Tahun 2019 bencana alam seperti angin puting beliung, banjir, longsor, gempa, dan tsunami diperkirakan masih akan sering terjadi. Masyarakat diimbau turut serta dalam mitigasi bencana dengan aktif mengakses informasi.
Iklan
Sepanjang tahun 2018, terjadi lebih dari 2564 bencana alam di Indonesia. Dampaknya lebih besar dibandingkan tahun sebelumnya. Menurut laporan yang diliris Badan Nasional Penanggulangan Bencana-BNPB Senin(31/12), trend bencana 2018 masih didominasi oleh angin puting beliung (799 kasus), banjir (677 kasus), dan longsor (472 kasus).
Ketiga bencana tersebut kerap disebut bencana hidrometeorologi dan menyumbang 97 persen dari total bencana alam keseluruhan. Tiga persen sisanya adalah bencana geologis. Meski begitu, bencana geologis berdampak lebih besar, terutama bencana geologis yang dipicu Tsunami dan gempa bumi.
Prediksi bencana hidrometeorologi
Diperkirakan pada tahun 2019 ini, bencana hidrometeorogi masih mendominasi 95 persen dari total bencana keseluruhan. Hal ini disebabkan oleh luasnya kerusakan daerah aliran sungai(DAS), lahan kritis, kerusakan hutan, kerusakan lingkungan, dan perubahan penggunaan lahan. BNPB melaporkan sekitar 110.000 hektar lahan pertanian berubah menjadi lahan non pertanian sedang lahan kritis mencapai 14 juta hektar.
Tidak ada potensi El Nino dan La Nina yang menguat, musim akan berjalan seperti normal baik musim penghujan juga musim kemarau. Puncak musim penghujan adalah Januari 2019, dengan potensi tinggi banjir besar di Sumatra, Jawa, Kalimantan, dan Nusa Tenggara.
Efek La Nina Picu Bencana Kekurangan Pangan
Fenomena cuaca La Nina yang merupakan kebalikan El Nino terkuat dalam 20 terakhir diprediksi juga akan memicu bencana dimana-mana. La Nina terjadi jika suhu samudra Pasifik menjadi lebih dingin dari normal.
Foto: NASA/J. Schmaltz
Banjir
La Nina terutama membawa curah hujan tinggi dan banjir. Kawasan yang akan terkena dampaknya adalah kawasan luas di Afrika, Amerika Tengah, Asia Selatan dan Asia Tenggara. Berbeda dengan fenomena cuaca El Nino yang memicu kebakaran hutan dan smog, Indonesia akan menghadapi bencana banjir akibat La Nina. Gagal panen juga bisa landa Afrika dan Amerika Tengah.
Foto: picture-alliance/Photoshot
Badai Tropis dan Hurrikan
La Nina juga akan memicu peningkatan intensitas badai siklon atau hurrikan. Menurut ramalan pakar meteorologi Jepang, Australia dan AS badai siklon atau hurrikan akan makin sering muncul di paruh kedua 2016 di kawasan samudra Atlantik dan akan melanda kawasan dekat pantai di seputar Kanal Mozambik dan Amerika Tengah, Amerika Utara serta Karibia.
Foto: picture-alliance/ZUMAPRESS.com
Bencana Kekeringan
Walau membawa curah hujan tinggi, fenomena iklim La Nina juga memicu dampak sebaliknya yakni kekeringan dan kemarau panjang. Kawasan pesisir Ekuador, Peru, Uruguay, Chile, Argentina dan Brasil akan menghadapi kondisi iklim yang lebih kering dibanding kondisi normal. FAO meramalkan perkebunan kedelai dan gandum yang amat luas di Amerika Selatan akan rusak dan sektor peternakan juga akan terpukul.
Foto: Getty Images/AFP/N. Seelam
Serangan Hama
Curah hujan tinggi dan lembab akan memicu ledakan perkembangbiakan hama belalang di kawasan semi gurun atau Sahel Afrika dan hama lain di Asia. Diramalkan antara Juli sampai Oktober hama belalang akan menyebar di kawasan ini. Badan pangan PBB FAO meramalkan dampaknya: tanaman produksi akan musnah dilalap belalang atau hama lain dan gagal panen akan picu bencana kelaparan.
Foto: MEHR
Gagal Panen
Gagal panen tidak hanya mengancam kawasan yang dilanda kekeringan di Amerika Selatan dan Asia Tengah. Kawasan yang dilanda curah hujan tinggi juga akan merasakan dampaknya. Asia Selatan dan Asia Tenggara, kawasan selatan Afrika dan Tanduk Afrika serta Karibia akan mengalami gagal panen, karena tanaman produksi ludes digerus banjir atau membusuk digenangi air.
Foto: AP
Kebakaran Hutan
Kebalikan dari efek cuca El Nino, La Nina memicu kebakaran hutan di kawasan pantai barat benua Amerika yang dilanda kekeringan. Indonesia yang tahun silam mengalami kebakaran hutan paling dahsyat dalam 20 tahun terakhir, sebaliknya mendapat curah hujan super tinggi yang memicu banjir dan tanah longsor dimana-mana.
Gempa juga dipredisksi akan terjadi sepanjang tahun 2019. BNPB memperkirakan sekitar 500 gempa akan terjadi setiap bulannya di Indonesia. Ini berkaitan dengan posisi geologis Indoensia yang beradas di kawasan Cincin Api Pasifik dan pertemuan beberapa lempeng tektonik. Sejauh ini gempa bumi belum dapat diprediksi secara pasti dimana dan kapan akan terjadi. Namun ditekankan, Indonesia bagian timur perlu mewaspadai gempa karena kondisi geologisnya yang tergolong rumit.
Potensi tsunami disebutkan, tergantung pada gempa dan lokasi episentrumnya. Jika terjadi gempa berskala 7 SR atau lebih, dengan episentrum di kawasan laut atau samudra, maka potensi tsunami patut diwaspadai.
Hampir seluruh tsunami diawali atau dipicu gempa kuat. Namun Tsunami Selat Sunda disebabkan oleh longsoran material yang dipicu Erupsi Gunung Anak Krakatau. Erupsi ini tidaklah memicu monitor gempa secara signifikan.
Tsunami Paling Dahsyat di Abad 21
Tsunami dahsyat kebanyakan terjadi di pantai Samudra Pasifik dan dipicu gempa bumi kuat. Inilah tsunami terdahsyat dalam 20 tahun terakhir yang menelan ribuan korban jiwa.
Foto: BNPB
Indonesia, Selat Sunda, 2018
Letusan gunung Anak Krakatau 22 Desember 2018, menyebabkan longsoran material di bawah laut yang memicu gelombang tsunami di Selat Sunda. Lebih dari 280 orang tewas dan 1000 orang terluka. Selain itu, hampir 12 ribu penduduk di pesisir pantai Banten dan Lampung terpaksa mengungsi.
Foto: BNPB
Indonesia, Palu dan Donggala, 2018
Gempa 7,4 SR di jalur sesar Palu-Koro 28 September 2018 memicu tsunami yang menerjang kota Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah. BNPB melaporkan 2.113 orang meninggal dunia, 1.309 orang hilang, 4.612 orang luka-luka dan 223.751 orang mengungsi di 122 titik. Korban paling banyak berasal dari kota Palu, disusul Donggala, Sigi dan Parigi Moutong.
Gempa berkekuatan 7,8 skala Richter yang mengguncang kota Kaikoura pada November 2016 adalah gempa bumi terburuk kedua dalam sejarah pasca kolonialisme Selandia Baru. Gempa diikuti sekitar 20 ribu gempa susulan dan tsunami setinggi tujuh meter. Dua orang tewas dan puluhan terluka.
Foto: Imago/Xinhua/L. Huizi
Jepang, 2011
Tsunami Jepang di tahun 2011 dipicu oleh gempa kuat bawah laut 9,1 SR. Gelombang tsunami mencapai tinggi 40,5 meter. Bencana itu menewaskan sekitar 16.000 orang dan melukai ribuan lainnya, serta menghancurkan banyak rumah dan bangunan. Tsunami ini juga menyebabkan meledaknya PLTN Fukushima Daiichi, dan jadi bencana nuklir terburuk sejak Chernobyl.
