"Ada babi di surga?", "Kenapa ada cinta beda agama?", "Apakah memilih Ahok masuk neraka?", pertanyaan-pertanyaan ini muncul dari masyarakat. Feby Indirani mengajak masyarakat menjadi lebih rileks dalam beragama.
Iklan
Sejak lama orang menyebut tahun 2018 sebagai tahun pemanasan politik. Sejak pemilihan presiden 2014, terlebih pada pilkada DKI Jakarta 2017, semua orang seperti sudah bersiap-siap menjelang pemilu presiden di 2019. Tahun 2018, Indonesia akan melaksanakan pilkada serentak, dan dalam segala hajatan politik itu makin terasa bahwa agama menjadi salah satu poros ketegangan dalam kehidupan bermasyarakat kita.
Pada Juli 2017 ketika Basuki Tjahaja Purnama baru saja divonis bersalah dan persekusi marak terjadi dan makan korban beberapa orang sipil, gerakan Relaksasi Beragama (Relax, it's Just Religion) diperkenalkan ke publik. Gerakan ini diperkenalkan melalui buku kumpulan cerita fiksi Bukan Perawan Maria. Pameran Bukan Perawan Maria merupakan tafsir rupa dari cerita-cerita di dalam buku tersebut, dan sesi singkat pelatihan Relaksasi Beragama.
Pada pameran tafsir rupa Bukan Perawan Maria yang berlangsung 10 hari, pengunjung diajak terlibat dengan misalnya menulis pertanyaan yang mereka pikir akan mereka terima dari malaikat di akhirat nanti dan bahasa apa yang akan digunakan untuk menanyakannya. Di bagian lain pameran, pengunjung juga bisa menuliskan pertanyaan tentang agama dan Tuhan yang selama ini mereka takut utarakan. Pertanyaan yang muncul beragam dan kerap mengejutkan. "Apakah ada babi di surga?", "Kenapa harus ada cinta beda agama?", atau "Apakah memilih Ahok-Djarot bakal masuk neraka?", dan sebagainya.
Percakapan baru yang bisa menjadi alternatif
Relaksasi Beragama merupakan tawaran percakapan baru yang bisa menjadi alternatif di tengah ketegangan dalam kehidupan keberagamaan kita saat ini. Pendekatan cerita fiksi dan seni yang menjadi titik berangkat gerakan sepertinya dapat membuka ruang bagi Muslim, khususnya Muslim Milenial, untuk berani mengajukan pertanyaan dan gagasan mereka mengenai keberagamaan.
Sebagai sebuah gerakan, Relaksasi Beragama terdiri dari orang-orang muda yang sering bercanda menyebut diri, "kami sedang berobat jalan". Demikian gurauan saya bersama antara lain ada Ferlita Sari, Psikolog dari Universitas Indonesia biasa dipanggil Ferli dan Hikmat Darmawan seorang kritikus Budaya pendiri penerbit Pabrikultur. Sebuah gurau yang lahir karena peserta gerakan ini tidak memiliki pretensi lebih baik dari pada orang lain. Tapi, kami meyakini bahwa kita bisa lebih rileks dalam beragama. Menteri Agama RI, Lukman Hakim Syaifuddin, yang datang memberikan pidato di salah satu acara pameran, memuji gerakan ini karena sangat kontekstual dan sesuai dengan konteks terkini Indonesia.
Relaksasi Beragama memiiki tiga prinsip dan lima keterampilan yang dibutuhkan untuk menerapkan ketiga prinsip Relaksasi Beragama. Tulisan ini hanya akan memperkenalkan secara garis besar saja, dengan memberikan sedikit latar belakang.
Ahok Diserang Lagi, Kali Ini Dengan Karangan Bunga
Halaman Balai Kota DKI disesaki dengan sekitar seribu karangan bunga hingga meluber ke jalanan. Plakat kembang itu ditujukan bagi Ahok-Djarot. Pesannya mulai dari ucapan terima kasih, semangat, hingga 'curhat galau'.
