Pesta demokrasi sudah usai. Apa saja harapan untuk pemerintahan dan parlemen baru di Indonesia? Bagi kelompok waria kebutuhan utama adalah ada lapangan pekerjaan dan bisa bekerja dengan aman.
Iklan
Waria ada dan hidup di tengah masyarakat di Indonesia. Bukan hanya di ibukota Jakarta, di provinsi Serambi Mekkah yang menerapkan syariat Islam pun ada waria. Waria bisa dikategorikan sebagai pria yang berjiwa perempuan. Ingin bergincu tetapi harus kencing berdiri sehingga komunitas waria banyak mengalami penolakan dari masyarakat, kerap menjadi sasaran penertiban Satpol-PP dan produk hukum berupa perda pun memusuhi waria.
Menurut Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia sebanyak 22 perda memuat istilah homoseksual dan waria. Maret 2018 Dinas Syariat Islam Aceh mengeluarkan rekomendasi agar pemilik salon tidak mempekerjakan kelompok LGBTQ, terutama waria. Di Pariaman, Sumatera Barat Perda tentang LGBTQ memuat satu pasal khusus tentang waria yaitu dilarang berlaku sebagai waria. Jangankan bisa bekerja, berpenampilan waria saja bisa didenda satu juta rupiah.
Sebetulnya ada kemajuan yang dicapai Indonesia yakni perubahan UU Administrasi Kependudukan dan Catatan Sipil pada tahun 2013 sehingga memungkinkan transgender secara resmi mengubah jenis kelamin jika sudah operasi ganti kelamin yang disahkan pengadilan. Artinya secara hukum, Indonesia mengenal transgender.
Human Rights Watch mencatat selama tahun 2017 ada 300 penangkapan oleh polisi hanya karena orientasi seksual serta identitas gender. Berbagai upaya penolakan karena alasan moral dan pelarangan berdasarkan hukum diproduksi pemerintah daerah guna melawan kelompok LGBTQ, meski secara hak asasi manusia mereka berhak diakomodasi kebutuhan dasarnya, termasuk pekerjaan. Karena penampilannya yang berbeda, seorang waria meski berpendidikan sarjana akan kesulitan mendapat pekerjaan. Waria dituntut berpenampilan sebagaimana pria, bukan berpakaian wanita.
Berpakaian Pria Demi Pekerjaan
Seorang sarjana pendidikan di Sulawesi Selatan yang penulis hubungi mengaku sempat bekerja sebagai guru honorer di sebuah Sekolah Menengah Pertama selama tiga bulan dan mengajar bahasa Indonesia dengan syarat berpakaian laki-laki, rambut pendek dan tidak boleh dandan. Meski ia mengaku, "Alis tetap sih, Mbak” maksudnya ia masih membentuk dan merapikan alisnya seperti perempuan meski berpakaian pria saat ke sekolah. Kini Stephanie, panggil saja begitu, bekerja sebagai tenaga Pelatihan Warga Peduli AIDS dari Puskesmas yang diberi upah 100 ribu sebulan. Guna menghidupi dirinya, Stephanie bekerja sebagai perias pengantin dan menjadi pembawa acara.
Lola dulu juga bekerja kantoran di perusahaan semen tetapi setelah enam tahun bekerja, Lola harus mengundurkan diri karena tekanan dan diskriminasi yang menganggap dirinya terlalu feminim sebagai pria. Lola mengaku rekan-rekan kantornya sebagian tahu ia seorang waria. Kini Lola bekerja sebagai perias karena ia ingin bebas dari keharusan bertingkah laku seperti pria, termasuk mengubah cara jalannya yang gemulai. Sebenarnya ada dua waria yang seharusnya menjadi narasumber tulisan ini namun karena mereka masih bekerja sebagai PNS dengan penampilan maskulin keduanya tidak bersedia dipublikasikan. Ada pula dua sarjana dari Purwokerto dan Semarang yang kesulitan mendapat pekerjaan gegara waria.
Kesempatan bekerja inilah yang dibutuhkan waria saat ini, termasuk kesempatan untuk menduduki jabatan publik jika sesuai kapasitasnya. Beberapa waria mencoba masuk ke pelayanan publik seperti Merlyn Sofyan yang mencoba mencalonkan diri sebagai Walikota Malang tahun 2003, Ketua Forum Komunikasi Waria Indonesia Yulianus Rettblaut atau Mami Yuli yang pernah menjajal sebagai komisioner Komnas HAM tahun 2007 dan 2012 serta komisioner LPSK tahun 2013.
