1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Berapa Harga Yang Pantas untuk Kantong Plastik ?

23 Februari 2016

Indonesia mulai ujicoba kantong plastik berbayar di 22 kota besar. Prakarsa ini dimaksudkan untuk mereduksi sampah plastik yang berasal dari kantong-kantong belanja di supermarket dan toko-toko.

Müllmenschen von Bantar Gebang Indonesien
Foto: DW

Mulai minggu ini Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) meluncurkan prakarsa kantong plastik berbayar di 22 kota besar di Indonesia. Tujuannya untuk mengurangi sampah dari bahan plastik.

"Plastik berbayar sekarang sudah diuji coba oleh 22 kota, seperti Jakarta, Bandung, Balikpapan, Makassar dan Surabaya. Sistemnya diatur oleh pemerintah provinsi sampai tingkat kota," kata Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar pada peringatan Hari Peduli Sampah Nasional di kawasan Bundaran HI Jakarta, Minggu (21/02).

Menteri Siti Nurbaya mengatakan, pemerintah pusat mendukung seluruh provinsi, kabupaten, kota hingga kecamatan dan desa untuk melakukan pengurangan sampah dengan program kantong plastik berbayar.

KLHK menetapkan harga minimal standar Rp 200,- untuk setiap kantong plastik. Tapi sejumlah kota memasang harga lebih tinggi, agar masyarakat lebih berinisiatif untuk membawa tas belanja sendiri. Harga Rp 200,- memang dinilai terlalu murah oleh banyak kalangan yang peduli lingkungan.

Mengail sampah di Sungai Ciliwung, Jakarta (2012)Foto: picture alliance/Maximilian Norz

Jakarta misalnya memasang harga 5.000 rupiah per kantong plastik. Di Balikpapan, harganya 1.500 rupiah, sedangkan di Bandung tetap 200 rupiah per kantong plastik.

Jika uji coba itu dinilai berhasil, Menteri Lingkungan Hidup Siti Nurbaya ingin menerapkan hal itu untuk sebagai kebijakan nasional.

Ketua Yayasan Peduli Bumi Indonesia, Ananda Mustadjab Latif, mengatakan kebijakan itu tidak tepat karena hanya ditujukan pada pemilik usaha ritel. Padahal peredaran kantong plastik yang terbesar justru di pasar-pasar tradisional.

Sampah plastik tidak hanya berasal dari kantong plastikFoto: JEWEL SAMAD/AFP/Getty Images

"Kebutuhan masyarakat tidak hanya di gerai modern. Itu hanya 30 persen, 70 persennya ada di pasar tradisional," kata Ananda di acara diskusi bertema "Mencari Solusi Komprehensif Pro Kontra Kebijakan Tas Belanja Berbayar" di Jakarta, belum lama ini, sebagaimana dikutip CNNIndonesia..

Menurut data dari lembaga riset Nielsen, tahun 2015 pangsa pasar industri ritel atau toko swalayan (minimarket, supermarket, hipermarket, dan perkulakan) di Indonesia hanya sebesar 26 persen. Sedangkan pasar rakyat atau pasar tradisional mencapai 74 persen.

Tak hanya soal kuantitas, soal kualitas, kantong plastik yang digunakan di indutri ritel dinilai lebih ramah lingkungan. Sebab, sebagian besar sudah menggunakan menggunakan bahan ramah lingkungan.

"95 persen plastik di gerai modern sudah ramah lingkungan. Tapi, 99 persen plastik di pasar tradisional tidak ramah lingkungan," kata Ananda Mustadjab Latif.

hp/rn (dpa, CNNIndonesia)