Foto: B. T. Purnama
Setelah kalah bersaing di Pilkada
Pasca alami kekalahan dari pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno dalam Pilkada DKI Jakarta, Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan wakilnya Djarot Syaiful Hidayat menerima ribuan karangan bunga yang dialamatkan ke Balai Kota DKI Jakarta, Jalan Medan Merdeka Selatan.
Foto: Reuters/D. Whiteside
Lama-lama tak muat lagi
Tadinya karangan-karangan bunga kiriman dari berbagai orang dan kelompok masyarakat itu dipajang di halaman Balaikota. Namun karena jumlahnya terus bertambah, akhirnya meluber juga ke jalanan.
Foto: Reuters/D. Whiteside
Ucapan terima kasih
Rata-rata isi pesan dalam karanagn bunga itu berupa ucapan penyemangat bagi pesangan Ahok-Dajrot yang kalah alam Pilkada DKI Jakarta 2017. Selain itu juga ucapan terima kasih atas perubahan yang warga alami di ibukota.
Foto: B. T. Purnama
1 kekalahan 1000 bunga
Bukan cuma dari individu, kelompok masyarakat juga ikut mengirim bunga. partai Solidaritas Indonesia (PSI) yang dikenal gigih memperjuangkan Ahok-Djarot dalam Pilkada mengirim karangan bunga super besar. Kata-katanya: "Satu kekalahan, seribu bunga merekah."
Foto: Partai Solidaritas Indonesia PSI
Jadi ajang foto
Pernah melihat karangan bunga sebanyak ini yang ditujukan bagi seorang pemimpin? Pajangan karangan-karangan bunga di sekitar Balaikota DKI Jakarta akhirnya jadi ajang selfie maupun foto bersama.
Foto: M. Tobing
Bagaimana membalasnya?
Ahok mengaku bingung ingin membalas karangan bunga dengan ucapan rasa terima kasih, tapi bagaimana caranya jika sebanyak itu? Lewat akun facebooknya, staf Ahok mendokumentasikan karangan-karangan bunga tersbeut.
Foto: Facebook
Menarik perhatian
Anggun, artis Indonesia yang bermukim di Perancis tak mau ketinggalan mengungkapkan perasaannya. lewat twitter ia menulis rasa terharunya melihat bunga-bunga untuk Ahok.
Foto: Twitter
Gagal 'move on'
Tak jarang, pesan dalam plakat bunga ini juga bernada lucu. Misalnya seperti kiriman dari warga yang mengaku galau setelah ditinggal Ahok-Djarot nantinya. (Ed: aap/rzn)
Foto: B. T. Purnama
8 foto1 | 8
Agama hanyalah jalan, bukan tujuan
Prinsip yang ibaratnya adalah mercusuar yang menjadi penerang, yang mengarahkan kapal-kapal berlayar. Sebagaimana mercusuar, prinsip tidak bisa digeser, diubah, dan dipindahkan. Kita yang harus menyesuaikan diri dengan mercusuar dan bukan sebaliknya. Prinsip pertama adalah Agama hanyalah jalan, bukan tujuan. Saat ini kita menyaksikan bagaimana agama seolah diposisikan sebagai Tuhan itu sendiri. Orang sering lupa bahwa bagaimanapun pentingnya agama hanyalah jalan, bukan Tuhan yang seharusnya menjadi tujuan utama semua orang beragama.
Prinsip kedua, hakikat manusia adalah kesamaan. Ini merupakan suatu prinsip yang sangat penting, karena kita menyaksikan bagaimana kita begitu mahir mencari-cari dan menajamkan perbedaan. Sehingga seakan hakikat manusia adalah perbedaan, bahkan keberlawanan. Padahal, ada lebih banyak persamaan antara sesama manusia daripada perbedaan di antara kita. Sama-sama menggunakan oksigen ketika bernafas, bernaung di bawah matahari dan bulan yang sama, minum ketika dahaga, makan ketika lapar. Kita hidup di bumi yang sama.