Ketua waria di satu kabupaten di Sulawesi mengaku sekitar 70 anggotanya bekerja sebagai wiraswasta yakni buka warung, salon dan menjadi perias pengantin karena sulit bekerja dengan penampilan waria. Ngotot ingin mempertahankan penampilan sebagai perempuan meski berkelamin laki-laki bukan hanya menyulitkan mendapat pekerjaan tetapi juga membuat para waria ini enggan ke Puskesmas untuk rutin memeriksa diri meski mereka berperilaku seksual aktif. Dampaknya bisa mengarah pada penyebaran virus HIV dan penyakit seksual lain yang seharusnya bisa dicegah.
Kehidupan Waria di Kampung Bandan
Kampung Bandan di Jakarta Utara akan disulap menjadi stasiun megah. Di kampung ini menetap para waria yang hidupnya tergantung pada area itu. Banyak dari mereka mengonsumsi obat anti letih. Simak bagaimana kesehariannya.
Foto: DW/M. Rijkers
Membebaskan diri dari kekangan sosial
Sore hari Kezia sudah selesai merias wajah dan menata rambutnya. Sabtu adalah malam panjang buat waria seperti Kezia. Kezia sudah siap mengamen sebagai pekerjaan utamanya. Lahir sebagai Reza, Kezia memilih menjadi waria dan tinggal di Kampung Bandan, kawasan padat penduduk miskin meski ayahnya tergolong mampu dan sudah membelikan rumah untuk anak laki-lakinya di daerah Kemayoran, Jakarta Pusat.
Foto: DW/M. Rijkers
Berjalan jauh dengan hak tinggi
Gaun, tas dan sepatu hak tinggi merupakan andalan Darno yang mengubah namanya menjadi Vera, dalam meraup rupiah. Dari jam 19 hingga 2 pagi, Vera menelan sirup obat batuk merek tertentu sebanyak 30 bungkus per hari agar kuat berjalan jauh, mengamen. Pilihan lain.,obat penenang atau pereda sakit yang dibeli dari apotek secara diam-diam. Pemakaian obat secara berlebihan bisa berakibat fatal.
Foto: DW/M. Rijkers
Ruang hidup di kamar sempit
Di kamar kontrakan berukuran 1,5 x 2,5 meter seharga 400 ribu rupiah sebulan ini, Ella dan Dede tinggal bersama. Pasangan ini sudah hidup bersama selama tujuh tahun. Dede bekerja menyewakan alat mengamen untuk para waria dengan ongkos lima puluh ribu rupiah seminggu.
Foto: DW/M. Rijkers
Komitmen pada kesetiaan
Ella bekerja mengamen tanpa kencan dengan pria lain karena ia sudah berkomitmen setia pada Dede. Sama seperti Vera, Ella mengaku memerlukan obat-obatan agar tidak letih berjalan kaki.
Foto: DW/M. Rijkers
Terbiasa hidup dengan obat anti letih
Kosmetik termasuk kebutuhan utama para waria. Alas bedak, bedak dan umumnya setiap waria bisa dandan sendiri. Namun ada kalanya para waria saling bantu merias wajah teman. Seperti yang lainnya, merekapun mengkonsumsi obat anti letih.
Foto: DW/M. Rijkers
Siap mencari nafkah
Butuh waktu minimal dua jam untuk merias wajah, mengubah raut muka pria menjadi perempuan. Selain rias wajah, rambut palsu atau wig menjadi pelengkap andalan para waria.
Foto: DW/M. Rijkers
Operasi payudara di Singapura
Christine operasi payudara di Singapura pada tahun 2015 silam. Butuh biaya 12 juta rupiah untuk menambah silikon padat seberat 100 cc. Christine mengaku bekerja sebagai PSK di Taman Lawang. Sama seperti Vera dan Ella, Christine mengaku mengonsumsi obat-obatan agar kuat berdiri dan tidak lekas lelah.
Foto: DW/M. Rijkers
Ketika mereka sakit...
Emak tinggal di kamar berdinding tripleks di lantai atas sebuah kamar kontrakan di Kampung Bandan. Sewa kamar sempit ini 250 ribu rupiah sebulan. Hari itu Emak sedang sakit di bagian kanan perut dan rongga dadanya sehingga ia tidak mengamen.