Foto: Getty Images/AFP/S. Tomizawa
Chile, 2010
Gempa berkekuatan 8,8 skala Richter pada Februari 2010, memicu gelombang tsunami yang menghantam pantai tengah Chili dan menewaskan sedikitnya 525 orang. Peringatan tsunami dikeluarkan hingga Jepang dan Rusia. Chile mencatat rekor gempa bumi terkuat dalam sejarah peradaban, yang mengguncang kota Valdivia tahun 1960 dengan kekuatan 9,4-9,6 skala Richter.
Foto: picture-alliance/dpa/M. Hernandez
Kepulauan Solomon, 2007
Gempa bumi 8,1 skala Richter melanda Kepulauan Solomon dan Papua Nugini pada April 2007. Gempa memicu tsunami setinggi 12 meter yang melanda dua desa. Setidaknya 52 orang tewas dan sekitar 900 rumah serta satu rumah sakit hancur.
Foto: picture-alliance/dpa/F. Robichon
Samudra Hindia, Banda Aceh 2004
Tsunami paling dahyat di abad 21 terjadi 26 Desember 2004 yang melanda 14 negara di Samudra Hindia. Tsunami setinggi 30 meter itu dipicu gempa bumi berkuatan 9,1 SR dengan episentrum 85 km di lepas pantai Banda Aceh. Sekitar 230.000 orang meninggal, terbanyak di Aceh dengan 160.000 korban jiwa. Tsunami bergerak hingga sejauh 6400 km sampai ke Tanzania dan Afrika Selatan.(Ed:na/as)
Foto: Getty Images/AFP/R. Gacad
7 foto1 | 7
‘'Alat monitoring ombak laut untuk mendeteksi tsunami tidak dipicu atau diaktifkan oleh kejadian non-gempa,'' jelas Muhamad Sadly, kepala Geofisika BMKG. Alhasil, saat tsunami terjadi di Selat Sunda, tidak ada sirine yang berbunyi sebagai peringatan bahaya.
‘'Riset lebih lanjut diperlukan untuk memahami kejadian yang tidak dapat di prediksi seperti ini,'' ujar Stephen Hicks, pakar seismologi dari University of Southampton.
Selain gempa, bencana geologis disebabkan erupsi Gunung Api pun akan berlanjut. Dari 127 gunung api di Indonesia terdapat satu gunung berstatus awas atau dalam keadaan kritis yang dapat menimbulkan bencana, yaitu Gunung Sinabung dan 4 gunung berstatus siaga, yang secara visual mengalami aktivitas seismik atau nampak dari aktivitas kawahnya, yaitu : gunung Soputan, Gunung Anak Krakatau, Gunung Karangetang, dan Gunung Agung.
Minggu (30/12) lalu terjadi erupsi di gunung Agung, selain abu vulkanik, para warga serta turis diimbau untuk berhati-hati akan lava dingin yang mengalir dari puncak gunung dalam bentuk lumpur atau batuan. Gunung Agung terletak 70 km dari Bandara Ngurah Rai ini. Erupsi terakhir Gunung Agung di Tahun 1963 menewaskan sekitar 1600 jiwa.
Gunung Api Paling Aktif dan Berbahaya
Di seluruh dunia terdapat sedikitnya 1500 gunung api, 600 diantaranya tercatat aktif dan pernah meletus dalam 10.000 tahun terakhir. Inilah gunung api paling aktif dan berbahaya sedunia, beberapa ada di Indonesia.
Foto: Getty Images/G. B. Lewis
Merapi, Indonesia
Ancaman bahaya sebuah gunung berapi, lebih banyak diukur dengan berapa banyak populasi yang hidup di sekitarnya. Merapi adalah gunung api paling aktif di Indonesia, dan erupsi dalam siklus lima sampai 10 tahunan. Jumlah populasi yang ada dalam radius 30 km dari kawah, sekitar 4,3 juta orang. Tipe letusan amat eksplosif dibarengi longsoran awan panas yang disebut "wedhus gembel".
Foto: picture-alliance/dpa
Mayon, Filipina
Gunung api di pulau Luzon ini kembali muntahkan lava awal tahun 2018. Jumlah populasi dalam radius 30 km sekitar 1,2 juta orang. Tipe letusan eksplosif. Erupsi paling dahsyat terjadi 1814 yang menewaskan 1.200 orang.
