Dipercaya menjadi salah satu pimpinan Sidang Pelantikan DPR, anggota dewan termuda Hillary Brigita Lasut, 23 tahun, membuat Vlog saat absensi. Agar masyarakat bisa mengawasi apa yang dia kerjakan, katanya.
Iklan
Hillary Brigita Lasut yang berusia 23 tahun menjadi anggota termuda Dewan Perwakilan Rakyat periode 2019-2024 yang dilantik hari Selasa (1/10). Sebagai anggota termuda, dia pun dipercaya menjadi salah satu pimpinan sementara Sidang Pelantikan Anggota DPR, di Ruang Paripurna, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta.
Peran itu membuat anggota Partai Nasdem inijadi salah satu orang yang paling disorot media saat acara pelantikan anggota DPR, yang untuk periode 2019-2024 beranggotakan 575 orang-.
Ditengah kuatnya pengawasan publik terhadap kinerja DPR periode 2014-2019 yang dianggap buruk, Hillary mengaku tugas menjadi wakil rakyat pada periode berikutnya akan semakin sulit.
"Kan memang kita melihat di dalam kondisi seperti ini, beban anggota dewan yang baru dilantik di periode ini jadi dua kali lebih besar. Ketika masyarakat dalam situasi chaos, anggota dewan itu harus mulai menyadari posisi dia, ketika memutuskan atau mengambil suatu keputusan itu harus berdasarkan kepetingan rakyat. Karena kita tidak bisa lagi menoleransi chaos-chaos lainnya, kita sudah dalam posisi yang sangat rawan saat ini,” katanya kepada DW Indonesia.
Menyoroti besarnya gejolak di masyarakat terkait kritik tajam tentang sejumah RUU yang dianggap kontroversial, mulai dari RUU KPK hingga RKUHP, perempuan lulusan S2 dari Washington University ini mengakui ada perbedaan persepsi antara DPR dan publik terkait pemaknaan isi pasal dalam RKUHP. Dia menyayangkan bila pasal-pasal di dalamnya yang telah disusun sedemikian rupa harus dibatalkan begitu saja.
Penyusunan RKUHP menurut Hillary memiliki tujuan baik, agar Indonesia mempunyai Kitab Undang-Undang Hukum Pidana sendiri, bukan warisan zaman kolonial Belanda. Harus ada peningkatan sosialisasi dan pelibatan stakeholder, terutama dalam bidang pendidikan, dalam proses pembahasan dan rancangan, itu menjadi yang terpenting, ujarnya
Dalam perbicangan dengan DW Indonesia Hillary mengatakan, dia setuju bahwa harus ada transparansi kerja DPR terhadap publik. Karena itu dia membuat vlog absensi sidang, sebagai wujud komitmennya sebagai anggota DPR yang secara terbuka bisa diawasi oleh publik.
"Ya jelas, karena memang saya sempat mensosialisasikan ingin bikin program vlog absensi sidang, jadi ketika sidang, kita melakukan live streaming atau men-share video conference, sehingga masyarakat tahu perkembangan dan mampu menakar kinerja dari anggota dewan. Karena soal kinerja memang wajar di-complain kalau transparansi nya mungkin tidak cukup untuk menyakinkan masyarakat, bahwa DPR ini bekerja dengan baik,” sebutnya.
Lebih jauh, Hillary juga akan mengadaptasi perkembangan teknologi, khususnya dalam e-budeting. Kedua hal ini menurutnya dapat membuat citra DPR di mata masyarakat lebih baik.
"Jadi kalau kita lihat, sebenarnya masih banyak yang harus diperbaiki, masih banyak pekerjaan kami. Saya tidak bilang kami akan bekerja jauh lebih baik, atau saya tidak bilang kami secara pribadi jauh lebih baik daripada anggota DPR sebelumnya. Tapi setidaknya, di periode ini ada harapan kami datang dengan ideologi dan gagasan yang dapat menciptakan suatu sistem untuk memperbaiki kinerja dpr", jelasnya. (pk/hp)
Wajah Demonstrasi Generasi Milenial di Indonesia
Akhir September, mahasiswa dari berbagai universitas di Indonesia turun ke jalan memprotes berbagai kebijakan pemerintah. Aksi penyampaian aspirasi di depan Gedung DPR dan berbagai wilayah sering berbuntut kericuhan.
