1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
EkonomiAsia

Berapa Lama Pariwisata Thailand Bisa Bertahan Tanpa Wisman?

Emmy Sasipornkarn
5 September 2020

Pandemi corona dan pembatasan sosial melumpuhkan perekonomian Thailand. Kini negeri gajah putih itu ingin kembali membuka pintu bagi wisatawan mancanegara demi menghidupkan kembali sektor pariwisata.

Seorang wisatawan melakukan loncat tebing di Pulau Phi Phi, Thailand
Seorang wisatawan melakukan loncat tebing di Pulau Phi Phi, ThailandFoto: Getty Images/Red Bull/S. Vidic

Ketika wisatawan mancanegara menjauh, agen-agen wisata bertutupan di Phuket, kawasan kunci untuk sektor pariwisata Thailand. “Kami belum mendapat pelanggan sejak akhir Maret,” kata seorang pegawai agen wisata, Phuketastic, yang tidak ingin disebut namanya. 

Kebanyakan pelanggan Phuketastic berasal dari Jerman. Pelancong dari negeri di jantung Eropa itu mewakili kelompok wisman keempat terbesar, setelah Cina, Rusia dan Australia, menurut Badan Statistik Nasional Thailand di Bangkok. Tidak banyak yang bisa dilakukan pihak perusahaan, kecuali memonitor situasi pandemi yang terus berubah. 

“Krisis ini lebih parah ketimbang Tsunami 2004,” kata Thomas Moog, pemilik sebuah restoran Jerman di Phuket. Karena meski pelancong domestik mulai berdatangan, daya beli warga lokal tidak sebanding dengan wisatawan asing. 

Pada 2019, sebanyak 10 juta turis mancanegara datang ke Phuket, dibandingkan empat juta pelancong lokal. Pemerintah sendiri berniat membuka pintu buat wisatawan luar negeri dalam waktu dekat. Tapi selama wabah belum mereda, sektor pariwisata diyakini masih harus menangguk rugi. 

“Meski adanya permintaan dari dalam negeri, situasi untuk bisnsi pariwisata di Phuket masih mengkhawatirkan,” kata Bhummikitti Ruktaengam, Presiden Asosiasi Pariwisata Phuket (PTA). Menurutnya, bisnis pariwisata di Phuket kehilangan USD 5,7 miliar di paruh pertama 2020. 

Kerusakan hebat 

Pandemi corona menghukum sektor pariwisata Thailand yang terlalu bergantung pada wisatawan asing. Ruktaengam mengatakan, tantangan yang paling mendesak adalah memastikan pelaku usaha selamat dari krisis. 

Karapan Kerbau di Thailand Jadi Wisata Unggulan

01:05

This browser does not support the video element.

Dengan hanya 3.5000 angka infeksi dan 58 kasus kematian, Thailand sejauh ini berhasil menghadang eskalasi pandemi. Namun ketika lockdown menyelamatkan negeri dari pandemi, lumpuhnya kehidupan ekonomi ikut berimbas pada sektor pariwisata.  

Tahun lalu Thailand mencatat hampir 40 juta kunjungan wisman. Tahun ini, menurut perkiraa Bank Thailand, hanya 8 juta wisatawan asing yang akan menyemarakkan industri pariwisata lokal. Pada Senin (31/8), seorang pejabat senior bank sentral mengatakan proyeksi tersebut harus dikoreksi ke bawah. 

Pemerintah harus menyiapkan rencana untuk menarik wisatawan mancanegara, setidaknya ke sejumlah destinasi wisata yang berhasil mencegah pandemi secara efektif,” kata Juthathup Jongwanich, Guru Besar di Fakultas Ekonomi di Universitas Thammasat, Bangkok. 

“Tanpa wisman, pariwisata di banyak area tidak akan bertahan hidup di akhir tahun,” imbuhnya. 

Pemulihan kembali geliat pariwisata 

Dalam sebuah proyek percontohan bernama “Model Phuket,” pemerintah Thailand ingin membuka kembali keran pariwisata buat turis asing. Menurut skema tersebut, wisman harus menetap setidaknya selama 30 hari di Phuket. Selama 14 hari pertama, tamu akan diinapkan di dalam hotel untuk menjalani karantina, sebelum bisa berkunjung ke tempat lain. 

Pemerintah juga akan mengawasi pergerakan wisatawan, melacak dan mengisolasi pengidap, untuk menjamin keamanan. 
Media-media lokal sempat melaporkan Thailand akan kembali dibuka buat wisatawan mancanegara pada 1 Oktober mendatang. Tapi

Ruktaengan dari Aosiasi Pariwisata Phuket memastikan pihaknya “baru akan membuka kembali ketika kami sudah siap.” 
Banyak yang meragukan kewajiban karantina selama 14 hari akan mampu menarik minat wisatawan asing datang ke Thailand. Namun Thomas Moog meyakini, “Model Phuket” bisa ditawarkan kepada pensiunan di Skandinavia atua Jerman yang ingin melarikan diri dari musim dingin di Eropa. 

Tapi dia meragukan kaum lansia akan mau menaati aturan karantina selama 14 hari. 

Meski demikian, Ruktaengam tetap optimis proyeknya akan berhasil. “Banyak wisatawan yang ingin datang meski situasinya seperti ini. Mereka tidak keberatan menetap sebulan di Phuket, termasuk dua pekan di karantina.” 
 
rzn/yp

Thailand Tutup Kawasan Wisata The Beach Selama 4 Bulan

01:39

This browser does not support the video element.

 

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait

Topik terkait

Tampilkan liputan lainnya