Foto: Getty Images/AFP/S. Sayat
Etna, Italia
Gunung api Etna di Sisilia, Italia adalah gunung api paling aktif di Eropa dan kedua paling aktif di dunia setelah Kilauae di Hawaii. Jumlah populasi dalam radius 30 km sekitar 1 juta orang. Gunung api ini terus aktif sejak 2014. Letusan paling mematikan terjadi 1669 yang menewaskan 20.000 orang.
Foto: picture alliance/AA/S. Allegra
Gunung Agung, Indonesia
Gunung api tertinggi di pulau Bali ini kembali aktif muntahkan abu dan lava panas akhir 2017. Akibat erupsi, penerbangan terganggu dan pariwisata anjlok. Jumlah populasi pada radius 30 km sekitar 1 juta orang. Letusan paling dahsyat dan mematikan terjadi tahun 1963 hingga 1964, yang menewaskan 1500 orang. Korban kebanyakan meninggal akibat tertimpa longsoran piroklastik panas.
Foto: Getty Images/A. Tambunan
Nyiragongo, Republik Demokratik Kongo
Dijuluki gunung api paling indah di Afrika, dengan danau lava di puncaknya berisi 3 juta meter kubik lava cair. Jumlah populasi dalam radius 30 km sekitar 1 juta orang. Saat meletus tahun 2002 aliran lava menimbun hampir seluruh kota Goma dan menewaskan 145 orang. Kebanyakan akibat keracunan karbon dioksida dan tertimpa bangunan runtuh.
Foto: picture-alliance/dpa/dpaweb/Ugarte
Sakurajima, Jepang
Gunung api Sakurajima di Kagoshima tergolong gunung api paling aktif di Jepang. Jumlah populasi dalam radius 30 km sekitar 900.000 orang. Gunung api ini terus aktif sejak tahun 1955. Letusannya bertipe eksplosif dan erupsi pada 1914 menewaskan 58 orang.
Foto: Reuters/Kyodo
Krakatau, Indonesia
Gunung api Krakatau yang meletus dahsyat tahun 1883 dan menewaskan lebih 36.000 orang akibat tsunami, kini tersisa sebagai gunung Anak Krakatau. Gunung api ini terus aktif dan diwaspadai, karena yang tampak di permukaan hanya sebagian kecil puncaknya. Sebagian besar gunung Anak Krakatau berada di bawah laut Selat Sunda antara Jawa dan Sumatra.
Foto: AP
Kilauea, Amerika Serikat
Gunung api Kilauea di Hawaii Amerika Serikat, adalah yang paling aktif di dunia. Namun jenis letusan yang berupa lelehan lava mengalir, menjadikan gunung api ini sebagai obyek penelitian menarik serta obyek wisata erupsi gunung api.
Foto: Getty Images/T. Sasaki
Eyjafjallajökull, Islandia
Gunung api Eyjafjallajökull di Islandia bangun dan batuk-batuk pada 2010. Lontaran abu vulkanik letusan sub-glasial ini membuat penerbangan di Eropa lumpuh. Namun dalam radius 30 km nyaris tidak ada penduduk yang tinggal.
Foto: picture-alliance/bt3/ZUMApress
Pacaya, Guatemala
Gunung api Pacaya di Gutaemala meletus tahun 2016 dan jadi tontonan warga. Jumlah populasi dalam radius 30 km mencapai 2,4 juta orang. Tapi tipe letusan berupa aliran lava dan kadang semburan lava tidak dianggap ancaman. Ed:Zulfikar Abbany (as/vlz)
Foto: dpa
10 foto1 | 10
AntisipasiBencana
Mitigasi bencana atau rangkaian pengurangan risiko bencana bisa dilakukan dengan dua hal, yakni dengan pembangunan struktural maupun non struktural. Pembangunan struktural dimulai dengan pembangunan konstruksi tahan gempa, sistem peringatan dini, shelter tsunami, sumur resapan, bendungan, dan lainnya. Sedangkan pembangunan non struktural dimulai melalui lembaga, legislasi, penataan ruang, sosialisasi, diklat, penelitian, dan lainnya.
