1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Berjuang Wujudkan Dunia Lebih Baik

Klaus Jansen6 Desember 2012

Dokter Afghanistan, aktivis lingkungan Turki, pakar politik AS dan kampanye anti perdagangan senjata dari Inggris meraih penghargaan Nobel Alternatif.

Foto: TEMA

Hayrettin Karaca sebenarnya hanya ingin memotret pohon dan beberapa tanaman. Di Kozak di barat Turki seorang pengelola tambang emas bermaksud membabat ribuan pohon.

Hal ini ingin ditelusuri oleh Karaca. Tapi ia dicegat sekelompok orang dengan kasar, yang menuduhnya memasuki kawasan pribadi tanpa ijin. Ini terjadi tahun 2010. Saat itu Karaca berumur 88 tahun. Kasus tersebut sampai ke pengadilan. Baru beberapa minggu lalu, tuntutan terhadap Karaca dinyatakan tidak terbukti.

Aktivis pelindung lingkungan terancam dibunuh

Di Turki, nyawa seorang aktivis lingkungan bisa terancam. Setidaknya jika berhadapan dengan perusahaan besar. Padahal Hayrettin Karaca sendiri adalah seorang pengusaha. Ia pernah mendirikan perusahaan tekstil yang sukses. Di tahun 70an ia bepergian ke seluruh Turki. Ia menemukan, bahwa lingkungan menderita jika petani salah memanfaatkan tanah. Hutan-hutan tua menjadi gundul, tanaman langka terancam punah, dan erosi tanah semakin bertambah.

Awal tahun 90an, bersama dengan pengusaha lain ia mendirikan yayasan TEMA yang memiliki pengaruh kuat terhadap politik Turki. Kini yayasan tersebut memiliki 450.000 relawan. Banyak diantaranya masih remaja. Hayrettin Karaca, kini berusia 90 tahun, masih tampil di hadapan publik dan punya acara televisi sendiri. Tapi ia paling senang jika tampil di hadapan anak-anak dan berbicara dengan mereka tentang lingkungan. Ia berharap, generasi muda juga akan mempertanyakan hal yang sama yang ia alami di tahun 70an. Karaca adalah salah seorang penerima Right Livelihood Awards 2012.

Hayrettin KaracaFoto: TEMA

Dokter kaum miskin

Sima Samar baru berusia 22 tahun, saat suaminya tiba-tiba menghilang. Tiga saudara laki-lakinya dan 60 anggota keluarganya juga menghilang tanpa jejak dalam perang Afghanistan di akhir tahun 70an. Namun, Samar tidak menjadi putus asa. Di Universitas Kabul ia mempelajari ilmu kedokteran. Hanya beberapa bulan setelah lulus, situasi makin tidak aman dan ia harus melarikan diri.

Selama 17 tahun Sima Samar hidup di pengasingan di Pakistan. Sebagai dokter muda ia lama bekerja di kamp pengungsi dari Afghanistan. Di kota perbatasan Quetta ia mendirikan rumah sakit pertama bagi perempuan dan anak-anak Afghanistan pada tahun 1987. Dua tahun kemudian ia mendirikan organisasi Shuhada yang kini sudah mengelola lebih dari 100 sekolah, 15 rumah sakit dan ambulans di Afghanistan dan Pakistan.

Sima SamarFoto: dapd

Setelah invasi pasukan AS tahun 2001, ia kembali ke Afghanistan dan menjadi menteri urusan perempuan di pemerintahan transisi Afghanistan. Tapi tahun 2002 ia mengundurkan diri dan mengambil alih posisi ketua komisi HAM Afghanistan yang independen. Pernyataan dan laporannya yang kritis kerap menimbulkan konflik dengan pihak pemerintah. Ia berulang kali mendapat ancaman pembunuhan. Namun, kepada DW ia mengatakan "Adanya komisi HAM di negara krisis seperti Afghanistan sudah merupakan keberhasilan luar biasa. Berkat kami, banyak warga yang akhirnya tahun bahwa mereka memiliki hak-hak dasar."

Perang bukan jawaban konflik

Gene Sharp tidak mau berperang. Tahun 1950 saat perang Korea, pria asal Amerika Serikat ini dijebloskan ke penjara selama sembilan bulan karena dianggap menentang kewajiban warga untuk membela negaranya dengan turut berperang.

Pria yang kini berusia 84 tahun ini sudah tahu sejak dulu, revolusi politik bisa berjalan tanpa kekerasan. Ia menulis banyak buku. Tahun 1983 ia mendirikan institut Albert Einstein di Boston yang meneliti bentuk aksi dan perlawanan tanpa kekerasan.

Sepuluh tahun kemudian ia mempublikasikan salah satu bukunya yang paling sukses, "Dari Diktator Hingga Demokrasi: Langkah Menuju Pembebasan". Buku ini laku keras dan diterjemahkan dalam 30 bahasa. Akhirnya Sharp mengunggahnya, sehingga bisa dibaca secara gratis melalui internet.

Sharp menggambarkan revolusi tanpa kekerasan dengan kata-kata jelas: Tanpa dukungan warga, tidak akan ada rezim yang bisa bertahan. Jika dukungan dicabut, maka seluruh struktur akan ambruk. Hampir 200 metode aksi tanpa kekerasan ia rangkum dalam bukunya.

Gene SharpFoto: APImages

Idenya untuk mengenakan warna simbolis dalam demontrasi damai diterapkan di Ukraina saat Revolusi Oranye. Pimpinan demonstrasi ini menyebut buku Sharp sebagai kitab suci. Waktu Lithuania melepaskan diri dari Uni Soviet di awal 90an, menteri pertahanan Lithuania mengatakan ia lebih memilih buku dari Sharp dibandingkan bom atom.

Nobel Alternatif

Hayrettin Karaca, Sima Samar dan Gene Sharp mendapat penghargaan atas usahanya dengan Right Livelihood award 2012, bersama dengan "Campaign Against Arms Trade" (CAAT) dari Inggris.

Kelompok ini berkampanye sejak 1974 menentang perdagangan senjata di Inggris. CAAT berhasil menurunkan subsidi ekspor pemerintahan Inggris bagi senjata. Demikian alasan yang diberikan para juri. Penghargaan Nobel Alternatif akan diserahkan pada hari Jumat (7/12) di parlemen Swedia di Stockholm. .

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait