1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
OlahragaIndonesia

Tim Sepeda KBRI Berlin Ramaikan Balap Münsterland Giro 2021

Putra Nugraha
9 Oktober 2021

Ditemui dalam ajang balap sepeda di Münsterland Giro 2021, duta besar Indonesia untuk Jerman bercerita tentang hobinya bersepeda, hingga pelajaran yang dipetik dari acara tersebut bagi masa depan sepeda di tanah air.

Dubes Arif Havas Oegroseno pada ajang Balap Sepeda Münsterland Giro 2021
Dubes Arif Havas Oegroseno pada ajang Balap Sepeda Münsterland Giro 2021 di JermanFoto: Putra Nugraha/DW

Diselenggarakan pada 3 Oktober 2021, pihak penyelenggara Balap Sepeda Münsterland Giro 2021 menyediakan tiga kategori balap sepeda yang dibedakan dari panjangnya rute seperti 65 kilometer (km), 95 km, dan 130 km. Sedangkan kategori 200 km hanya dapat diikuti oleh pesepeda profesional. Hujan dan angin kencang saat lomba berlangsung menambah tantangan bagi para peserta.

Saat ditemui pada ajang balap sepeda bergengsi ini, Duta Besar Indonesia untuk Jerman Arif Havas Oegroseno berbagi cerita dengan DW Indonesia mengenai hobi bersepeda yang membawanya hingga ke barat Jerman untuk ikut serta dalam acara tersebut.

Selain rajin ikut lomba, Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Berlin juga rutin mengadakan acara santai bersepeda bersama dengan warga Indonesia di Jerman maupun para staf kedutaan. DW Indonesia ingin mengetahui lebih lanjut tentang kegiatan ini. Berikut petikan wawancaranya. 

DW Indonesia: Apakah KBRI Berlin sering mengadakan acara bersepeda bersama?

Arif Havas Oegroseno: Dari KBRI Berlin memang sudah rutin diadakan acara bersepeda bersama staf, teman-teman PPI (Perhimpunan Pelajar Indonesia), dan masyarakat. Biasanya rutin 16 orang sampai 20 orang bisa ikut serta. Kami menamakan grup kami Adler Nusantara Cycling Club. Adler itu adalah garuda dalam bahasa Jerman. Tapi biasanya tidak semuanya mau ikut balap. Kebanyakan dari kita cari fun-nya saja.

Warga Indonesia yang tinggal di Jerman bisa gabung dan ikut bersepeda bersama grup KBRI Berlin?

Jelas bisa, karena ini memang timnya beragam mulai dari diaspora, PPI, masyarakat, dan staf KBRI. Ini juga menjadi ajakan untuk siapa pun yang ingin bergabung. Bila ingin berkumpul, menjadi sehat bersama lewat bersepeda.

Bapak berencana lebih sering ikut serta dalam acara balap?

Sebenarnya sejak 2019 kita memang sudah cukup sering daftar di beberapa event balap, seperti di Hamburg, di sini (Münster) dan bahkan di Stelvio, Italia. Namun karena ada pandemi beberapa event balap memang harus dibatalkan. Tahun ini, kita berkesempatan ikut serta di acara balap di Praha, Republik Ceko, dan di Münster. 

Bagaimana situasi terkait sepeda sebagai bagian dari lalu lintas di Jerman dibandingkan dengan negara Eropa lainnya seperti Belanda?

Jadi, Jerman baru saja merilis laporan berjudul National Cycling Plan 2030 (NCP) yang berisi rencana berskala nasional untuk mendorong lebih banyak orang untuk lebih menggunakan sepeda sebagai moda transportasi. Nah, jika dibandingkan dengan Belanda justru (Jerman) masih sangat rendah. Menurut laporan tadi (NCP), Belanda masih menjadi nomor satu perihal komposisi sepeda dalam lalu lintas dengan 28%, diikuti Denmark dengan 18%. Jerman sendiri hanya 11%.

Dalam laporan ini pemerintah Jerman juga akan memberikan komitmen berupa investasi sebesar 1,2 miliar euro atau sekitar Rp20 triliun untuk membangun infrastruktur sepeda seperti jalan khusus sepeda, tempat parkir dan fasilitas pendukung lainnya. Salah satu proyek yang menjadi sorotan tentunya Fahrradautobahn atau jalan tol untuk sepeda dari Jerman timur ke barat maupun utara ke selatan. Ini menjadi pelajaran yang dapat dipetik untuk Indonesia, mengingat ekonomi yang ditimbulkan dari cycling tourism itu sangat tinggi.

Ada pesan untuk masyarakat di Indonesia dan di Jerman khususnya yang bersepeda?

Untuk masyarakat di Indonesia tentunya selalu taati lalu lintas dan hormati pengguna jalan lain selain pesepeda. Untuk para policy makers di Indonesia tentunya di daerah, bersepeda dalam konteks lingkungan hidup itu sangat positif karena mengurangi polusi, macet, dan dalam waktu yang bersamaan menumbuhkan perekonomian seperti toko-toko, bengkel hingga wisata bersepeda.

Saya juga berharap Indonesia dapat memiliki basis hukum yang jelas mengenai peran sepeda dalam berlalu lintas karena di Jerman pengguna sepeda dapat ditilang dan didenda. Pelanggaran lalu lintas secara berulang yang dilakukan saat bersepeda juga dapat berdampak pada Surat Izin Mengemudi milik pengguna sepeda tersebut. Saya pikir ini hal dapat juga diimplementasikan di Indonesia. Ini butuh perhatian khusus dari pemerintah.

Acara-acara balap di daerah-daerah yang sifatnya kompetitif tapi tetap bisa dinikmati para pesepeda dari semua kalangan tentunya juga hal yang bagus. Terakhir, sekali lagi teman-teman, masyarakat Indonesia di Jerman yang mau ikut sepedahan bareng Adler Nusantara silakan bergabung. (ae)

Wawancara untuk DW Indonesia oleh Putra Nugraha dan telah diedit sesuai konteks.

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait