Kecurangan diam-diam menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Sejak dini, murid sekolah belajar bahwa mencontek adalah sesuatu yang umum diterima.
Iklan
Setelah doa bersama meminta agar nilai ujian mereka bagus, sebuah kelompok pelajar menengah atas Indonesia menerima pesan SMS mengejutkan -- datang ke kelas 90 menit lebih awal dan kalian akan diberi jawaban soal.
Tapi itu bukan karena campur tangan Tuhan. Pesan itu datang dari guru mereka, yang sebelumnya memimpin doa bersama, dan ia menawarkan untuk menjual informasi bocoran jawaban itu senilai 3 dollar kepada para pelajar tingkat akhir yang berusia antara 17 sampai 18 tahun.
“Guru mereka bilang biaya 3 dollar akan dipakai untuk merenovasi mesjid,” kata Febri Hendri, kepala pelayanan publik Indonesia Corruption Watch ICW, yang menemukan kasus ini berkat pengaduan masyarakat.
KecuranganSebagai Tren
Itu cuma salah satu contoh kecurangan dalam ujian sekolah tahunan, sebuah tren yang disebut oleh para pengkritik, mengajarkan anak-anak muda bahwa menyogok adalah hal yang bisa diterima, di Negara yang sudah putus asa berperang melawan korupsi ini.
Bagaimana Anak Kecil Belajar Baca
Di Jerman biasanya anak-anak baru mulai belajar membaca di sekolah dasar. Bagaimana dengan negara lain? Bagaimana anak-anak belajar membaca dan menulis?
Foto: picture-alliance/Joker
Cina: Lebih Cepat Lebih Baik
Sejak dini latihan. Sejak usia tiga tahun anak-anak di Cina belajar menulis huruf-huruf pertama. Ketika berusia enam tahun, mereka mulai menulis kalimat. Hingga kelas lima mereka harus sudah menguasai 10.000 huruf. Itu butuh kerajinan, karena huruf tidak mengikuti urutan tertentu, jadi harus dihafal.
Foto: picture-alliance/dpa
Jepang: Belajar Menulis Hingga Akhir Sekolah
Bagi murid-murid Jepang belajar menulis tidak berhenti di kelas satu. Hingga kelas sembilan dalam kurikulum tertera berapa huruf yang harus dipelajari setiap tahun. Untuk bisa menulis kata-kata dasar, murid-murid harus menguasai cara penulisan 2.100 huruf. Harus berlatih secara teratur, jika tidak satu huruf bisa cepat terlupakan.
Foto: picture-alliance/dpa
Mesir: Sebuah Bahasa "Baru"
Anak-anak yang baru belajar menulis tidak bisa menulis seperti ini, karena mereka ibaratnya belajar bahasa baru. Dialek yang digunakan sehari-hari sangat berbeda dari bahasa Arab tinggi, yang digunakan untuk menulis. Akibatnya kualitas pelajaran rendah. Banyak anak tidak benar-benar belajar membaca dan menulis.
Foto: Fotolia/Ivan Montero
Marokko: Bukan Hanya Bahasa Arab
Belum lama berselang, anak-anak Marokko hanya belajar bahasa Arab di sekolah. Sejak 2004 sudah berubah. Di kelas satu, bahasa Berber, Tamazight juga diajarkan. Dengan demikian jumlah warga yang buta huruf di daerah pedesaan, di mana bahasa Berber digunakan, bisa berkurang. Sejak 2011 Tamazight jadi bahasa resmi, yang juga tertanam dalam konstitusi.
Foto: picture alliance/Ronald Wittek
Paraguay: Bahasa Penduduk Asli
Di Amerika Latin, bahasa penduduk asli digalakkan penggunaannya. Di Paraguay anak-anak belajar baik bahasa Spanyol maupun Guaraní. Tapi titik beratnya tetap hanya pada satu bahasa. Dulu menulis indah adalah mata pelajaran tersendiri, sekarang anak-anak hanya perlu bisa menulis dengan huruf cetak.
Foto: Getty Images
Polandia: Mulai dari Nol
Di Polandia, sekolah tidak mulai dengan kelas satu, melainkan kelas nol. Pendidikan sebelum sekolah ini wajib bagi anak-anak. Di tahap itu mereka belajar huruf-huruf pertama lewat permainan. Tetapi belajar serius baru mulai setahun setelahnya. Mereka terutama harus belajar kata-kata yang menggunakan huruf "ó" dan "u", juga "ch" dan "h". Huruf-huruf itu dilafalkan sama, tetapi tulisannya berbeda.
