Perdana Menteri Israel datang ke Berlin dalam rangka lawatan ke Eropa. Benjamin Netanyahu ingin mendorong negara-negara Eropa mengambil sikap lebih tegas terhadap Iran.
Iklan
Benjamin Netanyahu, yang menjabat Perdana Menteri sekaligus Menteri Luar Negeri Israel, akan tampil penuh percaya diri setelah mendapat dukungan penuh dari Presiden AS Donald Trump. Dia selama ini mengecam keras kesepakatan atom dengan Iran yang ditandatangani oleh AS dan Eropa tahun 2015. Setelah Trump menjadi presiden AS, Netanyahu berhasil meyakinkannya untuk membatalkan perjanjian itu secara sepihak.
Sekarang, PM Israel ingin meyakinkan negara-negara yang masih berusaha menyelamatkan kesepakatan atom itu di Eropa. Selain ke Berlin, Benjamin Netanyahu juga akan berkunjung ke Paris dan London. Sebelum meninggalkan Israel, dia menegaskan lagi posisi pemerintahannya:
"Israel tidak akan mengijinkan Iran memiliki senjata atom. Tema lain adalah langkah agresif Iran untuk memperluas pengaruhnya di Timur Tengah, terutama di Suriah. Dalam hal ini, saya tetap akan memegang prinsip utama kami: Israel akan mencegah segala usaha Iran untuk hadir secara militer di Suriah."
Militer Iran Harus Keluar dari Suriah
Israel sudah beberapa kali melakukan serangan udara ke Suriah, juga ke sasaran-sasaran yang diduga menjadi markas militer Iran. Beberapa minggu lalu, Israel menuduh Iran turut menembakkan roket dari Suriah ke wilayahnya dan membalas dengan serangan balik. Militer Israel mengatakan, serangan itu adalah pukulan berat terhadap kehadiran militer Iran di Suriah.
Tapi bekas penasehat militer Israel Eran Etzion tidak yakin, Iran benar-benar akan menarik diri dari Suriah. "Itu tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan.. Jika tujuan militernya adalah untuk mengusir semua milisi Iran dari Suriah, itu tidak akan tercapai."
PM Israel Benjamin Netanyahu sekarang ingin mencari dukungan diplomatik bagi langkah kerasnya terhadap Iran. Beberapa hari lalu, Menteri Pertahanan Israel datang ke Moskow untuk melakukan pembicaraan. Hampir bersamaan dengan itu, muncul laporan-laporan dari Damaskus bahwa penasehat militer Iran dan kelompok milisi yang didukungnya menarik dari dari daerah perbatasan Suriah-Israel.
Dalam pertemuan dengan Kanselir Jerman Angela Merkel, Benjamin Netanyahu juga akan mendapat dukungan dari Jerman terkait kehadiran militer Iran dari Suriah. Merkel sendiri sudah berulangkali menegaskan, keamanan Israel adalah sebuah kewajiban yang mengikat bagi Jerman.
Foto Kontras Duka dan Tawa Antara Gaza dan Israel
Ketika Israel merayakan 70 tahun kemerdekaan dan pemindahan kedutaan besar Amerika Serikat dari Tel Aviv ke Yerusalem, penduduk di Jalur Gaza menghadapi kematian di ujung laras senapan.
Foto: Reuters/M. Salem
Amarah Menjelang Nakba
Sebanyak 60 demonstran tewas saat mengikuti aksi protes terhadap pembukaan kedutaan besar Amerika Serikat di Yerusalem. Penduduk di Jalur Gaza menyantroni perbatasan untuk menolak kebijakan Presiden Donald Trump yang mengubur klaim Palestina atas Yerusalem. Pemindahan tersebut bertepatan dengan peringatan 70 tahun pendirian negara Israel yang sekaligus menandakan hari pengusiran buat Palestina
Foto: Reuters/I. Abu Mustafa
Goretan Trump di Yerusalem
Ketika korban pertama di Jalur Gaza mulai berjatuhan, penasehat senior Gedung Putih Ivanka Trump dan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin meresmikan gedung baru kedutaan AS di Yerusalem. Acara yang dihadiri oleh pejabat tinggi Israel dan sejumlah negara lain itu berlangsung hangat dan meriah.
