Sistem rudal terbaru Korut yang ditakuti, semula dibangun di Ukraina di zaman Uni Sovyet. Program misil antar kontinen dari Pyongyang maju pesat berkat pengembangan ambisius untuk lawan tekanan barat.
Iklan
Sistem misil teranyar Korea Utara diduga kuat dikembangkan dari teknik lawas roket jenis RD-250 yang berasal dari zamannya Uni Sovyet. International Institute for Security Studies (IISS) yang bermarkas di London dalam laporan yang dirilis baru-baru ini menyebutkan, Pyongyang mendapat suplai mesin roket berbahan bakar cair dengan performa tinggi atau LPE dari sumber asing.
Tanpa merinci dengan jelas, institut ini mengisyaratkan pemasok teknologinya diduga kuat berasal dari Ukraina. Michael Elleman pakar riset misil dari IISS menambahkan, "Bukti yang ada menunjukan indikasi jelas, bahwa roket performa tinggi itu merupakan modifikasi dari roket RD-250 dari era Uni Sovyet. Roketnya kini digunakan sebagai mesin pendorong misil Hwasong-12 dan Hwasong-14."
Program sistem pertahanan peluru kendali antar benua Korea Utara menunjukkan kemajuan pesat, setelah ujicoba peluncuran yang gagal pada tahun 2016. Pada bulan Juli lalu, Pyongyang sukses melakukan ujicoba pertama sistim balistik inter-kontinental (ICBM) yang meluncur puluhan kilometer ke udara. Aksi ujicoba ini memicu sanksi lebih berat dari komunitas internasional.
Ukraina membantah
Namun pihak Ukraina membantah tudingan institut di London itu. Oleksandr Turchynov, sekretaris dewan keamanan dan pertahanan Ukraina menepis laporan itu. Ia menyatakan pemerintahan di negaranya tidak memainkan peranan apapun dalam alih teknologi misil era Uni Sovyet tersebut.
Negara Pemilik Bom Atom
Meskipun tuntutan perlucutan senjata nuklir semakin kuat, di seluruh dunia masih terdapat sekitar 16.300 bom atom. Berikut negara-negara pemilik senjata pemusnah massal ini.
Foto: Reuters
Rusia
Negara ini merupakan pemilik senjata nuklir terbesar, demikian menurut lembaga penelitian asal Swedia, Stockholm Peace Research Institute (SIPRI). Rusia saat ini memiliki 8.000 hulu ledak nuklir. Negara ini pertama kali melakukan uji coba senjata nuklir pada tahun 1949.
Foto: Getty Images/AFP/N. Kolesnikova
Amerika Serikat
Negara ini merupakan satu-satunya yang pernah menggunakan bom atom dalam perang. Saat ini, Ameriika Serikat masih memiliki 7.300 bom atom.
Foto: picture-alliance/AP Photo/H. Jamali
Perancis
Setelah Rusia, Perancis merupakan negara Eropa yang terbanyak menyimpan senjata nuklir. Negara ini mulai mengembangkan senjata nuklir pada tahun 1960, dan saat ini memiliki 300 hulu ledak nuklir.
Foto: picture-alliance/dpa/J.-L. Brunet
Cina
Negara dengan kekuatan ekonomi terbesar di Asia dan dengan jumlah tentara terbanyak di Dunia ini, diperkirakan memiliki 250 bom atom. Cina melakukan uji coba pertama senjata nuklir pada tahun 1964.
Foto: Getty Images
Inggris
Sekutu terdekat Amerika Serikat ini memiliki 225 senjata nuklir. Inggris pertama kali lakukan uji coba nuklir pada tahun 1952.
Foto: picture-alliance/dpa/J. Kaminski
Pakistan
Negara yang pernah berperang sebanyak tiga kali dengan negara tetangganya, India ini diperkirakan memiliki 100 sampai 120 hulu ledak nuklir. Negara di Asie Selatan ini mulai mengembangkan senjata nuklir pada tahun 1998.
Foto: picture-alliance/AP
India
Negara ini melakukan uji coba nuklir pertama tahun 1974, sementara yang kedua dilakukan pada tahun 1998. India diperkirakan memiliki 90-100 bom atom. Negara ini berjanji tidak akan menggunakan senjata pemusnah massal untuk menyerang pertama dan tidak akan menggunakannya terhadap negara yang tak punya senjata nuklir.
Foto: Reuters
Israel
Sangat sedikit informasi tentang program nuklir negara ini yang diketahui masyarakat internasional. Israel diperkirakan memiliki 80 senjata nuklir.
Foto: Reuters/B. Ratner
Korea Utara
Dengan bantuan teknologi dari Pakistan, Korea Utara setidaknya berhasil memiliki enam hulu ledak nuklir. Meskipun masyarakat internasional menerapkan berbagai tekanan dan Embargo, sejak tahun 2006 negara ini tetap rajin melakukan uji coba senjata nuklir.
