Bencana Covid Bangkitkan Oposisi Partai Lokal di India
3 Mei 2021
India mencatat 3.414 kematian harian akibat Covid-19 menyusul tsunami infeksi yang belum mereda. Amarah kini melimpah ke ranah politik, seiring kalahnya partai pimpinan PM Narendra Modi dalam sejumlah pemilu kunci.
Iklan
Pada Senin (3/5), India mencatat 368,147 kasus baru infeksi virus corona, sedikit berkurang dari hari-hari sebelumnya. Jumlah kasus penularan harian diumumkan pada saat yang sama, ketika 13 partai oposisi melayangkan petisi kepada pemerintah pusat.
Mereka menuntut pemerintah menjamin pasokan oksigen tanpa henti untuk rumah sakit, dan menggiatkan program imunisasi massal. Akhir pekan lalu sejumlah rumah sakit meminta intervensi pengadilan untuk menanggulangi kelangkaan oksigen.
"Air sudah menggenang di atas kepala. Cukup sudah!” tulis Pengadilan Tinggi di ibu kota New Delhi dalam putusannya, sembari mengancam bakal menindak pejabat yang berwenang jika pasokan oksigen kembali terputus.
Pada Senin, sebanyak 24 pasien Covid-19 meninggal dunia di rumah sakit pemerintah di negara bagian Karnataka lantaran kelangkaan oksigen, lapor media-media lokal. Tidak jelas berapa pasien yang meninggal karena tidak mendapat oksigen.
Lonjakan infeksi meningkatkan tekanan terhadap Perdana Menteri Narendra Modi dan Partai Bharatiya Janata. Kebijakan pemerintah dinilai membuka pintu bagi tsunami infeksi virus corona di penjuru negeri.
Sejak Februari otoritas di India giat membuka kembali kehidupan publik dan aktivitas perekonomian. Puncaknya April silam, ketika pemerintah mengizinkan penyelenggaraan festival Hindu di sungai Ganga, ketika Partai BJP menggelar berbagai pesta kampanye yang melibatkan lautan massa.
Terbatasnya kapasitas rumah sakit dan sikap pemerintah yang merahasiakan sejumlah data penting dianggap turut memperparah situasi.
Wabah hentikan dominasi BJP
Minggu (2/5), Partai BJP diumumkan kalah dalam pemilu di negara bagian West Bengal. Pemilihan legislatif di wilayah yang berbatasan dengan Bangladesh itu dianggap krusial bagi BJP. Namun meski berulangkali dikunjungi Modi, warga West Bengal tetap loyal pada Perdana Menteri Mamata Banerjee yang diusung partai lokal.
Iklan
Selain West Bengal, BJP juga kalah di dua negara bagian lain. Meski BJP mempertahankan dominasi di negara bagian Assam, hasil pemilu dinilai bisa melemahkan posisi Narendra Modi. "Apa yang terjadi di West Bengal hanya sebuah awal,” tulis kolumnis harian The Print, Shobhaa De.
Prashant Kishor, penasehat politik PM West Bengal, Banerjee, mengatakan "hasil pemilu memberikan suara dan harapan bagi mereka yang ingin melawan bahaya yang bernama BJP.”
Shiv Sena, sebuah partai lokal yang menguasai negara bagian Maharashtra yang mencakup Mumbai, mengatakan hasil pemilu adalah kekalahan telak bagi PM Modi, yang dituduh mempertaruhkan kesehatan publik demi kemenangan pemilu.
"Bukannya meredam pandemi Covid-19 yang sedang mengamuk, pemerintah pusat, termasuk Perdana Menteri Narendra Modi, sibuk di arena kampanye di West Bengal karena ingin mengalahkan Mamata Banerjee,” tulis partai tersebut.
Drama kematian di rumah sakit, tempat parkir atau jalan raya yang ramai disebar meruntuhkan kepercayaan publik kepada pemerintah. Menurut jajak pendapat YouGov, dalam setahun kepercayaan warga terhadap cara pemerintah mengendalikan wabah anjlok dari 89% pada April 2020, menjadi 59% pada akhir April 2021.
rzn/hp (ap, afp)
India Gelar Festival Kumbh Mela di Tengah Pandemi COVID-19
Festival keagamaan umat Hindu, Kumbh Mela, diadakan di kota Haridwar hingga akhir April mendatang. Di tengah upaya pemerintah mengendalikan penyebaran COVID-19, banyak orang khawatir acara tersebut memicu lonjakan kasus.
