Para pecinta astronomi di Amerika Serikat dan Kanada bisa melihat fenomena alam yang langka. Yakni, hujan meteor selama berjam-jam.
Iklan
Fenomena astronomi ini sudah dinantikan oleh warga AS. Masalahnya, "Kami belum tahu ada berapa banyak partikel yang akan terlihat," ujar Bill Cooke, pimpinan Meteroid Environment Office di NASA.
Tapi Cooke juga menambahkan, ia akan tetap menantikan hujan meteor yang dikenal dengan nama "May Camelopardalis". Meteor pertama bisa terlihat pada hari Jumat (23/05/14) sejak pukul 10:30 malam waktu Amerika bagian timur. Puncaknya diperkirakan pukul 2 hingga 4 pagi di hari Sabtu.
Sejak tahun 1800
Komet P209/Linear adalah komet sangat tua yang ditemukan pertama kali tahun 2004 oleh para astronom. Dua tahun lalu, pakar di Ames Research Center milik NASA di Kalifornia memperkirakan debu komet tersebut akan melintasi orbit bumi 24 Mei 2014. Komet tersebut diperkirakan terbentuk sejak tahun 1800an.
Batuan Antariksa
Dengan memahami komposisi material penyusun bantuan antariksa, seperti komet, para peneliti berupaya memahami lebih banyak asal usul terbentuknya Bumi.
Foto: Reuters
Debu dan Gas
Bukan hanya partikel debu dari komet yang bisa jatuh ke bumi, tapi juga kometnya itu sendiri bisa menabrak bumi. Para ilmuwan menduga, komet merupakan material sisa dari pembentukan planet. Komposisinya bisa memberikan informasi mengenai awal pembentukan Tata Surya.
Foto: AP
Komet dan Bintang Berekor
Komet terdiri dari awan gas dan ekor panjang yang terdiri dari gas, batuan serta partikel debu. Jika ekor yang terdiri dari partikel dan batuan memasuki atmosfir bumi, gesekan memanaskannya hingga 3000 derajat Celsius. Inilah yang disebut sebagai bintang berekor.
Foto: picture-alliance/dpa
Hujan Komet
Jika komet melintas amat dekat ke bumi, sejumlah partikel bercahaya akan jatuh ke bumi layaknya hujan. Yang paling terkenal adalah hujan komet Perseid dan Leonidas. Setiap kali, hujan komet menjadi fenomena langit yang spektakuler.
Foto: AP
Meteorit
Debu komet yang jatuh ke bumi biasanya habis terbakar di atmosfir. Tapi pecahan yang lebih besar dari luar angkasa bisa tersisa dan jatuh ke permukaan bumi. Inilah meteorit. Kebanyakan ukurannya kecil dan tidak berbahaya. Jika cukup besar, bisa menimbulkan kerusakan hebat, seperti misalnya kawah meteorit Barringer di Arizona, AS dengan diameter 1000 meter.
Foto: cc-by/LarryBloom
Meteorit Raksasa
Meteorit raksasa yang jatuh 65 juta tahun lalu di semenanjung Yucatan, menimbulkan kawah Chicxulub yang berdiameter 300 km. Para ilmuwan memperkirakan tumbukan metorit ini memicu musnahnya dinosaurus.
Foto: NASA/Don Davis
Batu Hitam
Meteorit mirip dengan batuan bumi. Tapi kenampakannya seperti terbakar. Bopeng-bopeng ini tercipta saat meteorit memasuki atmosfir bumi dan permukaannya meleleh akibat gesekan yang menimbulkan suhu amat panas.
Foto: picture-alliance/ dpa/dpaweb
Pecahan Besar
Asteroid dalam jumlah amat banyak juga beterbangan di luar angkasa. Ukurannya ada yang lebih besar dari komet, dengan diameter hingga beberapa kilometer.
Foto: picture-alliance/ dpa
Mendekat ke Bumi
Februari 2013 asteroid seberat 130.000 ton bernama 2012 DA14 mendekat ke bumi hingga sejarak 27.000 kilometer. Ini lebih dekat dari kebanyakan satelit di orbit.
Foto: NASA/Science dpa
Lebih Aman
Badan antariksa Eropa (ESA) membangun sistem peringatan dini meteorit di Frascati Italia. Data dari teleskop seperti di Teneriffa (foto) akan dicatat di sana.
Foto: IQOQI Vienna
9 foto1 | 9
"Gravitasi Yupiter akan menarik pecahan komet ke jalur bumi tahun ini," jelas Cooke. "Saat ini sedang tidak banyak menghasilkan pecahan. Kami tidak tahu apa yang terjadi dengan komet itu 200 tahun yang lalu."
Komet mengitari matahari dan memasuki orbit bumi setiap lima tahun. Kali ini jaraknya akan cukup dekat dengan bumi, tapi tidak cukup dekat sehingga bisa membahayakan. Ini menurut para pakar. Saat komet mendekat, langit bisa menyala dengan cahaya putih yang berasal dari 200 meteor per jam.
Tanpa alat bantuan
"Ini berarti beberapa meteor melintas per menitnya, Tapi hujan meteor seperti ramalan cuaca. Sulit untuk diprediksi," ujar Paul Weigert, profesor di University of Western Ontario.
Meteor akan bergerak dengan kecepatan 58.000 kilometer per jam, lebih lambat dari hujan meteor tahunan Perseid. Demikian keterangan Bill Cooke dari NASA.
Kondisi cuaca terbaik untuk menyaksikan hujan meteor adalah malam yang terang tanpa tertutupi awan. "Anda bisa berbaring dan menatap langsung ke langit. Tanpa teleskop, teropong. Hanya menggunakan mata telanjang", kata Cooke yang berencana menyaksikannya dari Huntsville, Alabama.