Foto: DW/M. Rijkers
Layanan kesehatan gratis belum diperoleh
“Saya baru mau periksa dokter nanti kalau pulang ke Cikarang,” tutur Emak sendu. Layanan kesehatan gratis bagi warga belum bisa diakses oleh kelompok marjinal ini.
Foto: DW/M. Rijkers
Aktif ikuti kegiatan rohani
Dian waria tertua di Kampung Bandan. Usianya sudah 67 tahun. Ia menjadi waria ketika berusia 19 tahun. Karena sudah tua, Dian cuma mengamen 2 kali seminggu. Waria kerap dinilai tak peduli soal keimanan. Namun Dian, yang baru memeluk agama Kristen, mengaku cukup relijius. Dian aktif mengikuti kegiatan rohani serta datang beribadah setiap Minggu di gereja. Saat beribadah ia memakai pakaian pria.
Foto: DW/M. Rijkers
Akan disulap menjadi stasiun
Terletak di kawasan Mangga Dua, Jakarta Utara, Kampung Bandan dikenal sebagai kampung waria. Saat ini ada sekitar 27 waria yang tinggal di sini, area padat penduduk di pinggir rel kereta api. Biaya sewa kamar bervariasi mulai dari 200 ribu hingga 400 ribu rupiah sebulan.
Foto: DW/M. Rijkers
Tantangan dari luar
Beberapa kalangan warga Kampung Bandan tidak menolak kehadiran para waria. Tantangan sebagai waria justru datang dari kelompok ormas keagamaan yang kerap menyerang waria jika bertemu di kendaraan umum atau di jalanan. Jika kampung ini berubah wajah menjadi stasiun modern, bagaimana nasib mereka nanti?(Monique Rijkers/ap/vlz)
Foto: DW/M. Rijkers
12 foto1 | 12
Solusi Pekerjaan Bagi Waria
Tanpa pekerjaan tentu saja membuat waria kesulitan menghidupi dirinya. Akibatnya banyak waria memilih menjadi pengamen jalanan sebagai solusi memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, beruntung jika bisa bekerja di salon dengan gaji tetap. Laporan tentang transgender yang diterbitkan oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dan Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia tahun 2015, kelompok waria paling banyak mendapat diskriminasi karena penampilan sehingga hak ekonomi mereka terbatas sehingga masuk dalam dunia prostitusi tidak bisa dihindari.
Menurut Early Dewi, staf ILO Indonesia yang menangani soal LGBT termasuk waria, pekerja seks tidak termasuk sebagai kategori pekerjaan. Karena itu ILO Jakarta pada tahun 2017 sudah melakukan pelatihan literasi finansial untuk memampukan mengelola keuangan dan pelatihan membuat rencana usaha pada 2018 untuk transgender. Namun Early Dewi mengakui waria yang bisa bekerja di perusahaan kosmetik, hotel, penata acara, periklanan semuanya tidak berpenampilan sebagai waria.
Identitas sosial seorang waria adalah pria. Sebaliknya ada perempuan yang ingin menjadi pria (transgender) yang menutupi kemaskulinannya dengan mengenakan jilbab. Dari hasil survei PRIDE-ILO yang dirilis tahun 2016, dengan menutupi identitas gender dan orientasi seksual hampir 75% responden LGBT dan waria di Jakarta, Yogyakarta, Kupang dan Pontianak mengaku bisa mempunyai pekerjaan dengan status pekerjaan penuh waktu (full-time). Artinya masyarakat tidak pernah dididik untuk menerima kehadiran LGBT di ranah publik. Menyembunyikan preferensi seksual dan berpakaian sebagai pria bagi waria, menutupi masa lalu saat masih memiliki jenis kelamin lahiriah bagi transgender adalah solusi jangka pendek yang bisa dilakukan.
Lika-Liku Seorang Gadis Spanyol Menjadi Transpria
Seorang perempuan Spanyol bertekad mengubah kelaminnya menjadi laki-laki. Perjalanan Gabriel Diaz yang penuh pengorbanan dan rasa sakit diabadikan oleh fotografer Reuters, Susana Vera.
Foto: Reuters/Susana Vera
Pria di Tubuh Wanita
Gabriel Diaz de Tudanca terlahir seorang perempuan. Tapi sejak kecil dia mengidentifikasikan diri sebagai laki-laki. "Ketika saya berusia tiga tahun, saya mengatakan kepada ibu saya bahwa jika saya besar, saya akan menjadi seorang laki-laki bernama Oscar," kisahnya.
