1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Bencana Gempa dan Gelombang Pasang Tsunami

27 Desember 2004

Gempa berkekuatan 8,9 skala Richter yang terjadi hari Minggu lalu didasar Lautan Hindia memicu gelombang pasang Tsunami yang dahsyat.

Tsunami dahsyat memorakperandakan Asia
Tsunami dahsyat memorakperandakan AsiaFoto: AP

Gempa berkekuatan 8,9 Richter yang terjadi di dasar Lautan Hindia, hari Minggu pagi lalu, memicu gelombang pasang tsunami yang dahsyat. Para pakar menggambarkannya sebagai gempa terbesar kelima dalam sejarah umat manusia. Tragedi yang memilukan dipenghujung tahun 2004. Gelombang pasangnya menimbulkan korban dan kerusakan yang besar. Di Aceh, Sumatera Utara, India, Sri Lanka dan Thailand. Ribuan orang dilaporkan tewas. Bencana alam dahsyat yang terjadi dalam hitungan detik itu, mendapat tanggapan dari media Internasional. Dan kami jadikan sebagai satu-satunya tema dalam acara SARI PERS dari SJDW kali ini. Harian Jerman DIE WELT yang terbit di Berlin menulis:

Gelombang Tsunami memporakperandakan dunia yang dengan hikmat merayakan hari Natal. Ribuan orang tewas, akibat gelombang pasang yang dahsyat. Tidak hanya luasnya bencana yang menimbulkan kengerian, melainkan juga betapa kita sama sekali tidak berdaya untuk menghadapi bencana alam seperti itu. Gempa bumi yang menyulut gelombang pasang mengingatkan kita bahwa planet bumi yang memiliki kekuatan dinamis sendiri, yang tidak dapat ditaklukkan oleh umat manusia.

Harian Jerman lainnya FRANKFURTER ALLGEMEINE ZEITUNG menyerukan kerjasama yang erat diantara negara-negara tetangga yang dilanda gelombang pasang Tsunami. Selanjutnya kami baca:

Untuk menangani situasi dan dampak yang ditimbulkannya dapat dilakukan oleh perhimpunan negara-negara Asia Tenggara ASEAN dan Forum Regional Kerjasama kawasan Asia Selatan SAARC. Negara yang saling bertetangga itu hendaknya lebih saling mengetahui, untuk mengambil langkah yang diperlukan. Ini tidak hanya menyangkut masalah moral. ASEAN dan SAARC , paling tidak secara teoritis harus meningkatkan sikap solidaritas regional.Menyingkirkan pertikaian dan gambaran musuh. Serta mengambil langkah pragmatis yang logis untuk menangani secara bersama dampak dari bencana yang sangat dahsyat dan mengerikan itu.

Alam tidak mengenal balas dendam. Demikian judul komentar harian Austria SALZBURGER NACHRICHTEN yang terbit di Salzburg. Kami kutip:

Alam tidak melakukan serangan balik, karena umat manusia tidak mengabaikannya. Bencananya tidak ada kaitannya dengan pemanasan global, lubang ozon atau pembabatan hutan tropis. Alam tidak mengenal balas dendam. Dan alam mematuhi aturannya sendiri. Dan alam tidak berfungsi, bila kita terkadang menginginkannya.

Harian Perancis LE FIGARO yang terbit di Paris berkomentar " alam tatap merupakan penguasa dunia". Selanjutnya kami baca:

Presiden Amerika Serikat George W Bush dan pimpinan kelompok El -Khaida Osama bin Laden yang merasa dirinya sebagai penguasa dunia, dapat terus melakukan apa yang diinginkannya . Tapi dengan melihat dampak yang ditimbulkan gelombang pasang Tsunami, mereka tidak lebih sebagai hanya " orang kecil".

Gempa yang menyulut gelombang pasang Tsunami, juga melanda Aceh dan Sumatera Utara . Selain menmbulkan kehancuran , tragedinya menelan ribuan korban jiwa. Pemerintah Indonesia menyatakannya sebagai bencana nasional. Mengenainya berikut komentar harian KOMPAS yang terbit di Jakarta:

Dengan kekuatan gempa yang begitu besar,korban yang diperkirakan sangat banyak, serta dampak yang begitu mendunia, sepantasnya jika gempa kali ini dinyatakan sebagai bencana nasional. Tindak cepat perlu dilakukan karena kejadiannya begitu luar biasa. Seketika sebuah wilayah bisa disapu oleh gelombang besar yang datang secara tiba-tiba. Bukan hanya orang maupun makhluk hidup lainnya yang bisa terseret tiba-tiba, tetapi sebuah wilayah bisa porak peranda. Berbagai bencana yang seperti tidak habis-habisnya menimpa kita, sepantasnya membuat kita bertanya dan menggugat diri, kesalahan apa yang sudah kita perbuat sehingga alam begitu keras menghukum kita.

Terakhir kami kutip komentar harian SUARA PEMBARUAN yang terbit di Jakarta. Dalam komentar berjudul " Tragedi di Penghujung Tahun", kami baca:

Gempa bumi di Samudera Hindia yang terjadi hari Minggu pagi lalu, tercatat sebagai yang terbesar di Indonesia. Bencana tersebut memang melibatkan faktor alam yang kuat, bahkan bencana-bencana lainnya yang terjadi belakangan ini, juga menunjukkan adanya keterlibatan kekuatan alam. Penyebutan faktor alam dalam tragedi yang mengiringi hari-hari menutup tahun ini, bukan berarti persoalan terlepas sama sekali dengan manusia. Justru dalam suasana yang pedih ditengah rentetan tragedi itu, sebenarnya tengah dilontarkan persoalan yang serius pada setiap individu dari bangsa ini, tentang kepedulian kita pada nasib manusia, penderitaan sesama warga bangsa.