Politik Simbolis Pengibaran Bendera Palestina di PBB
1 Oktober 2015
Pengibaran bendera Palestina di markas PBB menjadi politik simbolis bagi Palestina. Presiden Abbas juga ancam keluar dari kesepakatan Oslo yang atur eksistensi dua negara berdaulat Israel dan Palestina.
Iklan
Palestina bisa bangga, karena benderanya kini boleh berkibar di depan markas besar PBB di New York. Anggota Sidang Umum PBB sebelumnya dengan suara mayoritas 119 suara menyepakati resolusi mengizinkan pengibaran bendera Palestina dan Vatikan yang memiliki status sebagai pengamat di PBB.
Presiden Otonomi Palestina Mahmud Abbas menyebut pengibaran bendera itu sebagai simbol, bahwa rakyatnya bertekad bulat untuk merdeka. Sebelumnya juru runding Palestina, Saeb Erekat, memperingatkan, jika Israel terus melancarkan politik pemukimannya di kawasan Palestina, rakyat bisa frustrasi dan putus asa. Konsekuensinya, keputus asaan akan mendorong tindakan nekat," ujar Erekat kepada DW.
"Desperation could lead to desperate acts"
03:34
Ancam batalkan konvensi Oslo
Abbas juga kembali mengecam politik yang dilancarkan Israel sebagai kekuatan pendudukan Palestina. Dalam pidatonya di depan Sidang Umum PBB, Abbas mengancam akan keluar dari konvensi Oslo yang mengatur solusi berdirinya dua negara berdaulat Palestina dan Israel. “Kami menyatakan, selama Israel menolak menandatangani perjanjian bersama kami, kami tidak ingin menjadi satu-satunya pihak yang diikat kewajiban itu,“ ujar Abbas. Ia juga mengecam Israel yang terus melanggar kesepakatan Oslo tersebut.
Intifada: Dari Pembangkangan Sipil Hingga Roket Qassam
Serangan brutal di sebuah Sinagoga di Yerusalem yang menewaskan beberapa warga sipil Israel baru-baru ini memicu kekhawatiran munculnya gerakan Intifada baru. Berikut sejarah perlawanan warga Palestina
Foto: picture-alliance/AP Photo/M. Mohammed
Hilangnya Kesucian
Selasa, 18 Novermber 2014, dua pemuda Palestina menyerang Sinagoga Kehillat Bnei Torah di Yerusalem dan membunuh empat warga sipil. Serangan ini adalah serangan yang pertama terhadap rumah ibadah kaum Yahudi itu sejak dimulainya konflik Timur Tengah. Berbeda dengan tempat lain, Sinagoga di Israel adalah satu-satunya gedung publik yang bebas dari kawalan aparat keamanan.
Foto: Reuters/A. Awad
Dendam Menuai Kebencian
Pemerintah Israel mulai merobohkan rumah milik pengemudi mobil yang secara sengaja menabrak warga sipil Israel di Yerusalem, Oktober silam. Perdana Menteri Netanyahu juga memastikan, pihaknya akan melakukan hal serupa terhadap kediaman pelaku serangan Sinagoga di Yerusalem, 18 Novermber. Reaksi Israel ini dikhawatirkan akan mewariskan kebencian kepada generasi mendatang Palestina.
Foto: Reuters/A. Awad
Intifada Perorangan?
Serangkaian serangan warga sipil Palestina terhadap Israel baru-baru ini memicu kekhawatiran munculnya gerakan Intifada baru di Timur Tengah. Namun berbeda dengan gerakan sebelumnya yang terkoordinir, kali ini gelombang serangan terhadap warga sipil Israel dilakukan oleh individu yang tidak berafiliasi dengan organisasi teror di Palestina.
Foto: picture-alliance / dpa
Perang Batu
Sejarah Intifada bermula dari pembangkangan sipil hingga penggunaan tindak kekerasan sejak 1987. Pemberontakan awalnya bermula di kantung-kantung pengungsi dan menyebar ke perkotaan. Syeikh Ahmad Yassin dan Yassir Arafat adalah dua tokoh Palestina yang memayungi gerakan tersebut.
Foto: Reuters
Kunjungan Singkat Berbuntut Panjang
Adalah kedatangan Ariel Sharon ke tempat suci kaum Muslim, Al-Haram asy-Syarif, pada September 2000 yang kemudian memicu gerakan Intifada kedua atau yang lebih dikenal dengan Intifada al-Aqsa.
Foto: AP
Pembangkangan Sipil Berganti Peluru
Tampak seorang ibu Palestina menghujat serdadu Israel di Jenin, Tepi Barat Yordan. Pembangkangan sipil yang menjadi wajah intifada damai kini berganti menjadi tindak kekerasan. 2002 silam Palestina menuding Israel melakukan pembantaian di kamp pengungsi Jenin. Israel menepis tudingan tersebut. Sebanyak 500 warga Palestina tewas dalam operasi perisai pertahanan Israel di Jenin.
Foto: APImages
Ketegangan Tak Berujung
Pelaku serangan Sinagoga dikabarkan berasal dari Yerusalem Timur. Sepotong wilyah Palestina yang diduduki Israel ini berulangkali menjadi lokasi pecahnya tindak kekerasan. Secara resmi Israel menduduki Yerusalem Timur, namun secara sistematis menganaktirikan wilayah yang didiami warga Arab tersebut. Akibatnya sebagian besar warga Yerusalem Timur tidak memiliki kewarganegaraan.
Foto: Coex/AFP/Getty Images
Batu dan Bedil
Batu dan ketapel menjadi simbol perjuangan warga Palestina setelah dua gelombang Intifada menghantam Israel. Namun kenyataan berbicara lain. Israel mengklaim selama 1558 hari gelombang kedua Intifada terjadi sebanyak 138 bom bunuh diri, 13.730 serangan bersenjata dan 460 serangan roket Qassam.
Foto: Reuters/M. Torokman
Kebencian yang Diwariskan
Anak-anak yang sering menjadi saksi sekaligus korban tindak kekerasan dan pembalasan dendam Israel adalah pihak yang paling ditelantarkan dalam konflik di Timur Tengah. Merekalah yang kemudian mewariskan dendam generasi sebelumnya dan memperpanjang konflik yang tak berujung itu.
Foto: Hazem Bader/AFP/GettyImages
Tembok Derita
Tembok sepanjang 759 Kilometer yang memisahkan Israel dari Tepi Barat Yordan ini dibangun sesaat setelah berakhirnya gelombang Intifada kedua, 2002 silam. Tembok ini dinyatakan melanggar hukum internasional oleh Pengadilan HAM di Den Haag.
Foto: picture-alliance/dpa
10 foto1 | 10
Amerika Serikat yang merupakan mitra paling erat Israel di kawasan itu, tampaknya tidak terkesan oleh kritik yang dilontarkan Abbas di depan PBB. Para pengamat memperkirakan, Washinton juga tidak akan mengubah haluan politiknya di Palestina. Sementara PM Israel Benjamin Netanjahu bereaksi keras dengan menyebut pidato Abbas itu sebagai dusta dan hasutan yang akan merusak Timur Tengah.