Foto: Reuters/R. Zvulun
Termakan Jebakan Hamas?
Israel menuding organisasi teror Hamas sengaja menjebak warga untuk mendorong bentrokan yang menelan korban jiwa. Di antara korban tewas terdapat seorang bocah perempuan meregang nyawa usai terpapar gas air mata. Bentrokan di perbatasan menyisakan lebih dari 2.700 korban luka. Organisasi Palang Merah mengkhawatirkan kapasitas rumah sakit di Gaza tidak mencukupi.
Foto: Reuters/M. Salem
Pesta dan Elegi Seputar Yerusalem
Ketika warga Palestina meratapi Yerusalem, kelompok geng kendaraan bermotor di Israel merayakan pengakuan Amerika Serikat atas ibukotanya tersebut. Status Yerusalem yang sejak lama bermasalah diklaim sebagai ibukota abadi oleh penganut kedua agama. Bahkan Arab Saudi yang notabene sekutu AS di kawasan mengritik kebijakan Trump memindahkan kedutaan besar Amerika.
Foto: Reuters/A. Awad
Hari Paling Berdarah
Aksi demonstrasi pada hari Senin (14/5) di Gaza merupakan hari tunggal paling berdarah sejak perang Israel dan Hamas pada 2014 lalu. Dari 2.700 korban luka, lebih dari 1.300 terkena peluru dan 130 berada dalam kondisi kritis. Termasuk korban yang tewas adalah delapan anak di bawah umur, klaim Kementerian Kesehatan Palestina.
Foto: Reuters/I. Abu Mustafa
Bertabur Puji dan Sanjungan
Selama acara pembukaan kedutaan AS, perwakilan kedua negara saling melemparkan sanjungan dan pujian. Perdana Menteri Benjamin Netanyahu misalnya menilai langkah presiden Trump sebagai sebuah "keberanian." Sementara menantu Trump, Jared Kushner, mengatakan suatu saat umat manusia akan membaca sejarah ini dan mengakui, "perdamaian diawali dengan keputusan Amerika menerima kebenaran."
Foto: Reuters/R. Zvulun
Menyambut Hari Kematian
Sejak aksi demonstrasi menyambut hari Nakba dimulai 30 Maret lalu, setidaknya 97 penduduk Palestina dinyatakan tewas, termasuk 12 anak-anak. Sementara angka korban luka bahkan melebihi jumlah korban pasca operasi militer Israel selama 51 hari di Gaza pada 2014, yakni 12.271 orang berbanding 11.231 orang. Situasi ini menyisakan ketegangan diplomasi antara Israel dan sejumlah negara lain.
Foto: picture-alliance/ZUMAPRESS.com/A. Amra
Kisruh Diplomasi
Sebagai reaksi - Turki dan Afrika Selatan menarik duta besarnya dari Tel Aviv. Sementara Uni Eropa, Jerman, Perancis dan PBB menyesalkan penggunaan kekerasan oleh militer. Adapun pemerintah Irlandia memanggil duta besar Israel untuk dimintai keterangan. Dari semua negara hanya Amerika Serikat dan Australia yang mengutuk Hamas atas jatuhnya korban jiwa di Jalur Gaza. (rzn/vlz - rtr,ap,afp)
Foto: picture-alliance/Zuma/N. Alon
8 foto1 | 8
Perbedaan pandangan soal Palestina
Dalam konflik antara Israel dan Palestina, Berlin punya posisi yang berbeda dengan pemerintahan Netanyahu. Jerman mendukung solusi dua negara dan menganggap pembangunan pemukiman Yahudi di kawasan yang diduduki Israel adalah hambatan utama proses perdamaian. Beberapa hari lalu, pemerintah Israel kembali mengijinkan pembangunan ribuan rumah.
