Tembok Ratapan merupakan situs sakral kaum Yahudi. Di sini akses kaum perempuan dibatasi. Kelompok Yahudi liberal ingin agar tembok ini terbuka bagi semua orang. Protes tersebut berbuntut bentrokan.
Iklan
Bentrokan di Tembok Ratapan
00:37
Sekelompok jamaah dipimpin oleh kepala gerakan keagamaan Yahudi liberal Amerika Serikat dan Israel bentrok dengan puluhan demonstran Yahudi Ortodoks di situs kudus Tembok Ratapan di Yerusalem, hari Rabu (02/11).
Tembok Ratapan atau Tembok Barat terbagi dua oleh sebuah pagar yang memisahkan wilayah antara laki-laki dan perempuan. Kaum Yahudi Ortodoks menganggap kaum pria tidak boleh berdoa bersama-sama dengan kaum perempuan.
Tuntut kesetaraan gender
Namun mereka yang tergabung dalam Women of the Wall menuntut kesetaraan gender di Tembok Barat. Bersama pemimpin kelompok reformasi dan gerakan liberal Yahudi mereka menggelar acara doa khusus bersama dan menuntut Israel menerapkan keputusan secara resmi dalam mengakui area doa gender campuran di situs kudus tersebut.
Menguak Misteri 'Suku Yahudi yang Hilang' di India
Masyarakat adat Bnei Menashe, yang mengaku keturunan salah satu "suku Israel yang hilang," hidup di negara bagian India timur laut yang bergolak Manipur dan Mizoram. Secara bertahap kini mereka bermigrasi ke Israel.
Foto: Bijoyeta Das
Sejak 6000 tahun lalu menetap di India
Komunitas Bnei Menashe di India terdiri dari masyarakat Mizo, Kuki dan Chin, yang berbicara bahasa Tibet-Burman. Menek moyang mereka diyakini telah menetap di timur laut India sejak sekitar 6.000 tahun silam. Mereka memeluk agama Kristen pada abad ke-19.
Foto: Bijoyeta Das
Kini banyak yang memeluk agama Yahudi
Namun kini cukup banyak orang Bnei Menashe yang kembali atau berpindah keyakinan dengan menganut agama Yahudi. Bahkan sekitar 2.000 orang dari mereka kini sudah bermigrasi ke Israel.
Foto: Bijoyeta Das
Kontroversi politik
Tahun 2005, pemerintah Israel mulai menolak visa untuk warga Bnei Menashe setelah memicu kontroversi politik di India. Pemerintah India menuding pemberontakan di Manipur dan Mizoram dimana mereka bermukim telah meningkatkan ancaman terhadap keamanan nasional. Banyak orang juga dituduh melanggar kesetiaan terhadap pemerintah India.
Foto: Bijoyeta Das
Menepis tuduhan
Baik warga India maupun Israel meragukan niat baik masyarakat Bnei Menashe yang mengklaim keturunan Yahudi.. Mereka dicurigai hanya ingin meninggalkan India karena alasan ekonomi. Sementara masyarakat tersebut beranggapan, berimigrasi ke Tanah Suci yang dijanjikan adalah kewajiban agama mereka. Hingga kini apakah mereka benar-benar bergaris keturunan Israel atau tidak, masih jadi perdebatan.
Foto: Bijoyeta Das
Jumlah imigran terus melonjak
Masyarakat Bnei Menashe diperkirakan terus bergerak menuju Israel. Menurut media haaretz.com, jumlah warga Bnei Menashe yang masuk ke Israel melonjak hingga tiga kali lipat pada tahun 2016. Pasangan ini menceritakan, putri mereka telah tinggal di Israel sejak tahun 2007.
Foto: Bijoyeta Das
Taat pada keyakinan
Isu-isu politik tidak berdampak pada kehidupan orang-orang ini. Mereka tetap melakukan tugas-tugas keagamaan dengan taat. Perempuan Bnei Menashe berkumpul setiap minggu untuk beribadat di sinagoga di kota Moreh, Manipur.
