Berapa Kerugian Akibat Bencana Cuaca di Tahun 2021?
28 Desember 2021
Tercatat 10 bencana cuaca paling parah pada tahun 2021 menyebabkan kerugian lebih dari US$170 miliar (Rp2,38 kuadriliun), demikian lapor organisasi Christian Aid. Nilai itu naik Rp280 triliun dari angka tahun lalu.
Iklan
Organisasi bantuan kemanusiaan Christian Aid pada hari Senin (27/12) menyebutkan biaya 10 bencana cuaca paling mematikan yang terjadi di tahun 2021 mencapai nilai US$170 miliar (Rp2,38 kuadriliun).
Organisasi yang berasal dari Inggris ini menjelaskan bencana seperti Badai Ida yang mematikan di Amerika Serikat (AS) hingga banjir parah yang melanda Cina dan Eropa, maupun bencana cuaca lainnya seperti kebakaran hutan dan gelombang panas telah merugikan dunia sebesar US$20 miliar (Rp280 triliun) lebih banyak tahun ini dibandingkan tahun lalu.
Para peneliti mengatakan meningkatnya biaya tersebut diakibatkan perubahan iklim. Mereka menambahkan bahwa 10 bencana tersebut menewaskan sedikitnya 1.075 orang dan membuat 1,3 juta lainnya mengungsi.
"Meskipun bagus untuk melihat beberapa kemajuan yang dibuat di KTT COP26, jelas (kita) tidak berada di jalur yang tepat untuk memastikan dunia yang aman dan sejahtera," Kramer menambahkan.
Bencana paling mahal: Badai Ida
Laporan Christian Aid menunjukkan bencana cuaca paling mahal pada tahun 2021 adalah Badai Ida, yang melanda bagian timur AS pada musim panas lalu. Badai Ida menyebabkan kerusakan dengan nilai kerugian sekitar US$65 miliar (Rp910 triliun).
Dari Jerman, Kanada hingga Cina, gambar-gambar dramatis dari dampak buruk cuaca ekstrem telah mendominasi kepala berita baru-baru ini. Apakah krisis iklim yang menjadi penyebabnya?
Foto: AFP/Getty Images
Banjir bandang dahsyat di Eropa
Banjir yang belum pernah terjadi sebelumnya ini disebabkan oleh hujan lebat selama dua hari berturut-turut. Aliran air yang sempit meluap menjadi amukan banjir hanya dalam hitungan jam dan menghantam perumahan warga. Sedikitnya 209 orang tewas di Jerman dan Belgia. Upaya pemulihan rumah, bisnis, dan infrastruktur yang rusak diperkirakan menelan biaya miliaran euro.
Foto: Thomas Lohnes/Getty Images
Musim hujan ekstrem
Banjir juga melanda sebagian wilayah di India dan Cina bagian tengah. Hujan turun sangat lebat, bahkan lebih deras dari yang biasanya turun di musim hujan. Para ilmuwan memperkirakan bahwa perubahan iklim akan menyebabkan curah hujan yang lebih sering dan intens, karena udara yang lebih hangat menahan lebih banyak air, sehingga menciptakan lebih banyak hujan.
Foto: AFP/Getty Images
Banjir menggenangi Cina bagian tengah
Curah hujan yang memecahkan rekor selama berhari-hari menyebabkan banjir dahsyat di seluruh provinsi Henan, Cina, pada akhir Juli. Puluhan orang tewas, ratusan ribu lainnya mengungsi, dan banyak warga masih dilaporkan hilang. Di Zhengzhou, ibu kota provinsi Henan, warga terjebak di rel kereta bawah tanah ketika banjir datang. Daerah pedesaan dilaporkan terkena dampak lebih parah.
Foto: Courtesy of Weibo user merakiZz/AFP
Rekor suhu panas di AS dan Kanada
Suhu yang semakin panas juga menjadi lebih umum terjadi. Seperti di negara bagian Washington dan Oregon di AS dan provinsi British Columbia di Kanada pada akhir Juni lalu. Ratusan kematian terkait suhu panas dilaporkan terjadi di sana. Desa Lytton di Kanada bahkan mencatat suhu tertinggi hingga 49,6 Celcius.
Foto: Ted S. Warren/AP/picture alliance
Kebakaran hutan memicu badai petir
Gelombang panas mungkin sudah berakhir tetapi kondisi kering telah memicu salah satu musim kebakaran hutan paling intens di Oregon, AS. Kebakaran yang dijuluki Oregon’s Bootleg Fire itu menghanguskan area seluas Los Angeles hanya dalam waktu dua minggu. Saking besarnya, asap dari kebakaran dilaporkan sampai ke New York.
Foto: National Wildfire Coordinating Group/Inciweb/ZUMA Wire/picture alliance
Amazon mendekati ‘titik kritis’?
