Temui Dubes Jerman, Nina Serahkan Surat Protes untuk Merkel
Prihardani Ganda Tuah Purba
21 Januari 2020
Nina, pegiat lingkungan berusia 12 tahun asal Gresik bertemu dengan Dubes Jerman Peter Schoof, Selasa (21/01). Nina menyerahkan langsung surat protes yang ia tulis untuk Kanselir Angela Merkel terkait impor plastik.
Iklan
Aksi Aeshnina Azzahra (Nina), pegiat lingkungan cilik asal Gresik, yang menulis surat protes kepada Kanselir Jerman Angela Merkel, akhirnya berbuah manis. Pada Selasa (21/01), siswi SMP N 12 Gresik ini diundang Duta Besar Jerman Untuk Indonesia, Peter Schoof untuk datang ke kantornya dan berdiskusi secara langsung tentang masalah sampah plastik di Indonesia.
Dalam kesempatan itu, Nina menyerahkan surat protes terkait impor plastik yang ditulis tangan, beserta lebih dari 200 tanda tangan petisi teman-teman yang mendukungnya. “Saya akan berbuat yang terbaik agar kamu bisa mendapat jawaban sesegera mungkin,” ujar Peter Schoof kepada Nina saat menerima surat dan petisi tersebut.
Kepada DW Indonesia, Nina mengatakan bahwa rasa prihatin akan banyaknya sampah plastik yang diselundupkan dari luar negeri, mendorong dirinya untuk kemudian menuliskan surat protes, tidak hanya kepada pimpinan Jerman Angela Merkel, melainkan juga kepada Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.
Dalam suratnya Nina menuliskan pengalaman melihat sendiri daur ulang plastik di Desa Bangun, Jawa Timur. Ia mengakui bahwa daur ulang plastik memang baik dilakukan, karena bermanfaat secara ekonomi bagi masyarakat di sana. Namun, ia menekankan bahwa “terlalu banyak plastik juga dapat merusak lingkungan”.
“Kadang-kadang saya menemukan plastik di sungai dan laut yang kemudian dimakan oleh ikan dan biota laut lainnya. Pernah saya membeli ikan sungai di Pasar Rolak Songo dan ketika saya belah, saya menemukan mikroplastik didalamnya. Saya tidak mau makan ikan yang makan plastik!” tulis Nina dalam suratnya kepada Angela Merkel.
Nina menuliskan bahwa sampah yang ada di Desa Bangun berasal dari beberapa negara barat, seperti Amerika Serikat, Inggris, Australia dan Eropa termasuk Jerman. Nina mengatakan bahwa Indonesia sudah hampir 40 tahun menjadi “tempat pembuangan sampah” bagi negara-negara barat. “Ini bikin saya sedih sekali,” tulisnya.
Nina pun meminta Angela Merkel untuk mengajak negara-negara di Eropa agar berhenti mengirim sampah plastik ke Indonesia. “Saya ingin masa depan saya lebih baik. Saya ingin Indonesia jadi bersih,” tulis Nina.
Dubes Jerman tanggapi positif
Dubes Jerman untuk Indonesia Peter Schoof menyambut positif keinginan Nina yang ingin menyurati Angela Merkel. “Nina menyerahkan surat untuk Kanselir Angela Merkel kepada saya, dengan senang hati akan saya kirimkan kepada Merkel,” papar Schoof dalam pernyataan tertulisnya kepada DW Indonesia, Selasa (21/01).
Melalui diskusinya dengan Nina, Schoof mengakui bahwa keduanya memiliki pandangan yang sama. “Fakta bahwa dunia memproduksi 350 juta ton plastik setiap tahun, perlu diubah”, katanya. “Daur ulang jadi satu pilihan, tapi apakah itu cukup?”.
“Bagaimana pun juga, ini adalah masalah pola pikir, apakah kita benar-benar perlu menggunakan plastik?”, pungkas Schoof.
Duta Besar Jerman berharap, dengan munculnya aktivis muda seperti Nina, “kesadaran masyarakat terkait masalah sampah plastik di masa depan dapat meningkat”. (ptp/hp)
Pemisahan dan Pengelolaan Sampah di Jerman
Tempat penyimpanan sampah warna-warni di rumah-rumah Jerman menandakan bahwa mereka mengumpulkan berbagai jenis sampah. Orang-orang Jerman dikenal cukup serius soal pemilahan sampahnya.
Foto: picture-alliance/dpa/J. Wolf
Apa yang salah di tempat sampah ini?
Di Jerman, kaca dipisahkan dalam tiga tempat sampah yang berbeda: putih, coklat dan hijau. Botol berwarna biru atau kuning bisa masuk ke hijau. Tapi gelas minuman yang rusak sebaiknya tidak dilemparkan ke tempat sampah botol. Gelas terbuat dari jenis kaca yang berbeda dan akan mengganggu proses daur ulang.