Foto: Reuters/Susana Vera
Dilahirkan Kembali di Meja Operasi
Dengan dukungan teman dan keluarga, Gabriel menjalani operasi kelamin dan terapi hormon. Dia lalu mengubah nama dan mengurus pergantian surat identitas. Singkat kata, perempuan berusia 15 tahun ini dilahirkan kembali sebagai seorang pria. Perjalanan Gabriel diabadikan oleh fotografer Reuters, Susana Vera, selama tiga tahun.
Foto: Reuters/Susana Vera
Diskriminasi Transgender
Spanyol mewajibkan setiap orang menjalani pemeriksaan mental sebagai syarat perubahan dokumen identitas pribadi. Pasalnya transgender hingga kini masih dianggap penyakit mental di banyak negara Eropa, termasuk Spanyol. "Saya tidak merasa terhina didiagnosa mengidap penyakit mental," kata Gabriel. "Tapi saya marah karena itu dijadikan syarat untuk mengubah jenis kelamin di dokumen pribadi."
Foto: Reuters/Susana Vera
Pengakuan oleh PBB
Badan Kesehatan Dunia (WHO) Juni 2018 silam sudah menginstruksikan agar transgender tidak lagi diklasifikasikan sebagai gangguan mental. Sebaliknya WHO kini menganggapnya sebagai "ketidaksesuaian gender" yang berarti perbedaan antara jenis kelamin dan perilaku gender yang dialami individu secara konsisten. Tampak dalam gambar Gabriel sedang menunggu suntikan hormon testosteron.
Foto: Reuters/Susana Vera
Lompatan Besar Menuju Kebebasan
Gabriel memulai terapi hormon untuk memperkuat karakter maskulin, yakni untuk memperberat suara dan mengubah pola distribusi lemak menjadi serupa pria. Dua tahun sebelumnya dia menjalani operasi pengangkatan payudara. "Ini perubahan besar dalam hidup saya," kata dia ihwal kehilangan payudara. "Operasi itu adalah sebuah pembebasan."
Foto: Reuters/Susana Vera
Hidup di Tengah Prasangka
Meski diterima sebagai pria di lingkup sosialnya, sebagian masih menolak mengakui perubahan gender pada Gabriel. Seorang teman lama bahkan mengatakan dia tidak menganggapnya sebagai pria lantaran tidak memiliki alat kelamin laki-laki. Meski demikian, Gabriel kini telah memiliki seorang kekasih perempuan.
Foto: Reuters/Susana Vera
Melawan Persepsi Miring dan Kebencian
Tidak heran jika Gabriel kini mengabdikan hidupnya untuk membantu pemerintah kota menyebar kampanye buat melawan delik kebencian terhadap kaum LGBT. Dia antara lain membiarkan dirinya dijadikan sampul poster kampanye yang disebar di stasiun-stasiun kereta di ibukota Spanyol, Madrid. "Kebencian dan intoleransi yang mereka tunjukkan disebabkan oleh ketidaktahuan tentang kaum trans," imbuhnya.
Foto: Reuters/Susana Vera
7 foto1 | 7
Sekarang tantangan yang ada bukan soal pendidikan dan keterampilan yang dimiliki oleh para waria tetapi kemauan para pemberi kerja untuk memberi pekerjaan bagi pria berpenampilan perempuan. Sejauh ini menurut Early Dewi, Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) masih fokus pada urusan perburuhan pekerja pria dan wanita sehingga belum masuk ke ranah LGBT dan waria. Rujukan gender yang ada di berbagai peraturan pun hanya merujuk pada pria dan wanita. Peraturan untuk tidak melakukan diskriminasi seperti pada UU Ketenagakerjaan No. 13/2003, UU Serikat Pekerja No. 21/2000 dan UU Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial No. 2/2004 guna melindungi pekerja yang diberhentikan berdasarkan diskriminasi gender tidak mencakup transgender dan waria. Ini adalah persoalan pelik karena menyangkut perubahan peraturan undang-undang yang memakan proses panjang dan lama. Lagipula Indonesia dengan toleransi yang semakin tergerus makin sulit menerima perbedaan orientasi seksual. Tampaknya hak bekerja bagi waria belum bisa dipenuhi sampai ada kemauan politik dari eksekutif dan legislatif. Menutupi identitas seksual sebagai waria dengan identitas sosial sebagai pria tampaknya masih menjadi solusi untuk para waria Indonesia.
