-nCoV) telah dinyatakan sebagai darurat kesehatan global. Lebih dari 50 juta warga Cina dikarantina, para ilmuwan masih berjuang temukan vaksin.
Foto: Reuters/Antara Foto
Virus mirip pneumonia menyerang Wuhan
Pada 31 Desember 2019, Cina memberi tahu WHO tentang serangkaian infeksi pernapasan di Kota Wuhan yang berpenduduk 11 juta orang. Virus tersebut diduga berasal dari sebuah pasar makanan laut, yang kemudian dengan cepat ditutup oleh pemerintah Cina. Awalnya, sekitar 40 orang dilaporkan terinfeksi.
Foto: Imago Images/UPI Photo/S. Shaver
Virus corona jenis baru berhasil diidentifikasi
7 Januari 2020, para ilmuwan Cina mengumumkan telah mengidentifikasi virus corona jenis baru yang menjadi penyebab serangkaian infeksi pernapasan di Wuhan. Sama seperti flu biasa dan SARS, virus tersebut juga termasuk dalam keluarga coronavirus. Virus jenis baru itu sementara dinamai 2019-nCoV. Gejalanya meliputi demam, batuk, kesulitan bernapas, dan radang paru-paru.
Foto: picture-alliance/BSIP/J. Cavallini
Kematian pertama di Cina
Pada 11 Januari, Cina mengumumkan kematian pertama yang disebabkan oleh virus corona jenis baru. Seorang pria berusia 61 tahun yang diketahui telah berbelanja di pasar Wuhan meninggal karena komplikasi pneumonia.
Foto: Reuters/Str
Virus sampai ke negara-negara tetangga
Pada hari-hari berikutnya, negara-negara seperti Thailand dan Jepang mulai melaporkan kasus infeksi pada warganya yang diketahui pernah mengunjungi pasar yang sama di Wuhan. Pada 20 Januari, tiga orang dilaporkan meninggal di Cina, sementara lebih dari 200 orang dilaporkan telah terinfeksi virus corona jenis baru ini.
Foto: Reuters/Kim Kyung-Hoon
Menular dari manusia ke manusia
Hingga pertengahan Januari, para ilmuwan masih berjuang untuk mencari tahu bagaimana virus ini menyebar ke manusia. Keluarga virus corona adalah zoonotic, artinya virus ditularkan dari hewan ke manusia - beberapa jenis virus dapat ditularkan melalui batuk dan bersin. Baru kemudian pada 20 Januari, otoritas Cina mengonfirmasi bahwa virus dapat ditularkan dari manusia ke manusia.
Foto: picture-alliance/YONHAPNEWS AGENCY
Jutaan orang dikarantina
Pemerintah Cina menutup Kota Wuhan pada 23 Januari untuk membatasi penyebaran virus corona. Rumah sakit baru untuk merawat pasien pun mulai dibangun. Sampai pada 24 Januari, lebih dari 830 orang dilaporkan terinfeksi dan setidaknya 26 orang dinyatakan meninggal. Pemerintah kemudian memperluas karantina ke 13 kota lain. Langkah ini berdampak terhadap setidaknya 36 juta jiwa.
Foto: AFP/STR
Virus corona capai Eropa!
Pada 24 Januari, otoritas Prancis melaporkan 3 kasus virus corona baru di daerah perbatasannya. Temuan ini menjadi tanda kemunculan virus tersebut di Eropa. Beberapa jam setelah Prancis, Australia juga melaporkan bahwa empat orang warganya telah terinfeksi virus corona baru tersebut.
Foto: Getty Images/X. Chu
Liburan Tahun Baru Imlek diperpanjang
Tahun Baru Imlek di Cina dimulai dengan perayaan sederhana pada 25 Januari. Jutaan orang dilaporkan bepergian dan ikut ambil bagian dalam perayaan publik tersebut. Para pejabat membatalkan acara-acara besar untuk mengatasi wabah ini. Di akhir Januari, ada 17 kota di Cina dengan 50 juta penduduk dikarantina. Libur Imlek diperpanjang tiga hari untuk membatasi arus populasi.
Foto: picture-alliance/dpa/S. Mortagne
Perbatasan dengan Mongolia, Hong Kong dan Rusia bagian timur ditutup
Kamboja mengonfirmasi kasus pertamanya, sementara Mongolia menutup perbatasannya bagi kendaraan dari Cina. Rusia juga menutup perbatasan dengan Cina di tiga wilayah bagian timur. Kerugian terhadap pariwisata global ditaksir mencapai miliaran dolar sementara harga minyak turut anjlok. Jumlah korban tewas meningkat menjadi 41, lebih dari 1.300 orang terinfeksi di seluruh dunia - kebanyakan di Cina.
Foto: Reuters/C. G. Rawlins
Jerman laporkan kasus virus corona pertama
Pada tanggal 27 Januari, Jerman mengumumkan kasus virus corona pertamanya. Pasien adalah seorang pria berusia 33 tahun di Bayern yang disebut terkena virus selama pelatihan di tempat kerja dengan seorang rekan dari Cina. Pria tersebut ditempatkan dalam karantina dan observasi di sebuah rumah sakit di München. Hari berikutnya, tiga rekannya juga dilaporkan terinfeksi virus yang sama.
Foto: Reuters/A. Uyanik
Indonesia bebas virus corona
Pada 27 Januari, sejumlah kementerian menggelar rapat koordinasi di Kementerian Perhubungan. Pemerintah Indonesia resmi melarang penerbangan dari dan menuju Wuhan, namun masih membolehkan penerbangan dari kota-kota lain di Cina. Menteri Kesehatan mengatakan Indonesia masih bebas dari virus corona jenis baru dan mengimbau masyarakat untuk jaga imunitas tubuh. 243 WNI di Wuhan juga dinyatakan sehat.
Foto: Ministry of Transportation/D. Pieterz-Kemenhub
Evakuasi internasional dimulai
Pada 28 Januari, Jepang dan AS menjadi negara pertama yang mengevakuasi warganya keluar dari Wuhan. Australia dan Selandia Baru mengatakan bahwa mereka juga akan mengirim pesawat untuk membawa pulang warganya. Kasus virus corona secara global meningkat jadi hampir 6.000 kasus infeksi, melebihi wabah SARS pada 2002 yang menewaskan sekitar 800 orang.
Foto: imago images/Kyodo News
WHO keluarkan status darurat kesehatan global
30 Januari, WHO menyatakan virus corona jenis baru sebagai darurat kesehatan publik yang menjadi perhatian internasional. Hal ini dilakukan untuk melindungi negara-negara dengan "sistem kesehatan yang lebih lemah." Namun, Sekjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus tidak merekomendasikan pembatasan perdagangan dan perjalanan, ia menyebut hal itu sebagai "gangguan yang tidak perlu."
Foto: picture-alliance/KEYSTONE/J.-C. Bott
Tim penjemput WNI diberangkatkan
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi pada Sabtu (01/02), melepas keberangkatan tim penjemput WNI yang ada di kota Wuhan, Hubei, Cina. Retno sebut ada 245 WNI yang akan dipulangkan ke tanah air. Tim penjemput menumpangi pesawat Batik Air. Ada 42 orang dalam tim penjemput yang terdiri atas TNI, Kemlu, Kemenkes, TNI dan kru Batik Air.
Foto: Reuters/Antara/M. Iqbal
Kematian pertama di luar Cina
Kematian pertama di luar Cina terkait dengan virus corona jenis baru dilaporkan terjadi di Filipina pada 2 Februari. Korban adalah seorang pria berusia 44 tahun dan telah melakukan perjalanan dari Wuhan ke Manila sebelum akhirnya jatuh sakit dan dibawa ke rumah sakit. Ia kemudian dilaporkan meninggal di rumah sakit karena pneumonia.
Foto: Getty Images/AFP/T. Aljibe
238 WNI dari Wuhan tiba di Natuna
Minggu (02/02), sebanyak 238 WNI tiba di Pangkalan Udara Raden Sajad, Pulau Natuna, Kepulauan Riau. Ada 7 orang yang batal diterbangkan ke tanah air karena sejumlah alasan - 4 orang mengundurkan diri dan 3 orang lainnya tidak lolos pemeriksaan Cina. Masa observasi dijalankan selama 14 hari. Presiden Jokowi sebut Natuna dipilih sebagai tempat observasi karena dinilai sebagai pulau yang paling siap.
Foto: Reuters/Antara Foto
Rumah sakit selesai dibangun dalam waktu 10 hari
Rumah Sakit Huoshenshan (Gunung Api Dewa), selesai dibangun hanya dalam waktu lebih dari satu minggu. Rumah sakit akhirnya resmi dibuka pada Senin (03/02). Rumah sakit ini bertujuan menggunakan campuran obat-obatan dari barat maupun obat tradisional Cina untuk mengobati mereka yang terinfeksi virus corona jenis baru, 2019-nCoV. (gtp/ae) (dari berbagai sumber)