Di Tepi Barat, Jerman dan negara-negara Uni Eropa lain mendukung banyak proyek infrastruktur dengan menyalurkan dana bantuan. Namun beberapa proyek dihentikan atau dibongkar lagi oleh Israel.
Jerman terutama prihatin dengan eskalasi berdarah dalam minggu-minggu terakhir di Jalur Gaza. Tingginya jumlah korban yang tewas menjadi pertanyaan besar, apakah aparat keamanan Israel terlalu mudah melepaskan tembakan mematikan dan tidak menerapkan langkah yang proporsional menghadapi aksi demonstrasi. Sekalipun Benjamin Netanyahu terutama ingin membahas soal ancaman dari Iran, masalah keamanan di Jalur Gaza tetap akan jadi sorotan para pemimpin Eropa.
Ketika Peluru Israel Membunuh Impian Atlet Palestina
Atlet sepeda Palestina, Alaa al-Daly, kehilangan kaki setelah ditembak tentara Israel. Peristiwa nahas tersebut mengubur mimpinya membela bendera negara di ajang Asian Games 2018 di Jakarta.
Foto: Reuters/S. salem
Mimpi Besar Alaa al-Daly
Alaa al-Daly bermimpi mengibarkan bendera negaranya di ajang Asian Games di Jakarta, Agustus mendatang. Ia adalah atlet sepeda yang sedianya akan mewakili Palestina pada perhelatan akbar olahraga terbesar se-Asia tersebut. Namun apa daya, nasib berkata lain.
Foto: Reuters/S. salem
Nahas di Hari Nakba
Pemuda berusia 21 tahun itu ditembak serdadu Israel ketika menghadiri aksi demonstrasi mengenang hari Nakba di perbatasan Israel dan Jalur Gaza. Akibatnya, kaki kanan Alaa harus diamputasi - sebuah vonis mati untuk seorang atlet.
Foto: Reuters/S. salem
Petaka Memutar Nasib
Alaa mengaku tidak mengetahui aksi damai di perbatasan akan berubah menjadi insiden berdarah. Setidaknya 16 demonstran tewas dihujani peluru oleh serdadu Israel. Sementara 16 orang lain mengalami nasib seperti Alaa. Kendati beruntung masih hidup, peristiwa tersebut mengubah hidupnya untuk selamanya.
Foto: Reuters/S. salem
Ketidakadilan Tak Berkesudahan
Kaki Alaa mungkin masih bisa diselamatkan seandainya ia mendapat pengobatan yang baik di luar negeri. Buat penduduk Jalur Gaza, satu-satunya layanan medis yang paling berkualitas hanya terdapat di Israel. Nahas buat sang atlet, militer Israel menolak mengabulkan permohonannya lantaran ia terlibat dalam aksi demonstrasi di perbatasan.
Foto: Reuters/S. salem
Israel Menolak
"Setiap bentuk permohonan layanan medis oleh teroris atau demonstran yang ikut serta dalam aksi berdarah akan ditolak," tulis IDF dalam pernyataannya. "Warga asing tidak memiliki hak untuk memasuki Israel, termasuk warga Palestina yang hidup di Jalur Gaza." Aksi demonstrasi yang berlangsung selama berhari-hari itu menyisakan 31 korban jiwa.
Foto: Reuters/S. salem
Masa Depan di Olahraga
Alaa adalah satu dari sedikit atlet Palestina yang bisa berlaga di turnamen internasional. Ia bahkan atlet sepeda pertama yang diproyeksikan untuk tampil di ajang dunia. Kini Alaa bertekad melanjutkan mimpinya di ajang Paralimpiade atau Asian Para Games. Namun untuk itu ia harus terlebih dahulu berlatih berjalan untuk kelak bisa kembali menggowes sepeda.