Foto: picture-alliance/PAP
Kanada: Penulisan Tidak Masalah
Bukan bahasa Inggris, melainkan bahasa Eskimo yang menjadi bahasa utama murid kelas satu di Kanada. Di bagian utara, Nunavut bahasa Eskimo adalah bahasa resmi. Menulis dengan benar bukan tantangan besar. Agar keanekaragaman dialek tetap bisa dipertahankan, tidak ada cara penulisan yang seragam. Orang menulis seperti orang melafalkan.
Foto: picture-alliance/Ton Koene
Yunani: Keanekaragaman Vokal
"i" yang mana? Itu sering ditanyakan murid kelas satu di Yunani. Dalam aksara Yunani, ada enam huruf untuk vokal ini. Juga pada "e" dan "o" mereka harus memutuskan di antara dua variasi. Peraturan resmi untuk itu tidak ada, itu hanya bisa dihafal. Jadi dikte kerap ada dalam kurikulum.
Foto: picture-alliance/dpa
Serbia: Satu Bahasa, Dua Tulisan
Bahasa Serbia menggunakan aksara Kiril dan Latin. Jadi anak-anak harus sekaligus berlatih melakukan keduanya. Di kelas satu pertama-tama hanya dipelajari aksara Kiril, di kelas dua aksara Latin. Beberapa tahun setelah itu, murid boleh menentukan sendiri, aksara mana yang akan mereka gunakan.
Foto: DW/D. Gruhonjic
Iran: Bahasa Persia dengan Tulisan Arab
Di Iran yang terdiri dari banyak kelompok etnis, digunakan banyak bahasa. Di sekolah anak-anak belajar bahasa Persia. Meski bahasa ibunya pun Persia, menulispun sulit, karena ditulis dengan tulisan Arab. Pertama-tama mereka berlatih membuat garis-garis, lengkungan dan tanda seperti gerigi, yang menyerupai huruf. Setelah sebulan baru huruf yang benar bisa ditulis.
Foto: FARS
Jerman: Menulis Berdasarkan Pendengaran
20 tahun lalu, metode ini mulai digunakan di sekolah-sekolah Jerman, dan sampai sekarang masih kontroversial. Satu-satunya bantuan adalah sebuah tabel, di mana huruf-huruf dicantumkan di sebelah gambar, misalnya "F" tercantum di sebelah "Fenster" (jendela), "U" untuk "Uhr" (jam). Huruf lainnya ditulis dengan tulisan fonetik, jadi berdasarkan bunyi.
Foto: Fotolia/Woodapple
11 foto1 | 11
Para pelajar menemukan cara yang lebih maju mengalahkan system, mulai dari membeli buku-buku jawaban dengan harga murah di situs jual beli Indonesia, agar bisa mendapatkan pesan teks berbayar mengenai jawaban pertanyaan ujian.
Mereka membanjiri halaman Facebook dan grup percakapan online untuk bertukar informasi mengenai soal yang akan keluar dalam ujian, yang biasanya dilakukan para pelajar kelas 6 (usia 11-12 tahun), kelas 9 (umur 14-15) dan kelas 12 (umur 17-18).
Sebuah stasiun TV lokal tahun ini memperlihatkan potongan gambar para pelajar yang mengintip telepon genggam yang mereka sembunyikan di bawah meja dan mencontek jawaban pelajar lainnya selama ujian nasional, yang berlangsung bulan lalu.
Ujian Bermasalah
Para pengamat mengatakan bahwa ujian nasional tahun ini sangat buruk, khususnya karena tidak dilakukan serentak, akibat terlambatnya pengiriman kertas ujian, sehingga menyebabkan mereka yang sudah menjalani ujian bisa membocorkan soal itu ke daerah-daerah yang terlambat menjalankan ujian nasional.
Titik utama kritik terhadap pengukuran tingkat keberhasilan -- hasil ujian nasional yang diumumkan pekan lalu menunjukkan 99,48 persen pelajar lulus – sebagai bukti bahwa kecurangan adalah hal biasa, meskipun pemerintah menyangkal hal itu.
Kecurangan adalah bagian hidup sehari-hari, sehingga ketika orang mencoba jujur, ia justru mendapat tentangan dari masyarakat, sebagaimana yang bisa anda simak pada bagian kedua cerita ini.
Murid Sekolah Paling Bodoh di Dunia
Hasil penelitian PISA membuka aib pendidikan di Indonesia, Malaysia dan negara-negara Amerika Selatan. Murid sekolah di sebelas negara ini dinilai berprestasi paling rendah di bidang matematika, membaca dan sains
Foto: picture-alliance/dpa
#1. Peru
Dari 65 negara yang disurvey dalam Program Penilaian Pelajar Internasional 2012, Peru berada di urutan paling buncit. Untuk itu PISA menganalisa kemampuan murid sekolah berusia 15 tahun di tiga bidang, membaca, matematikan dan ilmu pengetahuan alam. Hasilnya Peru mendapat skor umum sebesar 375. Nilai tertinggi diraih murid Shanghai dengan nilai 587 dan rata-rata skor negara maju berkisar 497
Foto: Enrique Castro Mendívil/PRODAPP Program
#2. Katar
Sekitar 70% murid Katar dikategorikan "berprestasi rendah" di bidang matematika. Terlebih negeri kecil di Teluk Persia ini mencatat tingkat kehadiran siswa paling rendah. Lebih dari 29% tercatat pernah bolos selama beberapa jam atau berhari-hari, jauh lebih tinggi ketimbang rata-rata internasional yang sebesar 25%. Tidak heran jika Katar mendarat di posisi 64 dari 65 negara.
Foto: Getty Images/G.Shkullaku
#3. Indonesia
Bersama Peru dan Qatar, Indonesia yang cuma mendapat perolehan skor sebesar 384 menghuni posisi juru kunci dalam daftar PISA 2012. Indonesia termasuk memiliki jumlah tertinggi siswa yang dikategorikan "berprestasi rendah" di bidang matematika (76%) dan ilmu pengetahuan alam (67%).
Foto: picture alliance/Robert Harding
#4. Kolombia
Selain cuma mencatat nilai total sebesar 393, Kolombia juga tercatat sebagai negara peserta dengan ketimpangan terbesar antara murid perempuan dan laki-laki. Di negeri itu murid laki-laki rata-rata mampu mengungguli murid perempuan sebanyak 31 angka di tiga bidang yang diujikan.
Foto: Imago
#5. Albania
Murid Albania banyak memperbaiki skor PISA sejak pemerintah menggulirkan reformasi pendidikan tahun 2002. Namun begitu negeri pecahan Yugoslavia itu masih berada di urutan terbawah dengan nilai total 395.
Foto: DW/A. Ruci
#6. Tunisia
Angka siswa yang harus mengulang tahun pelajaran di Tunisia termasuk yang tertinggi di dunia, yakni sekitar 36%. Terlebih jumlah murid yang dikategorikan "berprestasi rendah" di bidang matematika mencapai 68%. Sebab itu Tunisia cuma mendapat skor umum 397 dan mendarat di posisi 59 dari 65 negara.
Foto: picture-alliance/dpa/H.Hanschke
#7. Argentina
Dua dari tiga murid sekolah di Argentina dikategorikan "berprestasi rendah." Sebab itu negara di Amerika Selatan ini menduduki posisi 59 dari 65 negara. Secara umum Argentina cuma mendapat skor 397 dalam daftar PISA 2012.
Foto: AP
#8. Yordania
Secara umum murid Yordania mencetak skor 398 dalam daftar PISA. Uniknya di sini murid perempuan mampu mengungguli murid laki-laki di semua bidang yang diujikan. Kendati memiliki perguruan tinggi berkualitas tinggi dibandingkan negara Arab lain, Yordania masih keteteran membenahi kualitas pendidikan dasar untuk murid sekolah menengah ke atas.
Foto: Save the Children
#9. Brazil
Lebih dari 65% murid Brazil gagal menjalani uji matematika. Sebab itu pula Brazil mendarat di posisi 57 dari 65 negara. Negeri raksasa di selatan Amerika ini sebenarnya sudah banyak melakukan perbaikan di bidang pendidikan sejak tahun 2000. Namun begitu statistik mencatat, 36% murid sekolah berusia 15 tahun pernah mengulang tahun pelajaran setidaknya satu kali.
Foto: picture-alliance/dpa
# 10. Uruguay
Seperti negara Amerika Selatan lain, Uruguay juga tercecer di posisi 55 dari 65 negara. Celakanya, prestasi murid di negeri bekas jajahan Portugal ini banyak menurun jika dibandingkan hasil survey tahun 2009. Menurut BBC, Uruguay adalah contoh dimana anggaran pendidikan yang besar saja tidak cukup buat memperbaiki kualitas pendidikan dan prestasi murid.
Foto: picture-alliance/dpa
#11. Malaysia
Dua hal yang menyeret posisi Malaysia ke peringkat 54 dalam daftar PISA 2012 adalah kemampuan membaca dan pemahaman di bidang ilmu pengetahuan alam. Untuk sains negeri jiran itu bahkan tertinggal 81 angka dari rata-rata negara industri maju.