Brasil bagian tengah dilaporkan mengalami kekeringan terburuk dalam 100 tahun, sehingga meningkatkan risiko kebakaran dan deforestasi lebih lanjut di hutan hujan Amazon. Menurut para ilmuwan, sebagian besar wilayah tenggara Amazon telah berubah fungsi dari yang awalnya menyerap emisi, kini berubah menjadi memancarkan emisi CO2, menempatkan Amazon lebih dekat ke ‘titik kritis’.
Foto: Andre Penner/AP Photo/picture alliance
‘Di ambang bencana kelaparan’
Setelah bertahun-tahun alami kekeringan, lebih dari 1,14 juta orang di Madagaskar mengalami kerawanan pangan. Beberapa dari mereka terpaksa memakan kaktus mentah, daun liar, dan belalang, dalam kondisi yang mirip seperti ‘wabah kelaparan’. Nihilnya bencana atau konflik membuat situasi di sana disebut sebagai kelaparan pertama dalam sejarah modern yang semata-mata disebabkan oleh perubahan iklim.
Foto: Laetitia Bezain/AP photo/picture alliance
Melarikan diri dari bencana
Tahun 2020, jumlah orang yang melarikan diri dari konflik dan bencana alam mencapai level tertinggi dalam 10 tahun. Jumlah orang yang berpindah di dalam negera mereka sendiri mencapai rekor 55 juta, sementara 26 juta lainnya melarikan diri hingga melintasi perbatasan. Sebuah laporan dari pemantau pengungsi pada bulan Mei menemukan tiga perempat dari pengungsi internal adalah korban cuaca ekstrem.
Foto: Fabeha Monir/DW
London terendam banjir
Tidak hanya negara-negara di Eropa utara, Inggris juga dilanda banjir bandang. Beberapa bagian London dibanjiri oleh air yang naik dengan cepat karena hujan lebat dalam satu hari. Stasiun kereta bawah tanah dan jalan-jalan juga terendam banjir. Menurut Wali Kota London Sadiq Khan, banjir bandang menunjukkan bahwa “bahaya perubahan iklim kini bergerak lebih dekat ke rumah.”
Foto: Justin Tallis/AFP/Getty Images
Yunani ‘meleleh’ akibat gelombang panas
Sementara negara-negara di Eropa utara mengalami banjir, negara di bagian selatan seperti Yunani justru dicengkeram oleh gelombang panas di awal musim panas. Di minggu pertama bulan Juli, suhu melonjak hingga 43 derajat Celcius. Tempat-tempat wisata seperti Acropolis terpaksa ditutup pada siang hari, sementara panas ekstrem memicu kebakaran hutan di luar kota Thessaloniki.
Foto: Sakis Mitrolidis/AFP/Getty Images
Sardinia dilanda kebakaran hutan yang belum pernah terjadi sebelumnya
“Ini adalah kenyataan yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah Sardinia,” kata Gubernur Sardinia Christian Salinas tentang kebakaran hutan di sana. “Sejauh ini, 20.000 hektar hutan yang mewakili sejarah lingkungan selama berabad-abad di pulau kami telah hangus menjadi abu," tambahnya. Sedikitnya 1.200 orang dievakuasi akibat kebakaran tersebut. (gtp/hp)
Foto: Vigili del Fuoco/REUTERS
11 foto1 | 11
Banjir terburuk di Jerman dalam beberapa dekade
Sementara hujan lebat melanda Jerman bagian barat pada bulan Juli, menyebabkan banjir yang belum pernah terjadi sebelumnya di sana. Negara bagian Rheinland-Pfalz dan Nordrhein Westfalen menjadi wilayah yang paling terdampak. Tak hanya Jerman, negara-negara tetangga termasuk Belanda dan Belgia juga tak luput diterjang banjir.
Sungai-sungai kecil berubah menjadi arus deras yang menghancurkan seluruh desa. Bendungan-bendungan terancam jebol sementara aliran listrik dan jaringan telepon seluler dimatikan. Lebih dari 180 orang tewas di Jerman, dan lebih banyak lagi yang kehilangan rumah dan harta benda mereka.
Christian Aid melaporkan banjir mematikan di Eropa Barat menyebabkan kerugian sebesar US$43 miliar (Rp602 triliun).
Iklan
Kebakaran di Amerika Utara dan Turki
Sementara itu, badai musim dingin di Texas yang memutus jaringan listrik negara bagian itu menyebabkan kerusakan US$23 miliar (Rp322 triliun), diikuti oleh banjir di provinsi Henan, Cina pada Juli, yang menyebabkan kerusakan sekitar US$17,6 miliar (Rp264 triliun).
Bencana cuaca lain termasuk banjir di Kanada bagian barat, suhu dingin di akhir musim semi di Prancis yang merusak kebun-kebun anggur, serta topan yang melanda India dan Bangladesh pada Mei juga menelan biaya kerusakan miliaran dolas AS.
Dari suhu panas yang menyiksa di Amerika Utara, hingga kebakaran hutan yang mengamuk di Turki, serta banjir yang memecahkan rekor di Eropa dan Asia, bencana cuaca tahun 2021 menyadarkan manusia akan ancaman perubahan iklim, demikian menurut para pakar lingkungan.