1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Beredar Video Anak-anak Indonesia yang Dilatih ISIS

19 Mei 2016

Polisi menyelidiki peredaran video baru-baru ini yang tampak menunjukkan sekelompok anak-anak Indonesia mengikuti pelatihan paramiliter di Suriah untuk mendukung gerakan ISIS

Symbolbild - Flagge ISIS
Foto: picture-alliance/dpa

Diduga dari bahasanya, peserta latihan tempur bersama ISIS (Islamic State) dalam video itu adalah anak-anak Indonesia. Kepala Divisi Humas Polri Brigjen Pol Boy Rafli Amar menyayangkan dengan apa yang telah dilihatnya dalam video yang diunggah di kanal Youtube tersebut.

Unit cybercrime Polri kini telah meluncurkan sebuah investigasi untuk mengetahui siapa yang telah membuat video serta identitas orang-orang itu.

Dilansir dari Jakarta Globe, video itu diduga dibuat kubu kelompok ISIS. Brigjen Boy Rafli Amar mengatakan: "Kami sepenuhnya menyadari bahwa apa pun bisa dengan mudah dibagi secara online, tapi kami harus menyelidiki temuan ini," ungkapnya.

Boy menambahkan bahwa polisi akan perlu untuk benar-benar memilah-milah informasi yang tersedia untuk menentukan apa yang berguna dalam penyelidikan. Polri menghimbau kepada masyarakat untuk mengajak para generasi muda agar tidak melanggar hukum yang berlaku.

Masalah serius

Dikutip dari Tribunnews, pengamat intelijen dan terorisme UI Ridlwan Habib menduga, “Kalau melihat kualitasnya, video itu pasti dibuat di Suriah.” Menurutnya, jika betul ini adalah anak-anak Indonesia yang dilatih tempur untuk berperang bersama ISIS maka hal tersebut dapat menjadi masalah serius di masa depan.

Ia menambahkan, anak-anak itu tampak diajarkan ideologi untuk melawan pemerintah dan aparat. Menurutnya, kemungkinan bocah-bocah itu adalah korban orangtuanya yang memang sudah mantap bergabung dengan ISIS.

Dalam video tersebut tampak anak-anak yang diduga kuat merupakan anak Indonesia berlatih kemapuan bela diri dan menembak, bahkan dengan senjata-senjata asli.

Dilansir dari Tribunnews, dalam film pendek berdurasi 20 menit itu tampak sosok Abu Faiz al Indunesy yang menjadi seorang sniper atau penembak jitu di Suriah. Diperkirakan terdapat lebih dari 20 anak yang ikut dalam pelatihan tersbeut dan usianya berkisar antara 8 hingga belasan tahun.

Jika memang benar anak-anak Indoensia masuk ke Suriah untuk bergabung dengan ISIS, menurut Ridlwan Habib harus menajdi perhatian serius pemerintah dan pihak imigrasi. Ia mengusulkan dua pilihan langkah yang bisa diambil pemerintah: Pertama, blokade total atau cekal bagi anggota ISIS asal Indonesia yang hendak pulang dari Suriah. Yang kedua, menurut Ridlwan, dilakukan penjemputan terhadap anak-anak kecil yang sekarang berada di Suriah. “Anak-anak masih dalam perlindungan negara. Mereka bisa saja diambil dari orang tuanya jika tidak mau bersama-sama pulang ke Indonesia.”

Pemimpin Muslim serukan perdamaian

Baru baru ini, KTT Pemimpin Islam Moderat di Jakarta serukan persatuan dan toleransi. Sayangnya, di Indonesia sendiri intoleransi justru meningkat selama beberapa tahun terakhir. Pertemuan yang diselenggarakan oleh Nahdlatul Ulama (NU) itu diharapkan menghasilkan pesan tentang pentingnya mempromosikan Islam yang damai guna memerangi radikalisme di seluruh dunia.

Wakil Presiden Jusuf Kalla mendesak para pemimpin Islam untuk menyebarkan pesan tentang Islam yang toleran demi mengekang ekstrimisme yang sering muncul dari salah tafsir ajaran Islam.

Lebih dari 300 pemimpin agama dari 33 negara, termasuk ulama dari Malaysia, Arab Saudi, Mesir, Turki, Suriah dan Iran menghadiri pertemuan dua hari tersebut. Jusuf Kalla mencatat perlunya negara-negara Islam moderat mempromosikan kasih, kebaikan, dan bersatu untuk seluruh masyarakat.

Dari Indonesia ke Suriah

Maret lalu, kepolisian Indonesia telah menahan 14 orang, termasuk beberapa anak, di Jakarta. Mereka diduga ingin bergabung dengan kelompok teror Negara Islam atau ISIS di Suriah dan siap terbang dari Jakarta. Mereka ditahan di bandara internasional Jakarta, ketika mencoba menaiki pesawat terbang Air Asia QZ 256 dengan tujuan bandara Donmuang di Bangkok.

Yang teridentifikasi adalah keluarga dengan tiga anak dari Tangerang. Lima orang lain, termasuk setidaknya satu orang anak, diduga berasal dari Kalimantan.

Ratusan warga Indonesia telah berangkat ke Suriah untuk bergabung dan berjihad dengan ISIS, yang menguasai beberapa wilayah di Suriah dan Irak.

Desember 2015, lebih dari 200 orang Indonesia telah dideportasi oleh Turki ketika mereka mencoba masuk ke Suriah lewat Turki, tapi gagal. Demikian keterangan Institute for Policy Analysis of Conflict dalam laporannya bulan lalu.

Beberapa waktu terakhir, ISIS tampaknya berhasil merebut simpati sebagian anak muda, yang kemudian dibujuk untuk melakukan aksi bunuh diri. ISIS juga mengklaim berada di balik serangan teror di Jaklan Thamrin, Jakarta, Januari 2016.

ap/hp/rzn(youtube/tribunnews/jakartaglobe)

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait