1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Kesehatan

Talk Memicu Kanker Indung Telur?

as/ap(ap/rtr/acs/fda)4 Mei 2016

Apakah penggunaan talk bisa memicu kanker indung telur? Berbagai penelitian menunjukkan, ada kemungkinan peningkatan risiko. Namun indikasi kaitan langsung masih diperdebatkan.

Puder und Dose
Foto: Colourbox/showcake

Sebuah Pengadilan di St.Louis AS menghukum perusahaan farmasi Johnson&Johnson membayar gantirugi puluhan juta Dollar dalam dua kasus kanker indung telur. Vonis pengadilan menyimpulkan produk talk buatan perusahaan itu yang memicu kanker indung telur. Untuk itu Johnson&Johnson harus membayar gantirugi 55 juta USD kepada seorang pasien yang masih hidup, dan 72 juta USD kepada keluarga seorang pasien yang meninggal.

Putusan kontroversial itu sontak mendapat tanggapan luas di dunia medis. Sebab sejauh ini korelasi langsung antara penggunaan tal dengan kasus kanker indung telur masih terus diperdebatkan. Laporan dari American Cancer Society menyebutkan, pada beberapa kasus ada kecenderungan sedikit meningkat. Tapi talk ada korelasi tegas.

Penggunaan talk lazimnya dianggap aman. Bahkan berbagai negara, talk biasanya digunakan pada bayi. Produk Johnson&Johnson yang terkenal di Indonesia, antara lain "Baby Powder" dan gel sabun mandi dan shampoo untuk bayi. Talk yang merupakan mineral alami, digunakan secara luas sebagai bahan kosmetik untuk menyerap kelembaban.

Antara hukum dan sains

Pengacara korban Jim Onder mengajukan hasil penelitian dari tahun 1970-an yang menyebutkan, dalam sejumlah kasus, perempuan yang menggunakan talk di daerah kelamin, risikonya terkena kanker indung telur naik 40 persen.

Asumsi ini ditunjang oleh Dr.Adetunji Toriola pakar epidemiologi kanker di Universitas Washington di St.Louis. Toriola mengatakan, penelitian mengindikasikan, perempuan yang menggunakan talk pada bagian kelamin, meningkat risikonya terkena kanker indung telur antara 20 hingga 40 persen.

Namun Dr.Joshua Muscat, profesor kesehatan publik dari Penn State yang menjadi pembela Johnson&Johnson menegaskan, penelitian yang dilakukan Institut kanker nasional, lembaga pengawas obat-obatan dan American Cancer Society tidak menemukan korelalsi tegas antara penggunaan talk dengan kasus kanker indung telur.

Johnson&Johnson sejak 2012 terus diguncang kasus tuduhan penggunaan unsur yang memicu kanker atau karsinogen dalam produk-produknya. Setelah dihajar gelombang publikasi buruk dan ancaman boikot produk, perusahaan farmasi itu akhirnya menyetujui mencabut unsur 1,4-dioxane dan formaldehida, keduanya diduga memicu kanker, dari dalam produk buatan mereka.