Terkait dengan Tsunami Selat Sunda, pelampung daris sistem peringatan dini yang terhubung dengan sensor ke dasar laut sudah tidak berfungsi sejak 2012. Penyebabnya karena vandalisme, ditelantarkan, dan kurangnya anggaran publik untuk pemeliharaan. ‘'Kurangnya sistem peringatan dini adalah penyebab tsunami tidak terdeteksi,'' Ujar Sutopo Nugroho, Kepala pusat Data, Informasi, dan Hubungan Masyarakat di BNPB. Dari 1000 sirene Tsunami di seluruh Indonesia, hanya 56 yang masih berada pada tempatnya.
Faktor yang Diduga Menjadi Penyebab Tsunami di Banten dan Lampung
Ada dua kemungkinan yang diduga sebabkan tsunami di Banten dan Lampung, yakni longsor akibat aktivitas erupsi Gunung Anak Krakatau dan gelombang tinggi akibat faktor cuaca di perairan Selat Sunda.
Foto: Getty Images/AFP/F. Awed
Tsunami terjadi bukan akibat gempa
Melainkan aktivitas erupsi Gunung Anak Krakatau. Tsunami terjadi pada Sabtu malam (22/12/2018) sekitar pukul 21.27 WIB. Kemungkinan disebabkan longsor bawah laut akibat erupsi Gunung Anak Krakatau dan gelombang pasang akibat bulan purnama. Dua kombinasi tersebut menyebabkan tsunami yang menerjang pantai. BMKG masih berkoordinasi dengan Badan Geologi untuk memastikan faktor penyebabnya.
Foto: picture-alliance/AP Photo
Jumlah korban terus bertambah
Data sementara yang berhasil dihimpun Posko BNPB hingga Minggu (23/12/2018) pukul 16.00 WIB tercatat 222 orang meninggal dunia, 843 orang luka-luka dan 28 orang hilang. Sementara itu kerusakan material meliputi 556 unit rumah rusak, 9 unit hotel rusak berat, 60 warung kuliner rusak, 350 kapal dan perahu rusak.
Foto: Getty Images/AFP/Semi
Pendirian posko-posko evakuasi untuk penanganan korban
Tim gabungan BNPB bersama TNI, Polri, Basarnas, Kementerian Sosial, Kementerian Kesehatan, Kementerian PU Pera dan Kementerian ESDM terus mendampingi Pemda dalam penanganan darurat. Posko, pos kesehatan, dapur umum dan pos pengungsian didirikan untuk menangani korban.
Foto: BNPB
Alat berat dikerahkan untuk pencarian korban dan pembukaan akses jalan
Alat berat dikerahkan untuk membantu evakuasi. Saat ini sedang bekerja lima unit excavator, dua unit loader, dua unit dump truck dan enam unit mobil tangki air. Banyaknya bangunan yang rubuh serta akses jalan yang terputus menyebabkan petugas kesulitan menjangkau wilayah terdampak tsunami.
Foto: BNPB
Fenomena yang langka
BMKG dan Badan Geologi Kementerian ESDM menyebutkan fenomena tsunami yang terjadi di Banten dan Lampung merupakan fenomena langka, karena tidak didahului oleh gempa. Sistem stasiun seismik di Pulau Sertung dekat Krakatau merekam getaran tremor terus-menerus. Menurut dugaan hal inilah yang menyebabkan longsor bawah laut yang mengakibatkan tsunami. yp/ap (BMKG, BNPB, Badan Geologi Kementerian ESDM)
Foto: Getty Images/AFP/F. Awed
5 foto1 | 5
Jumlah akses masyarakat untuk membuka website peringatan dini dalam satu minggunya masih tergolong rendah. Hasil poling yang dirilis BNPB menunjukkan 70 persen tidak tahu bahkan tidak pernah mengakses informasi bencana. Masyarakat dapat membantu mengantisipasi bencana dengan meningkatkan budaya sadar bencana.
Budaya sadar bencana dibangun dengan meningkatkan pengetahuan akan ancaman dan potensi bencana, rencana tanggap darurat, responsif terhadap peringatan dini, serta meningkatkan mobilisasi. Hal ini dapat dilakukan dengan aktif mengakses informasi terkait bencana pada website seperti magma.vsi.esdm.go.id, bmkg.go.id, dan bnpb.go.id hingga mensosialisasikan informasi kepada warga sekitar tak hanya lewat IPTEK tetapi juga lewat kearifan lokal.