Foto: Tanika Godbole/DW
Kerumunan yang tidak dapat terhindarkan
Festival Kumbh Mela, yang dianggap sebagai ajang pertemuan umat Hindu terbesar di dunia, dirayakan empat kali dalam kurun waktu 12 tahun. Tahun ini, festival tersebut berlangsung di kota Haridwar. Acara yang diklasifikasikan sebagai Warisan Budaya Takbenda oleh UNESCO ini biasanya dihadiri jutaan orang sebelum masa pandemi.
Foto: Tanika Godbole/DW
Berendam di Sungai Gangga
Cuaca pagi yang dingin tidak menghentikan umat Hindu untuk berendam di Sungai Gangga. Beberapa pakar telah mendesak pemerintah untuk mempertimbangkan kembali acara tersebut, karena khawatir dapat menyebabkan lonjakan kasus infeksi corona. Namun pihak berwenang memutuskan untuk tetap melanjutkan festival tersebut, setelah menetapkan beberapa aturan dan batasan.
Foto: Tanika Godbole/DW
Hasil tes COVID-19 harus negatif
Pengunjung harus melakukan registrasi sebelum menghadiri festival dan menyerahkan hasil tes RT-PCR yang menunjukkan bahwa mereka negatif COVID-19. Para lansia, anak-anak, dan wanita hamil tidak diizinkan untuk menghadiri acara tersebut. "Kami telah mendirikan pusat pengujian antigen di setiap pintu masuk," kata Gopal Singh Chauhan, seorang pejabat di Uttarakhand.
Foto: Tanika Godbole/DW
Sedikit yang percaya pada tes COVID-19
Beberapa peziarah mengatakan kepada DW bahwa mereka tidak terlalu yakin terhadap tes COVID-19, meskipun ada kemungkinan risiko terinfeksi. "Ya, menghadiri Kumbh Mela berisiko, tetapi Anda bisa tertular di mana saja ... Banyak hal lainnya yang sudah terbuka, jadi mengapa acara ini tidak diadakan?" ucap Shalini Soni, seorang peziarah dari New Delhi.
Foto: Tanika Godbole/DW
Keberuntungan di festival Kumbh Mela
Pihak berwenang hanya akan menerapkan pembatasan tertentu pada hari-hari yang dianggap menguntungkan untuk mandi atau berendam di Sungai Gangga. Ada empat tanggal mandi yang menguntungkan atau "Shahi Snan" sepanjang festival. Shahi Snan pertama berlangsung pada 11 Maret 2021.
Foto: Tanika Godbole/DW
Tradisi mandi suci
Menurut tradisi Hindu, mandi di Sungai Gangga dapat menghapuskan dosa-dosa seseorang dan membebaskannya dari siklus hidup dan mati. Khumbh Mela dimulai pada 14 Januari dan akan berlanjut hingga 27 April 2021.
Foto: Anushree Fadnavis/REUTERS
Peraturan tidak ditegakkan
Banyak peserta mengatakan terdapat kerancuan dalam proses pendaftaran online. Beberapa orang melaporkan masalah teknis ketika mendaftar di situs web pemerintah, sementara yang lain mengatakan syarat untuk memberikan hasil tes RT-PCR negatif tidak diberlakukan.
Foto: Tanika Godbole/DW
Berdoa agar terhindar dari virus corona
"Saya pikir lebih banyak orang akan menghadiri festival, setelah mereka mendengar bahwa aturan tes RT-PCR tidak diperlukan," kata Pandit Mohit Dubey, seorang pendeta Hindu. “Masyarakat biasanya datang dan berdoa meminta kesehatan, keluarga, anak, usaha, atau kemajuan pekerjaan. Kali ini, banyak orang yang meminta agar Sungai Gangga membebaskan mereka dari virus corona,” ujarnya. (ha/hp)