Guna menyediakan kesempatan bekerja kepada waria, Jefry Dianto, pendiri Yayasan Imago Dei menyediakan rumah singgah dan pelatihan bekerja bagi para waria. Dari pengalaman mendampingi para waria selama enam tahun terakhir ini, Jefri Dianto menemukan banyak pria menjadi waria karena pengaruh lingkungan sehingga dengan fokus pada pekerjaan dan tinggal terpisah dari lingkungan memudahkan para pria ini menemukan jati diri mereka kembali. Hasilnya beberapa waria ada yang sudah bisa mandiri, ada yang melanjutkan sekolah dan bahkan ada yang menikah dan punya anak, tapi tak sedikit yang tetap bertahan sebagai pengamen dan pekerja seks. Namun yang terpenting adalah peran negara untuk tidak mengabaikan dan meminggirkan waria. Sikap diskriminatif dan menganggap waria sesat justru akan membuat mereka semakin terpuruk dan mendorong waria masuk ke dunia prostitusi yang minim akses perlindungan kesehatan seksual. Upaya memberikan kehidupan yang lebih baik melalui kesempatan kerja tetap dibutuhkan waria karena waria juga butuh pekerjaan.
Penulis: @monique_rijkers adalah wartawan independen, IVLP Alumni, pendiri Hadassah of Indonesia, inisiator Tolerance Film Festival dan inisiator #IAMBRAVEINDONESIA.
*Setiap tulisan yang dimuat dalam #DWNesia menjadi tanggung jawab penulis
*Bagi komentar Anda dalam kolom di bawah ini.
Hak-hak LGBT di Asia - Perjuangan Yang Berat
Bisa dibilang hak LGBT agak membaik di beberapa negara Asia dalam beberapa tahun terakhir. Tapi tetap saja tidak mudah hidup secara terbuka bagi komunitas LGBT, termasuk di Indonesia.
Foto: picture-alliance/Photoshot
Momen pelangi di India
September 2018 bendera pelangi berkibar di India. Dalam keputusan penting, Mahkamah Agung menghapus pasal 377 KUHP India, sebuah langkah yang berarti homoseksualitas tidak lagi ilegal di negara Asia Selatan ini. Walau ini adalah cukup alasan untuk merayakannya, prospek pernikahan sesama jenis di India masih jauh.
Foto: picture-alliance/AP Photo/A. Nath
Ratu kecantikan transgender
Thailand memiliki pendekatan yang lebih terbuka terhadap komunitas LGBT. Pada tahun 2019, negara ini menyelenggarakan kontes kecantikan untuk para kontestan transgender. Dalam pemilihan umum 2019, salah seorang kandidatnya juga transgender. Jadi tema ini juga mendapat perhatian politik. Walau demikian, pernikahan sesama jenis, masih tidak sah di Thailand.
Foto: Reuters/J. Silva
Belum bisa menikah di Taiwan
Tahun 2018, pasangan sesama jenis di Taiwan penuh harapan bahwa mereka bisa segera menikah. Namun harapan mereka pupus setelah warga menolak untuk melegalkan pernikahan sesama jenis dalam referendum. Namun, para aktivis LGBT tetap optimis bahwa Taiwan akan menjadi negara pertama di Asia yang memperkenalkan kesetaraan pernikahan atau setidaknya kemitraan sipil untuk pasangan sesama jenis.
Foto: Reuters/A. Wang
Menteri Malaysia abaikan komunitas LGBT
Menteri Pariwisata Malaysia Mohamaddin Ketapi memicu protes setelah membuat komentar tegas tentang komunitas LGBT. Ketika ditanya oleh wartawan menjelang pameran pariwisata terbesar di dunia, ITB Berlin, apakah kaum gay disambut di Malaysia, ia berkata: "Saya kira kita tidak memiliki hal seperti itu di negara kita." Para menteri lain juga membuat komentar menghina tentang LGBT.
Foto: picture-alliance/dpa/B. von Jutrczenka
Momen kebebasan yang langka
Para peserta pawai "gay pride" di Singapura menikmati momen langka di tempat terbuka. Meskipun Singapura progresif dalam banyak aspek, negara itu memiliki pandangan seksualitas yang sangat konservatif. (vlz/hp)