1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
PolitikRusia

Bendungan Kakhovka Jebol, Ukraina-Rusia Saling Tuding di PBB

7 Juni 2023

Dalam rapat Dewan Keamanan PBB, Ukraina menuding Rusia meledakkan bendungan Kakhovka. Sementara, Rusia menyebut kejadian itu merupakan tindakan sabotase.

Penampakan kerusakan bendungan Kakhovka yang meledak dari citra satelit milik Maxar
Foto dari satelit Maxar yang memperlihatkan kerusakan bendungan KakhovkaFoto: Maxar Technologies/AP/picture alliance

Setelah bendungan Kakhovka, yang terletak di selatan Ukraina, meledak pada Selasa (06/06), Ukraina dan Rusia saling menyalahkan dalam rapat darurat Dewan Keamanan PBB.

Duta Besar Ukraina untuk PBB Sergiy Kyslytsya menuduh Moskow meledakkan "sebuah bom perusak lingkungan massal” yang mengakibatkan terjadinya banjir bandang yang seharusnya dapat dihindari.

Kyslitsya berbicara tentang "tindakan terorisme ekologis dan teknologi” dalam pertemuan yang diadakan di New York, Amerika Serikat. Serangan itu merupakan "contoh lain tindakan genosida Rusia terhadap Ukraina,” katanya.

Sementara Duta Besar Rusia untuk PBB Vasily Nebanzya menyebut insiden itu merupakan "sabotase yang sengaja dilakukan Kyiv” dan harus "dikategorikan sebagai kejahatan perang atau sebuah tindakan terorisme.” Waduk itu telah dijadikan sebagai "kejahatan yang tak dapat dibayangkan,” ujar dia.

Penampakan genangan air dari bendungan Kakhovka yang hancur pada Selasa (06/06) telah mencapai Kota Novaya KakhovkaFoto: Kherson Region emergency service/dpa/picture alliance

Merespons itu, Kyslytsya berargumen waduk tersebut berada dalam kendali Rusia dan berada di luar kendali Ukraina, dengan mengatakan bahwa "secara fisik tidak mungkin” bendungan tersebut rusak akibat tembakan, padahal Rusia yang melakukan penambangan di bendungan itu.

Sementara itu, kepada Dewan Keamanan, Ketua Bantuan PBB Martin Griffiths menyebut jebolnya waduk itu "berdampak serius dan ada konsekuensi yang cukup besar bagi ribuan penduduk di selatan Ukraina atas kehilangan tempat tinggal, makanan, air bersih, dan mata pencaharian.”

"Kedahsyatan kejadian ini baru akan terasa setelah beberapa hari ke depan,” tambahnya.

Pemerintah Ukraina menyebut setidaknya 42 ribu orang berisiko terdampak banjir, yang puncaknya diperkirakan pada Rabu (07/06).

Seorang warga tengah melintasi genangan air di Kota Kherson, UkrainaFoto: Evgeniy Maloletka/AP/picture alliance

Kyiv menuduh Moskow hancurkan bendungan Kakhova 

Bendungan Kakhovka di selatan Ukraina telah hancur, kata pihak Ukraina dan Rusia pada Selasa (06/06), mengakibatkan adanya ancaman banjir di daerah hilir di sepanjang Sungai Dnieper, yang juga dikenal sebagai Sungai Dnipro.

Perusahaan listrik Ukraina mengaku pembangkitnya mengalami "kerusakan total” setelah sebuah ledakan terjadi di ruangan mesin.

Moskow dan Kyiv saling menyalahkan akibat kejadian ini dan masing-masing punya pernyataan yang bertentangan soal situasi keamanan pada Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Zapprizhzhia yang dikuasai Rusia, yang berjarak 150 kilometer.

Bendungan zaman Uni Soviet ini merupakan penyedia air bagi hilir Semenanjung Krimea, yang dianeksasi Rusia pada tahun 2014, dan memasok air ke hulu waduk pembangkit listrik Zaporizhzhia.

Saat beberapa pulau sudah terendam banjir, baik Ukraina dan Rusia menyatakan 80 pemukiman di bagian hilir berisiko tergenang banjir.

Zelenskyy pastikan Ukraina tak akan berhenti 

Ukraina tidak akan membiarkan peledakan bendungan Kakhovka ini menghentikannya dalam perebutan daerah yang telah dikuasai Rusia, kata Presiden Volodymyr Zelenskyy.

"Bencana yang disebabkan oleh teroris Rusia di pembangkit listrik tenaga air Kakhovka ini tidak akan menghentikan Ukraina dan rakyatnya,” kata Zelenskyy dalam sebuah pesan video, Selasa (06/06) malam. Di saat itu juga, dia berjanji akan memberikan bantuan pada pihak yang wilayahnya terdampak.

Sebagian wilayah Kherson yang terdampak banjir akibat jebolnya bendungan Kakhovka pada Selasa (06/06)Foto: OLEG TUCHYNSKY/AFP

Menurut pengakuan Zelenskyy, ledakan bendungan ini bertujuan untuk memperlambat perlawanan Ukraina. "Kami masih akan membebaskan seluruh wilayah negara kami,” tegasnya. Penyerangan itu tak akan menghindarkan Rusia dari kekalahan, kata Zelenskyy,  justru bakal membuat Moskow harus membayar mahal pada akhirnya.

Jaksa Agung Ukraina telah meminta Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) untuk melakukan sebuah investigasi terkait kejadian ini, kata dia.

Sementara itu, Zelenskyy menyebut pemerintah telah melakukan semampunya untuk dapat membantu korban banjir dan menyediakan air bersih.

mh/ha (AP, AFP, dpa, Reuters)

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait