Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memperkirakan kerugian yang diakibatkan bencana Palu mencapai 13,82 trilyun Rupiah. Pemerintah membutuhkan anggaran lebih dari Rp 10 trilyun untuk rekonstruksi daerah bencana.
Iklan
Dampak bencana gempa dan tsunami yang melanda Palu, Sulawesi Tenggara (Sulteng), yang diperoleh BNPB hingga Minggu (21/10/2018) pukul 13.00 WIB, tercatat 2.256 orang meninggal dunia, 1.309 orang hilang, 4.612 orang luka-luka dan 223.751 orang mengungsi di 122 titik. BNPB juga merilis hasil perhitungan sementara dari kerugian dan kerusakan akibat bencana dahsyat itu mencapai lebih dari Rp 13,82 trilyun. Dengan rincian kerugian non material sebesar Rp 1,99 trilyun dan kerusakan mencapai Rp 11,83 trilyun.
"Dampak kerugian dan kerusakan akibat bencana ini meliputi 5 sektor pembangunan, yaitu kerugian dan kerusakan di sektor permukiman mencapai Rp 7,95 trilyun, sektor infrastruktur Rp 701,8 milyar, sektor ekonomi produktif Rp 1,66 trilyun, sektor sosial Rp 3,13 tilyun, dan lintas sektor mencapai Rp 378 milyar," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, dalam keterangan tertulis.
Balaroa Amblas Akibat Likuifaksi
Perumahan Balaroa adalah lokasi terparah yang terdampak gempa dan tsunami di Palu. Rumah amblas hingga lima meter akibat likuifaksi. Korban selamat mengungsi di tenda darurat, menanti alat berat bisa memulai evakuasi.
Foto: DW/N. Amir
Likuifaksi 'tanah bergerak'
Hampir seluruh rumah di Perumnas Balaroa di Kecamatan Palu Barat, Kota Palu, Sulawesi Tengah amblas hingga lima meter. Struktur tanah di lokasi yang dihuni sekitar 900 kepala keluarga tersebut mengalami pergerakan akibat efek likuifaksi, yakni tanah yang muncul ke permukaan dalam bentuk lumpur akibat adanya tekanan gempa, dan bukan karena tsunami.
Foto: DW/N. Amir
Kubah masjid bergeser
Salah satu masjid di kelurahan Balaroa bergeser jauh dari lokasi awal akibat gempa terjadi di Palu. BNPB menyebutkan proses evakuasi di Balaroa baru bisa dilakukan jika alat berat tersedia di Palu.
Foto: DW/N. Amir
Evakuasi tersendat
BNPB memprediksi masih ada ratusan korban yang tertimbun di perumahan Balaroa. Evakuasi sulit dilakukan karena posisi tanah yang tidak stabil. Tim SAR gabungan berupaya menyisir lokasi secara manual.
Foto: DW/N. Amir
Pengungsian warga
Warga yang selamat dari gempa dan tsunami di Balaroa mengungsi dengan menggunakan tenda darurat yanng dipasang seadanya. Lokasinya yang terletak di kawasan berbukit, membuat wilayah ini tidak langsung mendapat banyak bantuan.
Foto: DW/N. Amir
Banyak anak-anak
Sejumlah anak-anak yang mengungsi bersama keluarganya mulai menderita sakit. "Penanganan sampai sekarang dari pemerintah daerah atau pemerintah pusat belum ada sama sekali yang hadir, kami butuh sekali logistik, tenda, air..." ungkap Rahmatsyah, Lurah Balaroa (01/10/2018).
Foto: DW/N. Amir
Bantuan sembako
Sejumlah anggota TNI mengawal persediaan sembako yang akan dibagikan kepada pengungsi korban gempa dan tsunami yang berada di Balaroa, Palu.