Foto: Bijoyeta Das
Melokalkan Yahudi
Gadis di Moreh, Manipur ini menunjukkan kitab suci Yahudi, yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa lokal.
Foto: Bijoyeta Das
7 foto1 | 7
Keputusan itu muncul pada bulan Januari tahun 2016 setelah para pemimpin Yahudi di Israel dan Amerika Serikat bernegosiasi dengan pemerintah Israel selama tiga tahun. Namun pemerintah belum menerapkan keputusan itu secara resmi karena tentangan kubu Ortodoks.
Tembok Barat atau Tembok Ratapan diyakini sebagai dinding sakral dari Bait Suci Kedua. Situs kudus itu dikuasai oleh kaum Ortodoks yang menentang tradisi Yahudi liberal.
ap/as(ap)
Rawabi: Melawan Israel Dengan Bata
Proyek swasta terbesar dalam sejarah Palestina: Pembangunan kota Rawabi di Tepi Barat. Tak jauh dari situ berdiri banyak permukiman yang dibangun Israel untuk warga Yahudi. Sebuah harapan bagi terciptanya perdamaian?
Foto: Getty Images/AFP/A. Gharabli
Kota berbukit
Rawabi artinya bukit-bukit. Kawasan ini memang berada di atas perbukitan. Rawabi menjanjikan komunitas baru bagi keluarga Palestina untuk memiliki rumah modern dengan harga terjangkau. Di sekitar kota ini, banyak pemukiman yang dibangun Israel.
Foto: picture alliance/dpa
Kota baru di Tepi Barat
Berlokasi di kawasan yang tak putus dirundung konflik. Rawabi berada di antara Ramallah dan Nablus.Kota ini berjarak sekitar 25 km dari Yerusalem dan sekitar 9 kilometer dari Ramallah.
Proyek percontohan modern
Mulai dibangun pada 2010, secara bertahap, Rawabi akan menjadi sebuah kota lengkap dengan fasilitas perbelanjaan, sekolah, universitas, rumah sakit, pusat kebudayaan, restoran, ruang hijau, serta rumah-rumah ibadah.
Foto: picture-alliance/AP Photo/N. Nasser
Membangun komunitas baru
Tersedianya lapangan kerja, pendidikan, rekreasi dan lingkungan diharapkan menyokong pertumbuhan komunitas di sini. Keluarga Khateeb bersantai di teras apartment baru mereka, menyongsong masa depan baru. Kota ini bukan sekedar pemukiman, namun juga simbol 'aspirasi bernegara' setelah puluhan tahun pendudukan Israel.
Foto: picture-alliance/AP Photo/N. Nasser
Menyediakan ribuan unit rumah
Pada tahap awal, disediakan 5000 rumah bagi sekitar 25.000 penduduk. Rumah-rumah itu tersebar di 23 blok, masing-masing dengan estetika tersendiri. Semua kawasan didukung fasilitas modern yang indah termasuk parkir bawah tanah, taman bermain, trotoar dan toko-toko ritel. Konstruksi berikutnya dibangun untuk menampung lebih dari 40.000 warga.
Foto: Getty Images/AFP/T. Coex
Dari tradisional ke modern
Sejak dibuka jelang akhir tahun 2015, sudah lebih dari 1200 orang menempati unit-unit rumah di Rawabi.Apartment tersedia dalam jenis studio hingga unit keluarga. Tipe rumah semacam ini berbeda dengan budaya tradisonal Palestina yang biasa menempati rumah besar dengan didiami oleh keluarga besar dari berbagai generasi di bawah satu atap.
Foto: Ulrike Schleicher
Mengawinkan pemukiman dengan bisnis
Bintang film barat dan Arab terlihat dari jendela bar dan restoran. Di pusat kotanya dibangun ritel-ritel bisnis, hotel, bioskop dan lain-lain, yang didukung oleh teknologi terbaru dan jaringan internet berkecepatan tinggi. Sebagai kota swasta terbesar dalam sejarah Palestina, Rawabi akan memperluas hubungan ekonomi lokal dan global.
Foto: Ulrike Schleicher
Hiburan juga penting
Gambar artis legendaris Amerika Serikat, Marilyn Monroe tampak pada dinding sebuah bangunan pertunjukan yang dipersiapkan bagi warga. Sejumlah pusat hiburan dipersiapkan.
Foto: picture-alliance/AP Photo/N. Nasser
Theater terbuka
Ada pula theater terbuka ala Amphitheater Romawi yang bisa menampung ribuan pengunjung yang ingin datang menyaksikan pertunjukan.
Foto: picture-alliance/AP Photo/N. Nasser
Penasaran lihat dalamnya?
Ini ruang tamu salah satu apartment yang disediakan oleh pihak developer. paling tidak, mebel-mebel yang paling sering digunakan sudah tersedia di dalam rumah. Apakah cukup nyaman?
Foto: Getty Images/AFP/T. Coex
Serba modern
Seorang pria tampak berjalan di dalam sebuah apartment. Tampilan luar dan interior dalam tiap rumah terlihat sangat modern.
Foto: Getty Images/AFP/T. Coex
Mendorong investasi asing
Janina dari Ramallah bertanggung jawab urusan investasi. Perusahaan internasional, terutama di bidang berteknologi tinggi, kesehatan dan energi terbarukan terus dijajaki untuk diajak ambil peran penting dalam memperkuat kegiatan ekonomi di Rawabi, yang berencana membuka lebih dari 5.000 lapangan pekerjaan tetap untuk mendukung kualitas hidup jangka panjang.
Foto: Ulrike Schleicher
Perusahaan pengembang
Bayti Real Estate Investment Company, pengembang Rawabi, adalah perusahaan milik Qatari Diar dan Massar Internasional. Investasi di Rawabi diperkirakan akan melebihi volume satu miliar US Dollar.
Foto: Getty Images
Tokoh di balik pembangunan Rawabi
Bashar Al-Masri lahir di Nablus, Palestina. Menempuh pendidikan di Mesir dan Amerika, ia kemudian menjadi pengusaha yang sangat sukses. Pengusaha di balik pembangunan Rawabi ini berharap, kota baru Palestina itu akan mendekatkan orang-orang, termasuk pihak Israel sendiri. Theglobeandmail menulis, Masri melawan Israel bukan dengan peluru melainkan dengan bata.
Foto: Getty Images
Dibangun putra putri Palestina
Hanan Khalaf adalah seorang teknisi bangunan yang baru lulus kuliah dari Universitas Bir Zeit. Kini ia mengabdikan ilmunya untuk membangun kota baru Rawabi.
Foto: Ulrike Schleicher
Diserang dua belah pihak
Masri dan para investor lainnya menghadapi tekanan baik dari Israel maupun Palestina. Kelompok garis keras Palestina menganggap pembangunan ini hanya sebagai ilusi atas hubungan Israel dan Palestina, dimana meski kemajuan ekonomi akan tercapai, Israel masih tetap bercokol di Tepi Barat. Dari pihak Israel, problem utamanya: air.
Foto: Getty Images/AFP/T. Coex
Semua lengkap, kecuali air
Hampir 60 persen Tepi Barat, termasuk pemukiman, akses jalan, dll, berada di bawah administrasi Israel. Kebutuhan pasokan air di Rawabi sangat tergantung pada Israel. Setelah negosiasi alot, Israel menyetujui pasokan air untuk Rawabi. Pembangunan Rawabi sendiri bertahun-tahun banyak terhadang konflik Palestina-Israel.
Foto: picture-alliance/AP Photo/N. Nasser
Harapan baru
Meski pembangunan belum usai, ratusan keluarga sudah mulai bermukim di kota baru ini. Dengan tawaran modernitas dan harga rumah lebih murah dari di Ramallah, penduduk berharap dapat hidup normal. Hal yang sulit mereka peroleh di kota-kota Palestina lainnya. Penulis: Ayu Purwaningsih Editor: Agus Setiawan