Festival Film Berlinale menjadi event akbar perfilman yang sepenuhnya digital. Tidak ada lagi kurir pembawa gulungan film yang berkeliaran selama 10 hari festival di Berlin.
Iklan
Berlinale digelar sepenuhnya dalam era digital. Tidak banyak digembar-gemborkan, sukses pelaksanaan event akbar festival film Berlinale ke 65 di kota Berlin didukung jejaring kabel serat gelas yang totalnya sepanjang 250 km yang ibaratnya sarang laba-laba di bawah permukaan tanah di ibukota Jerman itu.
Lebih 440 film yang dilombakan, bisa disaksikan lewat 2.600 layar di 25 lokasi pertunjukan berkat transfer film secara digital lewat kabel serat optis itu. Kini tidak ada lagi pemandangan klasik, para kurir pembawa gulungan film atau harddisk berisi film yang berseliweran di kota Berlin.
Sekarang semua film dikirim ke 61 bioskop dari pusat komputasi di distrik Moabit lewat streaming digital. Semua film dilindungi sandi canggih, hingga sulit diretas. Paket data digital itu kemudian ditayangkan lewat proyektor data digital terbaru yang sudah lama menggantikan proyektor analog.
Retrospektif Technicolor di Berlinale
Technicolor yang cikal bakal teknik pewarnaan film dan jadi kebanggaan dunia sinematografi dari 1930 hingga 1950-an seolah terlupakan. Di Berlinale ditampilan 30 film terkenal sebagai retrospeksi 100 tahun Technicolor.
Foto: Twentieth Century Fox Film Corporation Inc. All Rights Reserved
Kerinduan Sinema
Technicolor sebuah perusahaan AS yang didirikan 100 tahun lalu, mengembangkan beragam teknik pewarnaan film. Tahun 1930 Technicolor menjadi standar pewarnaan film dan menghasilkan sejumlah mahakarya dalam warna cemerlang. Film pertama yang menerapkan teknik 3 warna ini adalah film pendek "La Cucaracha" yang dibuat 1934.
Foto: George Eastman House, Rochester
Membuka Jalan Bersama Disney
Pada era 1930-an film animasi menyumbang kontribusi besar bagi sukses sistem Technicolor. Herbert T. Kalmus penemu teknik 3 warna itu bekerjasama dengan Walt Disney pencipta Mickey Mouse. Film animasi lebih gampang menerapkan teknik pewarnaan itu dibanding film dengan pelakon manusia. "Funny Little Bunnies" dari 1934 adalah salah satu tonggak sukses Technicolor dalam film animasi.
Foto: Disney
Warna Cemerlang
Film musikal "Wizard of Oz" buatan 1939 adalah salah satu puncak sukses Technicolor. Sutradara Victor Fleming dan King Vidor memanfaatkan warna sebagai elemen dramatik- dan penonton menyukainya. Berkat terobosan revolusioner para pionir film berwarna di belakang kamera, film-film dengan Technicolor biasanya jadi hit dan raih predikat Box Office.
Technicolor adalah penemuan Amerika dan juga mapan di negara itu. Tapi Hollywood juga berusaha berjejak di Eropa, dan industri film Inggris dengan cepat terimbas. Film fantasi "Thief of Bagdad" buatan 1940 dengan aktor Jerman Conrad Veidt sebagai mahapatih merupakan film Inggris terbaik yang menggunakan Technicolor.
Foto: ITV/Park Circus
Warna Melodramatis
Pertengahan 1940-an, film-film Technicolor merajai baik dari segi artistik maupun secara komersial. Bahkan hingga hari ini, warna cemerlang dari film melodramatis "Leave Her to Heaven" buatan 1945 yang dibintangi Gene Tierney masih tetap mempesona. Protagonisnya menonjol dalam taburan warna. Film ini sebetulnya termasuk genre "Film Noir" yang ironisnya jadi cemerlang berkat Technicolor.
Foto: Twentieth Century Fox Film Corporation Inc. All Rights Reserved.
Warna Surealis dan Dansa
Film musikal komedi "Yolanda and the Thief," buatan 1945 yang dibintangi Fred Astaire dan Lucille Bremer, sebetulnya disambut kurang antusias oleh penonton, karena tidak menyukai peran Astaire sebagai penjahat. Sekarang, adegan dansa selama 15 menit yang jadi sekuens andalan dalam film tersebut jadi legenda sebuah adegan sinematik yang surealis dalam warna dan gerak.
"Black Narcissus" karya sutradara dan produser Inggris Michael Powell dan Emeric Pressburger dibuat 1947, mengisahkan sekelompok biarawati yang mendirikan sebuah rumah sakit di desa terisolasi di Himalaya. Sejatinya syuting seluruh film dilakukan di sebuah studio di London.
Foto: ITV/Park Circus
Nuansa Wild West
Film western "She Wore a Yellow Ribbon" buatan 1949 karya sutradara John Ford adalah salah satu film cowboy melankolis terbaik. Ford dan juru kameranya melakukan syuting di Monument Valley berbasis imaji yang dilukis Frederic Remington. Film menunjukkkan kontras batu pasir berwarna kemerahan dengan latar langit biru.
Film "African Queen" buatan 1951 karya sutradara John Huston yang dibintangi Humphrey Bogart menjadi contoh paling impresif dari film petualangan dengan sistem Technicolor. Syuting film dilakukan di rimba Afrika, dan menghasilkan warna hijau hutan yang terus terpatri dalam ingatan para penonton.
Foto: ITV/Park Circus
Film Terakhir DenganTechnicolor
"Gentlemen Prefer Blondes," dari 1953 yang dibintangi Marilyn Monroe, menjadi salah satu film terakhir yang masih menggunakan Technicolor. Teknik warna yang lebih efektif datang dan kamera Technicolor tergeser. Yang kini tersisa adalah reproduksi film dengan sistem warna tersebut. Berlinale ke 65 tampilkan seksi retrospektif sebagai penghargaan pada era yang sudah lama lewat itu.
Foto: Twentieth Century Fox Film Corporation Inc. All Rights Reserved
10 foto1 | 10
Pasar film dan festival publik
Selama 10 hari digelarnya festival film Berlinale ke 65 tercatat sekitar 1.100 judul film yang akan ditayangkan secara publik dan dijual kepada pelanggan besar dalam European Film Market. Jumlah film yang ditayangkan untuk publik juga tergolong luar biasa, jika misalnya dibandingkan festival film Eropa lainnya di Cannes atau Venezia.
Berlinale lebih menekankan programnya pada festival merakyat dengan lebih 2.600 layar "public viewing" yang bisa ditonton di 25 lokasi. Tempat nonton itu mulai dari kategori bioskop cineplex besar, bioskop menengah hingga biokop indie yang hanya berkapasitas puluhan kursi.
"Berlinale tidak hanya sekedar festival yang menonjolkan bintang-bintang gemerlap dan perwakilan dagang necis, tapi juga meraih penonton dari kalangan awam," ujar Ove Sander penanggung jawab teknologi digital Berlinale. Tahun lalu tercatat penjualan karcis bioskop melebihi 300.000 lembar selama digelarnya festival film di Berlin itu.