Foto: DW/N. Amir
Rumah sakit lapangan
Bagi warga yang terluka, Yonkes 2 Kostrad telah membangun rumah sakit lapangan. Sebagian besar pasien yang dirawat di rumah sakit ini adalah korban yang menderita patah tulang akibat gempa dan tsunami di Palu. (nar/Ed:ts/na)
Foto: DW/N. Amir
7 foto1 | 7
Perlu lebih 10 Trilyun biaya pembangunan kembali
Puluhan ribu bangunan dan infrastruktur yang mengalami kerusakan antara lain 68.451 unit rumah, 327 unit rumah ibadah, 265 unit sekolah, perkantoran 78 unit, toko 362 unit, retakan jalan 168 titik, serta jembatan 7 unit.
BNPB memperkirakan biaya pembangunan kembali pada peridode rehabilitasi dan rekonstruksi akan memerlukan anggaran lebih dari Rp 10 trilyun. "Tentu ini bukan tugas yang mudah dan ringan, namun Pemerintah dan Pemda akan siap membangun kembali nantinya. Tentu membangun yang lebih baik dan aman sesuai prinsip build back better and safer," ungkap Sutopo.
Hingga kini Tim Rehabilitasi dan Rekonstruksi BNPB terus melakukan pendataan dan melakukan kaji cepat untuk menghitung dampak bencana. Diperkirakan nilai kerugian dan kerusakan akibat bencana Palu akan terus bertambah karena data yang digunakan adalah data sementara. yp/as (BNPB)
5 Bencana Terbesar Jembatan dan Gedung Runtuh
Jembatan dan gedung dapat menjadi keajaiban arsitektur, tetapi juga menyebabkan bencana yang mematikan. Konstruksi yang rapuh atau rusak bisa berakibat fatal. Inilah lima bencana terbesar gedung dan jembatan runtuh
Foto: picture-alliance/dpa/A. Abdullah
Jembatan Chirajara, Kolombia
Jembatan Chirajara rencananya menghubungkan dua terowongan antara Bogota dan Villavicencio. Tetapi Januari 2018 jembatan itu runtuh dan menewaskan sembilan orang. Peneliti mengatakan ada kesalahan pada konstruksi. Jembatan itu akhirnya diledakkan pada bulan Juli (foto).
Foto: picture-alliance/C. Contreras
Jembatan Studenka, Republik Ceko
Pekerja sedang merenovasi Jembatan Studenka pada Agustus 2008 ketika tiba-tiba runtuh. Tepat saat jatuh, ada kereta api yang sedang melaju dengan kecepatan 120 kilometer per jam menuju lokasi. Delapan orang tewas dalam kecelakaan ini. Masih belum jelas apa sebenarnya yang menyebabkan keruntuhan itu, tetapi para penyelidik menemukan beberapa kesalahan pada konstruksi jembatan.
Foto: picture-alliance/dpa/V. Galgonek
Jembatan Mississippi, AS
Jembatan sepanjang 580 di Minneapolis ini adalah arteri penting antara dua bagian kota. Pekerjaan renovasi dimulai hanya beberapa hari sebelum keruntuhan pada 1 Agustus 2007. Meskipun hanya satu dari delapan jalur yang dibuka saat itu, 13 orang tewas dalam kejadian. Penyidik mengatakan ada kesalahan konstruksi yang menyebabkan jembatan runtuh.
Foto: picture-alliance/dpa/L. Smith
Jembatan penghubung di Sampoong Department Store, Korea Selatan
Jembatan penghubung di Sampoong Department Store di Seoul runtuh 29 Juni 1995, menewaskan lebih dari 500 orang. Penyidik menemukan serangkaian pelanggaran bangunan: beberapa peraturan diabaikan, gedung dibangun dengan konstruksi buruk dan beberapa bagian menggunakan bahan bangunan yang salah.
Foto: picture-alliance/Yonhap
Gedung Rana Plaza di Bangladesh
Runtuhnya Gedung Rana Plaza di Bangladesh menjadi bencana keruntuhan paling mematikan dalam sejarah modern. Bangunan tingkat delapan itu runtuh 24 April 2013, menewaskan 1.135 orang. Sehari sebelumnya, polisi sudah melarang akses masuk setelah ditemukan retakan pada struktur gedung. Namun perusahaan tetap meminta pekerja pabrik garmen masuk dan mereka terjebak dalam bencana. (hp/yf)