Prinsip ketiga adalah mengutamakan welas asih daripada menjadi benar. Kita tahu bahwa begitu banyak perdebatan terjadi karena hasrat yang begitu besar untuk menjadi benar dan diakui bahwa kita benar. Relaksasi Beragama menegaskan bahwa ada yang lebih penting, yaitu mengedepankan welas asih atau compassion. Ini adalah kata yang kami pilih dengan hati-hati. Misalnya, kami tak memilih kata "cinta" untuk prinsip ketiga ini, karena cinta adalah salah satu kata yang paling sering dipakai tapi sekaligus paling sering disalahpahami.
Setelah melalui diskusi mendalam, kami menemukan setidaknya ada lima keterampilan atau kecakapan untuk menerapkan ketiga prinsip di atas.
Lima kecakapan yang dibutuhkan untuk menjadi lebih rileks dalam beragama sepintas tampak sebagai sesuatu yang sederhana, bahkan mudah. Namun bila dipraktikkan sebetulnya dapat memberikan efek yang dasyat. Keterampilan ini bahkan menjadi semakin sulit dilakukan di saat sekarang.
Konflik Terburuk di Dunia
Institut Heidelberg untuk Riset Konflik Internasional (HIIK) merilis 'Barometer Konflik 2013'. Baik karena fanatisme agama, hasil bumi berharga atau gila kuasa, sepanjang tahun 2013 terjadi sekitar 400 konflik di dunia.
Foto: picture-alliance/dpa
Suriah
Pada tahun keempat perang sipil di Suriah, kekacauan masih merajalela. Negara ini terpecah antara pasukan pemerintah di bawah Presiden Bashar al-Assad, kelompok oposisi moderat, Islamis, kelompok preman dan geng kriminal. Lebih dari 100.000 orang tewas akibat konflik, dan 9 juta warga terpaksa mengungsi. Konflik ini berpotensi meluas ke negara-negara tetangga.
Foto: Mohmmed Al Khatieb/AFP/Getty Images
Afghanistan
Pertempuran berlanjut di Afghanistan setelah NATO menyerahkan kontrol keamanan ke militer lokal. Taliban dan kelompok militan Islam lainnya terus melancarkan perang terhadap pemerintah menggunakan serangan bom bunuh diri dan ranjau. Wilayah perbatasan menjadi daerah yang paling rentan kekerasan. Menurut PBB, lebih dari 2.500 warga sipil tewas di Afghanistan tahun 2013.
Foto: picture-alliance/dpa
Filipina
Selama 40 tahun lebih front pembebasan Moro di Filipina memperjuangkan kebebasan. Setelah sempat mereda, konflik kembali berkecamuk tahun 2013 saat MNLF mengumumkan kemerdekaan kepulauan di bagian selatan Filipina. Pemberontak yang berusaha mengambil alih kota Zamboanga dipukul mundur oleh militer. Lebih dari 120.000 orang terpaksa mengungsi.
Foto: Reuters
Meksiko
Narkoba, perdagangan manusia, pemerasan dan penyelundupan: Ini cara kartel di Meksiko mendapat pemasukan. Untuk melindungi aliran dana, konflik antar kartel dan dengan pemerintah begitu marak. Pertempuran kecil terjadi setiap pekan. Akibatnya ratusan kelompok preman terbentuk di berbagai penjuru negeri. Tahun 2013 korban tewas akibat konflik kartel mencapai 17.000 orang.
Foto: picture-alliance/dpa
Nigeria
Kelompok Islamis Boko Haram ingin memberlakukan hukum Syariah di Nigeria. Untuk mencapai target ini, kelompok tersebut terus menyerang umat Kristen dan Muslim moderat. Dalam gambar, kerabat korban umat Kristen menggali kuburan usai sebuah serangan. Nigeria juga mempunyai pertempuran lain: petani Kristen bentrok dengan penggembala ternak Muslim terkait lahan subur.