Foto: Reuters
9 foto1 | 9
"Informasi ini tidak berdasarkan bukti, kontennya provokatif dan kemungkinan direkayasa oleh dinas rahasia Rusia untuk menutupi kejahatan yang mereka lakukan", ujar Turchynov. Pejabat tinggi urusan pertahanan Ukraina ini menambahkan, negaranya tidak pernah menyuplai mesin roket atau jenis teknologi misil apapun ke Korea Utara.
Menanggapi bantahan resmi pemerintah Ukraina ini, Elleman mengatakan, laporan tersebut tidak menyebutkan secara definitif, bahwa pemerintah Ukraina terlibat langsung dalam kasus ini. Periset International Institute for Security Studies (IISS) menduga, para pekerja di fasilitas pembuat roket, yang menderita akibat salah urus ekonomi di Ukraina, punya peluang besar untuk terlibat skandal pemasokan teknologi itu.
"Para pekerja yang menderita, bisa saja dieksploitasi oleh pedagang senjata yang jahat atau organisasi kriminal trans-nasional, baik di Ukraina sendiri, di Rusia atau dimanapun mereka beroperasi", papar Elleman.
Mesin roket tipe RD-250 sejatinya dikembangkan di Uni Sovyet pada tahun 1960-an dan diproduksi di pabrik yang ada di kawasan Ukraina. Pengembangan lebih lanjut dalam program persenjataan yang ambisius dari pemimpin Korut Kim Jong Un, membuat teknologi lawas dari enam dekade silam itu, kini menjadi senjata pamungkas yang ditakuti lawan.
as/ap(afp,dpa)
Seberapa Besar Kemampuan Militer Korea Utara?
Korea Utara punya tentara dalam jumlah besar. Ditambah lagi, negara komunis itu terus menambah dan meningkatkan persenjataannya termasuk senjata nuklir.
Foto: Reuters/KCNA
Jumlah Tentara Sangat Besar
Dengan jumlah tentara reguler 700.000 orang, dan hampir 4,5 juta tentara cadangan, hampir seperlima rakyat Kore Utara berbakti dalam militer. Semua pria di negara komunis itu wajib mengikuti pendidikan militer dalam bentuk apapun. Dengan demikian, militer Korea Utara dari segi jumlah dua kali lebih besar daripada Korea Selatan.
Foto: Getty Images/AFP/E. Jones
Alutsista Banyak
Menurut Global Firepower Index 2017, Korea Utara punya banyak alat utama sistem pertahanan berupa 76 kapal selam, 5.025 panser, serta 458 jet tempur. Foto dari 2013 ini menunjukkan pemimpin Kim Jong Un di pusat komando militer. Dari tempat ini ia bisa memerintahkan persiapan peluncuran roket yang sebagian bisa dimuati hulu ledak nuklir, untuk menyerang AS dan Korea Selatan.
Foto: picture-alliance/dpa
Pamer Persenjataan
Tiap tahun, rezim Korea Utara mamamerkan kekuatan militernya lewat parade di ibukota Pyongyang. Jadwal penyelenggaraan pamer senjata seperti ini biasanya jatuh pada hari peringatan penting di negara komunis itu, atau bertepatan dengan perayaan penting di keluarga Kim.
Foto: picture-alliance/dpa/KCNA
Peluru Kendali Balistik Antar Benua
AS mengkonfirmasi uji coba peluru kendali balistik antar benua (ICBM) terbaru oleh Korea Utara sukses. Keberhasilan ini adalah "eskalasi dan ancaman baru bagi AS, sekutunya dan dunia," begitu dinyatakan Menlu AS Rex Tillerson. Roket tipe Hwasong-14 mampu "mencapai sasaran manapun di dunia". Demikian laporan kantor berita Korea Utara, KCNA.
Foto: Getty Images/AFP/KCNA
Uji Coba Nuklir Dilanjutkan
Walaupun dunia internasional menjatuhkan sanksi berat, Korea Utara melanjutkan program nuklirnya. Hingga sekarang sudah dilakukan lima kali uji coba nuklir. Tahun 2016 saja dialkukan dua kali. Menteri Pertahanan Korea Selatan Han Min Koo menilai kemungkinannya besar, Korea Utara dalam waktu dekat akan menguji senjata nuklir untuk ke enam kalinya.
Foto: picture-alliance/dpa/KCNA
Ancaman bagi Perdamaian Dunia
Hanya Cina dan Rusia yang bisa terhitung sekutu Korea Utara. Rezim itu melihat apa yang mereka sebut "kekuatan imperialis AS" sebagai musuh utama, disusul Jepang dan Korea Selatan. Korea Utara terutama memberi reaksi tajam terhadap latihan militer tahunan yang diadakan AS dan Korea Selatan.
Foto: Reuters/K. Hong-Ji
Akhir Kesabaran?
Setelah Korea Utara melakukan tes peluru kendali balistik antar benua, tampaknya AS sudah habis kesabaran. Presiden AS Donald Trump akan membicarakan solusi dengan sekutunya, sebagai pembicaraan sampingan dalam KTT G20 di Hamburg. Cina dan Rusia terutama berusaha mencegah AS melancarkan serangan pertama terhadap Korea Utara. Ed: H. Gui/A. Grunau (ml/as)