1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Berlusconi dan Politik di Italia

9 Oktober 2009

Setelah Mahkamah Konstitusi mencabut UU imunitasnya, PM Silvio Berlusconi mengecam lembaga itu sebagai musuh politik.

Harian Italia La Stampa menulis:

Italia mendekati situasi perang total antar institusi pemerintahan. Masih akan terdengar banyak bisikan maupun teriakan. Kata-kata bombastis masih bakal lantang. Ini semua sebenarnya tidak layak bagi sebuah demokrasi yang wajar. Tapi kita sudah terbiasa dengan situasi ini. Perang kata-kata di media massa dan di ruang publik sejak lama menggerogoti demokrasi kita. Mengejutkan, bagaimana Berlusconi memanfaatkan makna ‚rakyat' dalam konteks baru. Ia bersikeras menyebut Presiden dan para anggota Mahkamah Konstitusi sebagai musuh politik, yang dipilih oleh oposisi. Gagasan bijak tentang keseimbangan antar institusi sayangnya sudah menghilang.

Harian Spanyol ABC berkomentar:

Bagi setiap pemerintahan, kepentingan masyarakat harusnya berada di atas kepentingan pribadi. Bahwa seorang kepala pemerintahan memanfaatkan jabatannya untuk keuntungan sendiri, terutama untuk melindungi diri dari kejaran lembaga peradilan, ini tidak bisa diterima. Ulah Berlusconi telah memaksa lembaga peradilan untuk bertindak. Terutama untuk menghindari runtuhnya sistem politik. Dalam sebuah demokrasi, tidak boleh ada orang yang berada di atas undang-undang.

Harian Perancis Le Figaro menanggapi kasus Berlusconi sebagai berikut:

Makin tajam kecaman kubu kiri dan intelektual terhadap Belusconi, makin banyak dukungan publik terhadapnya. Banyak orang kagum pada keyakinan diri, ketrampilan dan mobilitasnya. Sementara lawan politiknya saling bertengkar dan hanya menunjukkan ketidak mampuan. Berlusconi yang lihai berpolitik akan mengadu kekuatan dengan lembaga peradilan. Ia berada dalam posisi menguntungkan. Tidak ada tokoh politik lain yang mampu bersaing dengannya.

Harian Jerman Frankfurter Allgemeine Zeitung berkomentar:

Kubu oposisi akan merayakan kasus ini sebagai kemenangan. Sebagai bukti bahwa semua warga sama di hadapan hukum. Bahwa tidak ada perlakuan istimewa bagi seorang kepala pemerintahan, yang sering mencampur aduk kepentingan komersil dan kepentingan politiknya. Namun pihak oposisi kelihatannya tidak akan menarik keuntungan dari kekalahan hukum Berlusconi. Kondisi mereka sendiri sangat memprihatinkan.

Harian Austria der Standard berpandangan lain. Harian ini dalam tajuknya menulis:

Inilah fase terberat dalam karir politik Silvio Berlusconi. Menghadapi para jaksa dan hakim dalam sebuah proses pengadilan, adalah hal yang sulit, bukan hanya bagi sang Perdana Menteri. Kredibilitas Italia dipertaruhkan, baik di dalam negeri maupun di lingkungan internasional. Berlusconi tetap bisa berkelit dengan alasan bahwa kasusnya sudah kadaluwarsa. Tapi itu tidak akan memperbaiki citranya. Tidak lama lagi, calon-calon yang berpotensi menggantikannya akan mulai bermunculan.

HP/DK/dpa/afp