Foto: picture-alliance/dpa
Sudan
Selama 10 tahun lebih beragam kelompok etnis Afrika bertempur di wilayah Darfur, Sudan, melawan pasukan pemerintah dan sekutunya. Dalam konflik, suplai air dan lahan subur menjadi taruhan. Ratusan ribu warga tewas akibat pertempuran dan jutaan lainnya terpaksa meninggalkan rumah mereka.
Foto: picture-alliance/dpa
Somalia
Konflik antara pejuang al-Shabab dan militer di Somalia telah berlangsung selama 8 tahun. Dengan bantuan pasukan PBB dan Uni Afrika, pemerintah Somalia berhasil mengatasi gempuran Islamis. Meski begitu, pejuang al-Shabab tetap mengontrol wilayah selatan negeri. Al-Shabab bertanggung jawab atas sejumlah serangan bom di ibukota Mogadishu tahun 2013.
Foto: Mohamed Abdiwahab/AFP/Getty Images
Sudan Selatan
Tiga tahun setelah merdeka, Sudan Selatan tetap menjadi negara yang didominasi konflik dan medan dua pertempuran. Pejuang yang loyal terhadap wakil presiden bertempur melawan pasukan presiden. Militer juga menghadapi pertempuran lain. Di negara tetangga, Sudan, pasukan Sudan Selatan mendukung upaya otonomi dari dua provinsi yang kaya minyak bumi.
Foto: Reuters
Republik Demokratik Kongo
Di Kivu sepanjang tahun 2013 militer terus-terusan berhadapan dengan kelompok pemberontak M23. Setelah negosiasi damai dengan pemerintah, para pejuang kelompok itu terpecah menjadi kelompok-kelompok berbeda. Akhir tahun 2013 pemerintah Republik Demokratik Kongo mengumumkan kekalahan pemberontak. M23 telah menyatakan siap berjuang secara politik.
Foto: Melanie Gouby/AFP/GettyImages
Mali
Di Mali, pejuang Islamis berupaya merebut kekuasaan. Tahun 2012, sejumlah wilayah di bagian utara negeri berhasil direbut. Alhasil, Perancis ikut turun tangan membantu pemerintah Mali dengan pasukan dan persenjataan, serta serangan darat dan udara untuk menaklukkan pasukan Islamis. Pasukan helm biru kini bertugas menjaga keamanan, namun serangan dan bom bunuh diri terus berlanjut.
Foto: picture-alliance/dpa
10 foto1 | 10
Pertama, menemukan kesamaan. Kelihatan sederhana, namun praktiknya tidak mudah. Mungkin kita sejak kecil akrab dengan permainan menemukan sepuluh perbedaan dari dua gambar yang persis sama. Kita terbiasa menelisik dengan jeli, mencari-cari perbedaan. Di pelatihan ini, kita justru akan berupaya menemukan kesamaan, betapapun sulitnya. Keterampilan ini adalah salah satu yang kami ujikan dan latihkan pada diri sendiri dalam proses persiapan pelatihan versi singkat Relaksasi Beragama.
Saat sedang duduk bersama untuk menggodok gagasan-gagasan dari Relaksasi Beragama, kami tidak berangkat dari saling menyetujui. Bahkan justru Ferli dan saya memiliki sejumlah perbedaan nilai yang tidak pernah berubah hingga kini. Pengalaman itu justru memberikan pengayaan bagi program kami. Ferli kontra LGBT sementara saya pro. Pada titik itu kami kemudian mempraktikkan keterampilan mencari kesamaan.
Ok, kamu tidak setuju LGBT tapi apakah kamu setuju jika mereka disakiti? Tentu tidak. Apakah kemudian hak-hak mereka sebagai warga negara boleh dicederai? Sangat tidak. OK, sampai di sini kita punya kesamaan. Kita punya common ground sebagai titik berangkat. Mencari kesamaan seperti inilah yang seharusnya menjadi titik tolak dari siapapun yang ingin menjadi lebih rileks dalam beragama.