Foto: Reuters/W. Kurniawan
Aksi di berbagai wilayah
Pada tanggal 23-24 September ribuan mahasiswa berdemonstrasi di depan Gedung DPR. Mereka menganggap sejumlah RUU (seperti RUU KUHP dan UU KPK) bermasalah dan menuntut agar dibatalkan. Selain di Jakarta, aksi mahasiswa juga terjadi di berbagai wilayah lain di Indonesia.
Foto: Reuters/W. Kurniawan
Bentrok dengan polisi
Beberapa aksi unjuk rasa mahasiswa berakhir ricuh. Aksi yang diikuti oleh mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Medan di depan gedung DPRD Sumatera Utara pada Selasa (24/09) sore waktu setempat sempat memanas. Mahasiswa tampak mulai kesal karena tidak diizinkan masuk ke gedung dan dua ban bekas pun dibakar.
Foto: Reuters/Antara Foto/M. Adimaja
Ada provokator?
Sementara di Jambi, aksi juga mulai ricuh ketika massa menyerang kantor gedung DPRD dan mengakibatkan pecahnya kaca-kaca di gedung itu. Polisi sempat menembakkan gas air mata ke arah mahasiswa. Sementara seorang orator mengimbau agar rekan-rekannya tidak terpancing provokator.
Foto: Reuters/W. Kurniawan
Korban jiwa di Sulawesi
Di Sulawesi, demonstrasi mahasiswa menelan korban jiwa. Aksi yang berujung bentrok dengan polisi di Gedung DPRD Sulawesi Tenggara pada Kamis (26/09) menyebabkan dua mahasiswa Universitas Halu Oleo, Kendari, meninggal dunia. Yusuf Kardawi meninggal akibat luka parah di kepala, sementara Randy meninggal tertembak peluru tajam.
Foto: Reuters/Antara Foto/A. Abhe
Investigasi kasus di Kendari
Presiden Joko Widodo menyampaikan belasungkawa atas meninggalnya kedua mahasiwa tersebut. Selain itu ia juga menegaskan dalam penanganan demonstrasi mahasiswa, pihak kepolisian tidak diberikan perintah untuk membawa senjata berpeluru tajam. Jokowi memerintahkan Kapolri untuk menginvestigasi kasus ini dan memeriksa seluruh jajaran kepolisian yang diterjunkan di lokasi pada saat bentrok terjadi.
Foto: Reuters/Antara Foto/I. Eko Suwarso
Aksi demonstrasi juga diikuti pelajar
Menurut Guru Besar Fakultas Psikologi UGM Prof. Koentjoro, aksi pelajar adalah bentuk konformitas dengan kelompoknya dan tidak memiliki tujuan konkrit seperti aksi mahasiswa. “Saya kira enggak, mereka pikirannya belum sampai di situ. Kalau kakak-kakak mahasiswa itu kan sudah punya ... tujuan tertentu. Kalau anak-anak ini mereka kumpul-kumpul bareng saja,” jelasnya seperti dikutip dari Kompas.
Foto: Reuters/W. Kurniawan
Batu dan bom molotov
Di Jakarta, sekitar 500 pelajar dan mahasiswa sempat mendekam di tahanan kepolisian menyusul kerusuhan selama aksi demonstrasi . Dalam beberapa kasus, sejumlah demonstran dikabarkan melemparkan batu dan bom molotov ke arah aparat keamanan.
Foto: Reuters/W. Kurniawan
Pasta gigi lawan gas air mata
Mahasiswa dengan wajah beroleskan pasta gigi menjadi pemandangan lazim pada aksi demonstrasi. Pasta gigi di sekitar mata diyakini bisa meredam efek perih dari tembakan gas air mata aparat keamanan.
Foto: DW/D. Purba
Meriam air andalan polisi
Pada demonstrasi di Gedung DPR RI, Jakarta, gas air mata dan meriam air menjadi andalan polisi anti huru hara untuk memukul mundur demonstran dan membubarkan konsentrasi massa. Demonstran berusaha merangsek masuk ke halaman gedung DPR. (za/hp)