1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Bencana Banjir Dibagian Selatan Jerman dan Situasi di Irak

25 Agustus 2005

Bencana banjir yang melanda kawasan negara bagian Bayern, dibagian selatan Jerman, tidak hanya mendapat sorotan media lokal, melainkan juga oleh harian Eropa lainnya. Irak juga masih menjadi topik utama media.

Banjir di Bayern
Banjir di BayernFoto: dpa

Mengenai bencana banjir dibagian selatan Jerman. Harian Jerman Tagesspiegel yang terbit di Berlin menurunkan ulasannya sebagai berikut :

"Para pakar mengatakan, sering terjadi kondisi cuaca yang sangat ekstrim. Jarang terjadi turun hujan lebat selama berpekan-pekan, yang mengakibatkan bencana banjir. Kenyataan itu tidak dapat dicegah, karena perubahan iklim telah lama terjadi. Tapi kita dapat dan harus menghadapinya. Kita terus memikirkannya. Dan kita harus dengan serius menangani masalah perlindungan iklim. Itu berarti mengambil konsekwensi untuk menggunakan sumber energi terbarukan. Dan itu juga berarti, kita harus mengubah gaya hidup. Kesemuanya memerlukan waktu dan kemampuan."

Bencana banjir yang melanda negara bagian Bayern, juga bersamaan dengan dilancarkannya kampanye pemilihan umum yang dipercepat di Jerman. Apakah musibahnya akan dapat membantu para politisi dalam kampanye pemilihan umum untuk mendongkrak perolehan suara? Mengenainya harian Jerman Financial Times Deutschland yang terbit di Hamburg berkomentar :

"Banjir berlalu, politisi datang. Perdana Menteri negara bagian Bayern Edmund Stoiber dengan wajah yang tegang mengunjungi kawasan yang dilanda bencana banjir. Ia menunjukkan kemarahan yang besar terhadap kelalaian dalam menangani dan melindungi ancaman bencana banjir. Juga begitu besar kecurigaan diseluruh Jerman yang menyebut kunjungan para politisi kekawasan yang dilanda banjir, sebagai manuver politik murahan, untuk dapat mendongkrak perolehan suara dalam pemilihan umum, seperti yang terjadi dalam pemilihan umum tahun 2002 lalu."

Bencana banjir dibagian selatan Jerman yang bertepatan dengan kampanye pemilihan umum, juga disoroti harian Ceko Mlada Fronta Dnes yang terbit di Praha.

"Dulu pernah terjadi. Bulan Agustus tahun 2002, sebagian Jerman terendam oleh banjir dan karung pasir. Kanselir Gerhard Schröder membentuk staf krisis untuk menanganinya. Ditambah lagi dengan sikapnya yang menentang perang Irak. Langkah dan sikapnya itu, telah menyelamatkan jabatannya. Sekarang, tiga tahun kemudian, sesaat menjelang digelarnya pemilihan umum yang dipercepat, di Jerman kembali terlihat skenario yang sama. Sudah pasti, bahwa cuaca tidak akan mengikuti keinginan Schröder. Tapi sama sekali tidak menutup kemungkinan, bahwa ia akan memetik keuntungan dari bencana tersebut."

Selanjutnya kami kutip komentar harian Austria Salzburger Nachrichten.

"Kita membangun dikawasan lembah yang sempit, di kaki perbukitan yang dekat dengan tepian sungai, karena tidak ada lahan ditempat lain. Kita membuka kawasan pegunungan untuk kegiatan pariwisata, karena kita memerlukan uang. Kita berhemat dalam melakukan usaha perlindungannya, karena kita berharap dalam kejadian yang gawat, kita juga dapat berhemat. Sekarang yang kita perlukan adalah bantuan bencana yang profesional, dan adanya manajemen yang kompeten untuk menangani dan mengatasinya."

Situasi di Irak masih seputar meningkatnya aksi tindak kekerasan dan pertikaian mengenai rancangan konstitusi. Harian Italia Il Messaggero yang terbit di Roma berkomentar :

"Apakah itu merupakan semacam gladi resik bagi munculnya perang saudara? Dugaan itu muncul ketika lebih dari 40 orang dari kelompok perlawanan menyerang sejumlah pos polisi di Ibukota Bagdad. Setelah menyulut bom mobil, anggota kelompok perlawanan yang dipersenjatai pelontar granat dan senjata otomatis terlibat pertempuran sengit dengan satuan polisi. Kejadian itu, tanpa diragukan lagi, terkait dengan berlangsungnya perundingan yang alot untuk membahas rancangan konstitusi Irak. Sejumlah juru runding kelompok Sunni menampilkan kekhawatirannya, bahwa rancangan konstitusi, akan dapat menyeret Irak untuk terpecah belah, dan menyulut terjadinya perang saudara."