Keterampilan kedua adalah menunda respon, sesuatu yang semakin langka kita lakukan akhir-akhir ini bukan? Segala percepatan arus kata-kata di media sosial yang menyerbu kerap membuat kita tak memberikan waktu untuk jeda. Kita dengan begitu cepat berkomentar, sering kali tanpa tahu persis apa yang sedang kita komentari. Menunda respon menjadi suatu keterampilan yang berharga yang penting kita latih agar tidak cepat terjerumus dalam pusaran ketegangan.
Keterampilan ketiga adalah melihat humor dalam segala sesuatu. Penting di sini untuk menegaskan, bahwa kemampuan tertawa tidak dicampuri dengan tindakan merendahkan orang lain. Humor yang kami maksudkan di sini, tidak berbentuk kegembiraan menghina orang lain. Humor di sini adalah kemampuan menertawakan diri sendiri, atau situasi, merelatifkan yang serba-serius, sekaligus mencairkan ketegangan suasana.
Kronologi Pecahnya Gerakan Anti-Islam Pegida
Gerakan anti Islam dan anti warga asing di Jerman-Pegida pecah akibat konflik internal. Pendukungnya kini menyusun posisi baru, setelah semboyan anti Islam tak lagi laku dijual.
Foto: picture-alliance/dpa/Kay Nietfeld
Pemicu Runtuhnya Pegida
Lutz Bachmann seorang gembong pendiri Pegida menjadi tokoh yang menjungkirkan lagi gerakan anti Islam yang marak di Jerman Timur itu, gara-gara foto selfi dalam pose sebagai Adolf Hitler di akun Facebooknya. Bachmann yang eks-narapidana kasus kriminal mundur dari jajaran pimpinan Pegida, dan akan disidik oleh mahkamah konstitusi terkait tudingan menghasut dan menyebarkan kebencian massal.
Foto: picture-alliance/dpa/M. Brandt
Rekor Demonstran
Di saat jajaran elit Pegida terancam pecah akibat konflik internal, aksi demonstrasi para pendukungnya yang digelar sejak Oktober 2014 justru mencapai rekor terbanyak melebihi 20.000 orang setiap demo. Tapi demo tandingan juga makin marak. Warga makin muak dengan provokasi rasis dan gerakan radikal Neo Nazi yang tidak hanya menyasar warga Muslim tapi juga seluruh warga migran di Jerman.
Foto: Reuters/Fabrizio Bensch
Citra Memburuk
Seiring dengan mundurnya gembong Pegida gara-gara selfi pose Hitller, muncul gerakan anti-Islam tandingan di Leipzig yang secara terbuka mengusung faham ekstrim kanan. Citra gerakan anti Islam dan anti warga asing secara keseluruhan itu makin memburuk, akibat pecahnya bentrokan kekerasan antara demonstran anti Islam Legida dengan polisi dan dengan kelompok penentang.
Foto: picture-alliance/dpa/H. Schmidt
Pesta Rakyat Anti Pegida
Warga Jerman yang berpikiran terbuka dan toleran bangkit melawan gelombang aksi rasisme dan anti Islam yang digagas Pegida. Sejumlah musikus dan penyanyi terkenal serta seniman panggung top lainnya menggelar aksi yang disebut pesta rakyat di Dresden, sebagai manuver anti Pegida. Puluhan ribu warga hadir dalam acara menentang tren anti Islam dan anti imigran yang dikobarkan gerakan Pegida.
Foto: Reuters/F. Bensch
Politik Mengajak Dialog
Jajaran puncak politik Jerman juga mulai menggelar diskusi dan menawarkan dialog kepada pendukung gerakan anti-Islam, seperti yang digelar di Dresden ini. Dilontarkan pertanyaan mendasar "Apa yang Diinginkan Rakyat". Dengan pendekatan politik lewat podium diskusi, terlihat minat pendukung "awam" mulai melemah dan aksi provokasi untuk menyerang Islam juga surut.
