1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Bencana

Bencana Kelaparan Hantam Sudan Selatan

21 Februari 2017

Sudan Selatan mendadak dilanda bencana kelaparan. PBB mengkhawatirkan,tanpa bantuan makanan, sekitar 100.000 penduduk akan meregang nyawa dan satu generasi terancam malnutrisi.

Äthiopien Flüchtlinge aus Südsudan
Foto: picture-alliance/AP Photo/M. Abbott

Ketika bencana kelaparan dideklarasikan di Sudan Selatan, "maka penduduk sudah dalam tahap sekarat," klaim Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO), UNICEF dan Program Pangan Dunia (WFP.

Di luar, 100.000 warga yang mengalami kelaparan, sekitar satu juta penduduk lain mulai terkena dampak kelangkaan pangan. Bencana yang sedang mengintai Sudan Selatan ditengarai buatan manusia. Penyebabnya adalah aktivitas pertanian dan peternakan yang terhenti sejak berkecamuknya perang saudara antara Presiden Salva Kiir dan bekas wakilnya, Riek Machar, Desember 2013 silam.

Akibatnya puluhan ribu tewas dan sekitar 3,4 juta penduduk mengungsikan diri, termasuk 1,5 juta yang mencari suaka ke luar negeri.

Perang saudara selama tiga tahun tidak hanya melumpuhkan sektor pertanian dan peternakan, tetapi juga melambungkan inflasi menjadi 800% yang menihilkan daya beli penduduk.Foto: Getty Images/AFP/T. Karumba

Menurut laporan yang dipublikasikan ketiga lembaga PBB dan pemerintah Sudan Selatan, sebanyak 4,9 juta penduduk atau lebih dari 40% populasi negeri membutuhkan pasokan pangan dalam waktu dekat. Selain itu mereka juga harus mendapat bantuan pertanian agar bisa kembali bercocok tanam.

Jika tidak, jumlah penduduk yang terancam kelaparan akan meningkat menjadi 5,5 juta orang pada musim kemarau di bulan Juli. UNICEF mewanti-wanti, lebih dari satu juta anak-anak mengalami malnutrisi, termasuk lebih dari 250.000 yang telah menderita kekurangan gizi akut.

"Kelaparan sudah menjadi realita tragis di sebagian wilayah Sudan Selatan dan kekhawatiran terbesar kami kini terwujud. Banyak keluarga yang kehabisan akal untuk tetap bisa bertahan hidup," kata Serge Tissot dari FAO. Sementara Program Pangan Dunia meyakini bencana kelaparan kali ini adalah akibat "ulah manusia."

Perang saudara selama tiga tahun tidak hanya melumpuhkan produksi pangan di seluruh negeri, tetapi juga melambungkan inflasi hingga 800% sehingga memangkas daya beli penduduk.

rzn/yf (dpa,afp)