Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan berlakukan status darurat selama tiga bulan. Dengan langkah tersebut pemerintah Turki ingin memberangus gerakan Gulen yang sejak lama menjadi musuh politik Erdogan.
Iklan
Status darurat selama tiga bulan mulai berlaku hari Kamis (21/7) di Turki. Jurubicara pemerintah, Numan Kurtulmus, mengklaim langkah tersebut diambil untuk memerangi "struktur paralel" di pemerintahan.
Istilah tersebut digunakan terhadap pendukung gerakan Gulen yang dituding mendalangi percobaan kudeta dua pekan silam. Pemerintah Turki sejauh ini mengaku telah mengirimkan setumpuk dokumen ke pemerintah AS berisikan bukti-bukti keterlibatan Fethullah Gulen.
Pemimpin spiritual yang kini hidup dalam pengasingan di Amerika itu terancam dideportasi dan diadili di Turki. Gulen sendiri menolak tudingan dirinya terlibat dalam kudeta. "Saya menolak segala bentuk kekerasan," ujarnya kepada media. Percobaan kudeta di Turki menyisakan 260 korban jiwa dan lebih dari 1500 luka-luka.
Wakil Perdana Menteri Mehmet Simsek bersikeras status darurat tidak akan mengubur kebebasan dasar dan hak sipil, seperti kebebasan bergerak, berkumpul dan kebebasan pers. "Atmosfir untuk kompromi politik saat ini lebih baik dari sebelumnya," tuturnya.
Erdogan juga meyakini langkah tersebut "sama sekali tidak bertentangan dengan demokrasi, malah sebaliknya."
Dalam gelombang pembersihan pasca kudeta pemerintah memecat atau menangkap lebih dari 50.000 pegawai negeri sipil, termasuk diantaranya 3000 pegawai kejaksaan. Selain itu 6756 serdadu dan 100 perwira berbintang ditangkap dan dipenjarakan.
Kementerian Pendidikan adalah yang paling parah terkena imbas kudeta. Sekitar 15.200 pegawai saat ini masuk dalam daftar pemecatan. Selain itu 626 institusi pendidikan ditutup paksa, termasuk 524 sekolah swasta.
Pemerintah juga mencabut izin mengajar untuk 21.000 guru di sekolah swasta dan memecat 1577 dekan di berbagai universitas.
Sejarah Kudeta Militer di Turki
Sebanyak enam kudeta dilancarkan militer terhadap pemerintah sipil sepanjang sejarah Turki. Hampir semua bermotifkan politik. Militer menganggap diri sebagai pengawal sekularisme Atatürk dan tidak jengah mengintervensi.
Foto: Reuters/O. Orsal
1960: Kudeta Demokrasi
Kepala pemerintahan pertama di Turki yang dipilih langsung oleh rakyat tidak berusia lama. Kekuasaan Adnan Menderes dan Partai Demokrat diwarnai pelanggaran HAM dan upaya untuk mengembalikan Syariat Islam ke pemerintahan Turki. Militer kemudian melancarkan upaya kudeta pertama. Setahun berselang Menderes dihukum mati oleh junta militer.
Foto: picture-alliance/AP Photo
1971: Berakhir Lewat Memorandum
Selang 11 tahun setelah kudeta terakhir, militer melayangkan memorandum yang menyebut pemerintah telah "menyeret negara dalam anarki dan kerusuhan sosial." Surat yang ditandatangani semua perwira tertinggi militer itu mengultimatum pemerintahan untuk segera membubarkan diri dan membentuk pemerintahan kesatuan.
Foto: Imago/ZUMA/Keystone
1980: Kudeta Mengakhiri Perang Proksi
Muak dengan pertikaian antara kaum kanan dan komunis kiri, panglima militer Jendral Kenan Evren melancarkan kudeta buat menyingkirkan pemerintahan sipil. Turki pada dekade 80an ikut terseret dalam arus perang dingin yang ditandai dengan konflik berdarah di level akar rumput. Hingga akhir 70an negeri dua benua itu mengalami 10 pembunuhan per hari terhadap aktivis komunis atau sayap kanan
Foto: imago/Zuma/Keystone
Darah Berbayar Duit
Kudeta 1980 membuahkan pertumbuhan ekonomi buat Turki yang nyaris bangkrut. Namun kekuasaan Jendral Evren hingga 1989 banyak diwarnai oleh penculikan dan penyiksaan terhadap oposisi dan kelompok anti pemerintah. Tahun 2014 Evren akhirnya divonis penjara seumur hidup oleh sebuah pengadilan di Ankara. Namun lantaran faktor usia, vonis tersebut cuma bersifat simbolis.
Foto: AP
1997: Intervensi Senyap
Kembali militer bereaksi ketika pemerintahan Necmettin Erbakan dinilai menanggalkan prinsip sekulerisme Ataturk. Saat itu dewan jendral, termasuk Panglima Militer Jendral Ismail Hakki Karadayi, mengultimatum pemerintah untuk melaksanakan enam butir tuntutan yang membatasi gerak kelompok Islam. Kudeta itu berhasil menjatuhkan Erbakan. Tapi para jendral yang terlibat kemudian diadili tahun 2012
Foto: Adem Altan/AFP/Getty Images
2016: Kudeta Setengah Hati
Pada Jumat malam, 15 Juli 2016, militer tiba-tiba mendeklarasikan kudeta dan mengklaim telah merebut pemerintahan dari tangan Presiden Recep Tayyip Erdogan. Saat itu Erdogan sedang berlibur di luar negeri. Militer lalu bergerak merebut tempat-tempat strategis, termasuk kantor stasiun televisi CNN Turki di Istanbul
Foto: Getty Images/G.Tan
Balas Dendam Erdogan
Lewat pesan ponsel Erdogan memerintahkan pendukungnya untuk turun ke jalan. Aparat kepolisian dan pasukan pemerintah dikerahkan buat menghalau kelompok makar. Hasilnya ratusan orang tewas dan ribuan lain luka-luka. Kudeta di Turki dinilai berlangsung tanpa perencanaan matang. Erdogan lalu memanfaatkannya buat memberangus musuh politik yang sebagian besar simpatisan kelompok Gulen