Berkat kamera smartphone dan harga kamera kualitas tinggi yang semakin murah, banyak orang yang bisa mengaku fotografer. Namun tidak sembarang fotografer bisa ikut festival fotografi di Arles, Perancis.
Foto: ARTE
Iklan
Elise Mazac dan Robert Drowilal dari selatan Perancis berhasil membuktikan bahwa mengedit foto tidak bisa sembarangan dan harus mengandung pesan. Berdua mereka membentuk duo fotografer 'Mazaccio and Drowilal.' Karya keduanya turut dipamerkan dalam Festival Fotografi Arles di bagian selatan Perancis.
Dalam kehidupan pribadi, mereka sepasang kekasih. "Masing-masing punya keahlian. Robert membuat anggaran dan mencuci baju. Saya sisanya: Ide, implementasi dan sebagainya," tutur Mazac yang langsung ditimpali Drowilal, "Apa benar begitu?"
Memberi makna baru
Mereka tidak mengambil foto sendiri, tapi menggabungkan foto karya orang dan membuat konteks baru. "Kami menggarap foto-foto biasa yang memberi pola dasar," ujar Drowilal. "Itu bahan mentah kami, foto-foto yang bisa dilihat di mana saja," Mazac ikut menjelaskan.
Dua fotografer ini juga membuat liputan foto yang kompleks - mengenai isu yang mungkin terlalu aneh untuk menjadi cerita sampul majalah.
"'Pelatuk' adalah laporan jari telunjuk saya, yang menekan tombol kamera. Saya melihatnya dalam kehidupan sehari-hari: memencet tombol toilet, tombol pemanggang roti," kata Mazac. "Kami senang bermain dengan mitos bahwa apapun yang dilakukan seniman itu keren. Ini menghibur."
Tidak lagi eksklusif
Paparazzi: Antara Sensasi dan Seni
Di manapun selebriti tampak, kamera tidak jauh. Fotografer koran kuning selalu membuntuti bintang film, atlet, pemusik dan orang tekenal lainnya. Sebuah pameran tampilkan 600 foto. Berikut pilihan DW untuk Anda.
Foto: Fotograf unbekannt
Jadi Pusat Perhatian
Pameran berjudul "Paparazzi!" menampilkan 600 foto yang dibuat wartawan koran kuning. Sebagian foto ikut menulis sejarah. Orang yang datang ke pameran berjalan di atas karpet berwarna merah. Dari pengeras suara terdengar berbagai suara, dan lampu kamera menyala dari banyak arah. Pengunjung langsung jadi tahu bagaimana perasaan, misalnya, "It-Girl" Paris Hilton.
Foto: Sébastien Valiela
No Photo!
Fotografer bersembunyi di balik semak, mengintip dari jendela, bahkan bersembunyi di tempat sampah. Mereka menunggu sampai bisa ambil jepretan sensasional atas seorang selebriti, kemudian dijual ke koran kuning. Yang paling laku: foto selebriti mabuk, bikini yang "melorot", pasangan orang terkenal ketika berkelahi. Tampak di sini Mick Jagger tidak senang, sementara Arnold Schwarzenegger tertawa.
Foto: Jean Pigozzi
Tidak Bisa Menghindar
Tapi fotografer jenis ini tidak hanya menunggu di tempat-tempat tersembunyi. Kadang selebriti tidak bisa menghindar. Misalnya jika mereka harus turun dari pesawat terbang. Tangga pesawat adalah jebakan besar. Sementara mereka turun tangga, kamera diarahkan ke mereka.
Foto: Fotograf unbekannt
Serangan Balik
Jika paparazzi tidak ada, koran kuning juga tidak ada. Dan tanpa mereka tidak ada selebriti. Walaupun paparazzi tidak disukai, mereka berikan wadah kepada para bintang, walau tanpa disengaja. Jika foto model ternama duduk di pantai dan lemak pada tubuhnya terlihat, itu jadi gunjingan. Setelah dietnya sukses, ia bisa tampilkan diri di depan fotografer dan julurkan lidah, seperti Kate Moss (foto).
Foto: Bruno Mouron
Taksi: Jebakan bagi Para Bintang
Paparazzi kerap langgar batas dan masuki kehidupan pribadi para "korbannya". Kehidupan pasangan Liz Taylor dan Richard Burton diberitakan hampir seratus persen oleh koran kuning. Tapi keduanya tampak menyukainya. Liz Taylor tampak terlatih menampilkan senyum profesional ketika ia dibuntuti saat berada di taksi.
Foto: Daniel Angeli
Pekerjaan Riskan
Beberapa paparazzi jadi terkenal. Salah satu tokoh fotografer jenis ini adalah Ron Galella. Ia terutama mengincar bintang-bintang besar, seperti Jackie Kennedy, Audrey Hepburn, dan Madonna. Marlon Brando yang juga dibuntutinya pernah marah dan memukulnya hingga rahang dan beberapa giginya patah. Sejak itu Galella mengenakan helm pemain rugby. Dan terus membuntuti Brando.
Foto: Ron Galella, Ltd
Kalau Bintang Lupa Tersenyum
Motif laku lainnya adalah selebriti ketika belanja. Mereka tampil tanpa make up, dalam baju santai sambil menjinjing kantung belanjaan. Di momen seperti itu mereka lupa memasang wajah profesional. Britney Spears (tengah belakang) dan Paris Hilton (kanan) tampak stres karena berbelanja dan lupa tersenyum. Itulah yang memukau pada foto paparazzi. Mereka menunjukkan selebriti sebagai orang biasa.
Foto: Sébastien Valiela
7 foto1 | 7
Foto turis di atas tisu dapur, diberi nama 'Nunuche.' Terlihat konyol. Pengerjaannya mengikuti tradisi permadani tua.
Mengadopsi gaya kitsch seni konsep tahun 70-an, Mazaccio and Drowilal mengambil foto matahari tenggelam sebagai motif universal - ditambah sosok anjing.
"Kami tidak terlalu suka foto-foto ini. Namun menakjubkan karena punya kekuatan besar terhadap publik dan menciptakan paradigma," ungkap Mazac merujuk pada foto-foto pesta kemenangan pembalap Formula 1 di atas podium dan penobatan pemenang kontes kecantikan. "Kami anggap mengerikan karena keras kepala dan menciptakan stereotipe."
Drowilal menjelaskan makna di balik karya mereka, "Kami ingin menaikkan derajat foto. Kami menaruh foto dari blog dan foto dari museum pada level yang sama. Jadi melihat foto ya sebagai foto. Ini tentunya menimbulkan tanda tanya terkait istilah 'pencipta,' 'orisinil,' 'kopi,' atau 'replika' dan membawa konsep baru ke dalam permainan berbagi foto."
Festival Fotografi Arles digelar setiap tahun sejak tahun 1970.