Foto: DW/Elisabeth Greiner
Tempat sampah umum
Jika tidak ada tempat sampah di rumah, atau jika tidak cukup besar, Anda juga bisa menggunakan salah tempat sampah umum ini. Tapi Anda diharapkan tidak membuat kebisingan selama "masa tenang", yang di Jerman mulai pukul 13:00 sampai 15:00 dan setelah pukul 20:00 pada hari kerja. Hari Minggu dan hari libur berlaku masa tenang sepanjang hari.
Foto: DW/Elisabeth Greiner
Pengembalian botol
Botol dengan jaminan ("Pfandflaschen") tidak dibuang di sampah, tetapi dibawa ke pos pengembalian botol yang biasanya ada di supermarket. Lalu uang jaminan akan dikembalikan, untuk botol kaca biasanya 8 sen per botol, untuk botol plastik 10 sen. Karena banyak orang Jerman minum air yang dibeli, botol yang harus dikembalikan bisa menjadi tugas mingguan yang rutin.
Foto: picture-alliance/Rainer Hackenberg
Cara lain membuang botol
Di daerah perkotaan, Anda bisa juga membawa botol ke dekat tempat sampah umum dan membiarkannya di luar tempat sampah. Ini akan menyenangkan para "kolektor" botol. Mereka mengumpulkan botol itu dan membawanya ke supermarket lalu mendapat uang jaminannya. Di kota Karlsruhe, disediakan cincin pintar khusus untuk menaruh botol kosong. Ini memudahkan kerja para "kolektor" botol.
Foto: picture-alliance/dpa/U. Deck/
Warna biru untuk kertas dan karton
Orang Jerman sudah tahu bahwa tempat sampah biru untuk kertas dan kardus, tapi banyak yang tidak menyadari bahwa kotak pizza dan piring kertas untuk kentang goreng tidak termasuk di dalamnya. Makanan sisa bisa membuat masalah dalam proses daur ulang. Kertas daur ulang adalah tradisi lama di Jerman. Ditemukan oleh seorang pengacara bernama Justus Claproth pada tahun 1774.
Foto: DW/Elisabeth Greiner
Kuning untuk segala macam kemasan
Beragam produk kemasan dimasukkan ke tempat sampah warna kuning, misalnya dari aluminium, plastik, polystyrene, kaleng dan Tetra Paks. Bahan terbaik akan dikumpulkan untuk didaur ulang dan sisanya dibakar untuk menghasilkan energi.
Foto: Imago
Hitam untuk sisanya
Sampah yang lain ("Restmüll") dimasukkan ke kotak sampah hitam atau abu-abu. Termasuk di sini, mulai dari popok sampai puntung rokok atau barang-barang lainnya. Tetapi limbah berbahaya, seperti sisa cat, insektisida, baterai, produk korosif atau yang mengandung fluorescent perlu dikumpulkan secara terpisah atau dibawa ke tempat pembuangan sampah khusus.
Foto: picture-alliance/blickwinkel/G. Czepluch
Sampah berbahaya
Banyak supermarket yang mengumpulkan baterai bekas. Setiap kota juga punya sistem pengumpulan sampah sendiri, termasuk sampah berbahaya, kadang-kadang dengan tanggal yang dijadwalkan. Lalu truk sampah akan mengambil semuanya. Barang-barang ini dibuang secara khusus, karena kalau dibakar bisa mengeluarkan gas beracun.
Foto: picture-alliance/dpa/M. Hitij
Tempat sampah khusus untuk pakaian dan sepatu bekas
Pakaian dan sepatu bekas tidak perlu dibuang di tempat sampah. Ada tempat-tempat khusus pengumpulan baju dan sepatu bekas di setiap kota. Pakaian yang terkumpul akan dijual atau didaur ulang. Sayangnya, ada juga orang-orang yang punya kebiasaan tidak memasukkan sampah ke tempat yang disediakan, tetapi di luarnya. Ini meninggalkan pemandangan yang kurang sedap.
Foto: DW/Elisabeth Greiner
Jangan mengisi kotak sampah berlebihan
Kalau kotak sampah diisi terlalu berlebihan, petugas pengumpul sampah bisa saja menolak mengosongkannya. Di banyak perumahan, kotak-kotak sampah sering terkunci. Ini untuk mencegah orang luar membuang sampah di tempat yang bukan miliknya. Karena layanan pengumpulan sampah yang dibayar setiap rumah tangga juga tidak murah. Penulis: Elizabeth Grenier (hp/ml)