Foto: picture-alliance/dpa/A. Burgi
Tokoh Pegida Berikutnya Mundur
Karin Oertel (ka) adalah figur kunci Pegida yang selalu muncul di panggung sebagai jurubicara gerakan anti Islam Jerman itu. Silang sengketa dan tekanan internal, memicu Oertel dan 4 pentolan Pegida lainnya mengumumkan mundur, menyusul Lutz Bachmann (ki) yang sudah hengkang dua pekan sebelumnya. Gerakan anti Islam Jerman itu praktis pecah.
Foto: AFP/Getty Images/R. Michael
Konstelasi Baru?
Setelah isu anti-Islamisasi tidak lagi laku dan Pegida pecah, apa yang akan terjadi? Apakah kebencian terhadap warga Muslim atau imigran secara umum akan lenyap? Atau akan muncul kelompok sempalan yang lebih radikal? Masa depan politik imigrasi serta toleransi di Jerman tergantung pendekatan bijak para politisi sekaligus kesediaan warga untuk melihat dunia secara lebih terbuka dan berwarna.
Keterampilan keempat, berargumen dengan welas asih—karena prinsipnya menyebutkan demikian. Berargumen boleh, bahkan kerap penting untuk dilakukan. Namun ketika adu argumen memanas, ingatlah untuk mengutamakan welas asih daripada menjadi benar. Mudah dikatakan, mungkin sulit dilakukan. Tapi, perlu. Sebab, keingingan menjadi benar yang terlalu besar akan membuat percakapan bergeser bukan lagi tentang kebenaran tapi jadi tentang kemenangan, menjadi keinginan untuk mengalahkan "lawan" bicara.
Keterampilan kelima adalah menciptakan percakapan baru. Kita tidak bisa menjadi lebih rileks dalam beragama jika hanya berputar-putar di pusaran percakapan dan ketegangan yang sama terus menerus. Jika kita mengatasi radikalisme dengan mendeklarasikan antiradikalisme, kita tidak mengajukan percakapan baru. Kita masih berkutat dan berpusar pada radikalisme dan tidak beranjak pada percakapan baru.
Relaksasi Beragama merupakan tawaran alternatif percakapan yang tidak berpusat pada radikalisme ataupun tema toleransi karena titik beratnya memang berbeda. Menjadi lebih rileks dalam beragama merupakan ajakan terutama untuk pihak-pihak yang merasa tegang terkait agama, apakah dalam menjalani agama, maupun dalam menghindari agama. Dan kita selalu bisa mulai dari langkah-langkah yang sederhana, mulai dari melatih diri kita menemukan kesamaan dengan pihak manapun yang kita temui berikutnya, dan memandangnya dengan sudut pandang berwelas asih.
Penulis: Feby Indirani (ap/vlz) adalah penulis sejumlah buku fiksi dan nonfiksi. Ia menginisiasi gerakan Relaksasi Beragama (Relax, It's Just Religion).
Buku terbarunya adalah Bukan Perawan Maria (Pabrikultur, 2017), 69 things to be Grateful about being Single (GPU, 2017) dan Made in Prison (KPG, 2017)
*Setiap tulisan yang dimuat dalam #DWnesia menjadi tanggung jawab penulis.
10 Fakta Tentang Rebutan Yerusalem
Yerusalem salah satu kota tertua di dunia dan paling diperebutkan sejak ribuan tahun. Ini kota suci bagi tiga agama besar, Yahudi, Kristen dan Islam. Berikut 10 fakta pemicu konflik Yerusalem
Foto: picture-alliance/Zumapress/S. Qaq
Yerusalem Kotanya Nabi Daud
Perjanjian Lama menyebut, Raja Daud dari dua kerajaan Judah dan Israel, merebut kota Yerusalem dari tangan kaum Jebusit pada 1000 tahun SM. Daud menjadikan kota sebagai pusat kerajaan dan keagamaan. Menurut Injil, Raja Sulaiman, anak Raja Daud membangun kenisah Yahweh pertama di sini. Yerusalem menjadi pusat agama Yahudi.
Foto: Imago/Leemage
Rebutan antara Babylonia dan Persia
Raja Babylonia, Nebuchadnezzar II (duduk di takhta) dua kali merebut Yerusalem tahun 597 dan 586 SM. Ia memenjarakan Raja Jehoiakim dan kaum elite Yahudi dan menghancurkan kenisah mereka. Kisah Injil menyebutkan Raja Cyrus Akbar dari Persia menumbangkan Babylonia (540 SM) dan membebaskan kaum Yahudi serta membangun kembali kuil mereka di Yerusalem.
Foto: picture-alliance/Mary Evans Picture Library
Pendudukan Romawi dan Byzantium
Yerusalem berada di bawah kekaisaran Romawi sejak 63 M. Perlawanan kaum Yahudi mencetuskan perang pada 66 M, yang dimenangkan Romawi. Kuil mereka di Yerusalem kembali mengalami aksi penghancuran. Romawi dan Byzantium menguasai Palestina selama 600 tahun.
Foto: Historical Picture Archive/COR
Diduduki Kaum Muslim
Di bawah pimpinan Kalifah Umar (naik onta), tentara Muslim mengepung dan menguasai Yerusalem 637M. Di era pendudukan Muslim, penguasa yang saling bermusuhan dan dari berbagai mazhab Islam silih berganti menguasai Yerusalem.
Foto: Selva/Leemage
Perang Salib
Kekalifahan Seljuq mulai 1070 M terus meluaskan kekuasaan. Akibatnya kaum Kristen merasa terancam. Paus Urban II kemudian mencanangkan Perang Salib. Dalam 200 tahun seluruhnya ada lima kali perang memperebutkan Yerusalem. Tahun 1244 pasukan Kristen kalah total oleh tentara Muslim yang kembali menguasai Yerusalem.
Foto: picture-alliance/akg-images
Kekaisaran Ustmaniyah dan Pendudukan Inggris
Setelah menaklukan Mesir dan Arabia, Kekaiasaran Ustmaniyah memasukan Yerusalem ke dalam administratif distriknya pada 1535. Kota ini kembali mencapai kejayaannya. Tapi tahun 1917 tentara Inggris mengalahkan pasukan Ustmaniyah. Palestina diduduki Inggris dan Yerusalem jatuh tanpa pertempuran apapun.
Foto: Gemeinfrei
Kota Yang Terbelah
Setelah Perang Dunia kedua usai, Inggris mengembalikan mandat Palestina kepada PBB, yang kemudian memilih opsi membagi dua negara. Tujuannya untuk menciptakan negara bagi kaum Yahudi yang selamat dari Holocaust. Sejumlah negara Arab bergabung memerangi Israel dan menguasai sebagian Yerusalem. Sejak 1967 kota ini terbelah menjadi Israel barat dan Yordania timur.
Foto: Gemeinfrei
Yerusalem Timur Dikuasai Israel
Pada 1967 dalam perang 6 hari, Israel mengalahkan aliansi Mesir, Yordania dan Suriah. Israel menguasai Sinai, Jalur Gaza, Tepi Barat Yordan, Dataran Tinggi Golan dan bagian timur Yerusalem. Untuk pertama kali sejak 1949, Israel kembali menguasai Tembok Ratapan di kota tua Yerusalem. Israel menyebut sepihak, mereka tidak menganeksasi Yerusalem timur, melainkan mengintegrasikan administratifnya.
Israel tidak menutup akses kum Muslim ke tempat suci mereka. Bukit Shakrah berada di bawah admistrasi otonomi Muslim. Umat Islam diperbolehkan berziarah ke Bukit Zaitun, Kubah Shakrah dan mesjid Al Agsa serta beribadah di sana.
Foto: Getty Images/AFP/A. Gharabli
Sengketa Status Berlanjut
Yerusalem hingga hari ini tetap menjadi hambatan terbesar dalam perdamaian antara Israel dan Palestina. Tahun 1980 Israel mendeklarasikan, seluruh kota sebagia bagian tak terpisahkan ibukota mereka. Sementara tahun 1988 negara Palestina diproklamirkan dan juga mengklaim bahwa Yerusalem adalah ibukota mereka. Penulis:Ines Eisele (as/yf)