1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Ekonomi

Bertemu Pence, Jokowi Ingin Redam Perang Dagang

15 November 2018

Presiden Joko Widodo mengingatkan Wakil Presiden AS Mike Pence, hubungan ekonomi kedua negara tidak selayaknya dibebani defisit perdagangan. Ia meminta Pence mempertahankan fasilitas bebas bea untuk produk Indonesia.

US/ASEAN-Gipfeltreffen in Singapur
Foto: Laily Rachev/Biro Pers Setpres

Dalam pertemuan dengan Wakil Presiden Amerika Serikat Mike Pence, Presiden Joko Widodo menyatakan bertekad memupus potensi ketegangan, terutama di bidang perdagangan. Kepada Pence, presiden RI ini mengingatkan kedua negara seharusnya tidak saling berkompetisi tetapi justru saling melengkapi.

Sebab itu Jokowi meminta Gedung Putih membatalkan niatnya mengkaji ulang fasilitas bebas bea masuk untuk sejumlah produk Indonesia.

"Dalam konteks ini, Presiden RI mengharapkan agar Amerika Serikat masih dapat terus memberikan fasilitas GSP (Generalized System of Preference) bagi Indonesia," kata Menteri Luar Negeri Retno Marsudi seusai pertemuan. "Karena fasilitas GSP ini sangat bermanfaat bukan hanya bagi Indonesia tapi juga untuk Amerika Serikat. Presiden  menekankan bahwa kalau kita memakai pendekatan zero sum, maka justru akan membuat situasi yang lebih buruk," sambungnya.

Baca juga: Terdesak Oleh Eropa dan AS, Putin Berharap Pada Poros Asia

Dipicu defisit perdagangan

Generalized System of Preference adalah program stimulus pertumbuhan ekonomi yang diberikan Amerika Serikat kepada negara-negara berkembang. Program itu berupa pembebasan bea masuk untuk lebih dari 4.900 jenis komoditas dari 129 negara, termasuk Indonesia. Namun 2017 silam Presiden Donald Trump memerintahkan pengkajian ulang fasilitas untuk Indonesia dan India.

Penyebabnya ditengarai defisit perdagangan antara AS dan Indonesia. Pada 2017 silam Indonesia mencatat surplus senilai hampir USD10 miliar, atau sekitar 9,89% lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya. Trump sejak awal ingin memerangi defisit perdagangan, termasuk dengan negara-negara sekutu AS seperti Jerman dan Kanada.

Jokowi: Perang Dagang Berdampak Hancurkan Dunia

01:06

This browser does not support the video element.

Defisit perdagangan juga diyakini masuk dalam agenda pertemuan ASEAN-Amerika Serikat di sela-sela KTT di Singapura.

"Kerja sama ASEAN-AS bukanlah zero sum game, tapi saling menguntungkan, win-win. Nilai kerja sama ekonomi kita lebih dari sekadar surplus dan defisit perdagangan," kata Jokowi dalam pertemuan tersebut.

Ajakan perkuat kerjasama AS-ASEAN

Selama satu dekade terakhir, ekspor barang dan jasa Amerika Serikat ke ASEAN meningkat kurang lebih 81 persen. Aktivitas perdagangan itu telah menciptakan lebih dari 550 ribu lapangan pekerjaan di Amerika Serikat dan lebih dari 3.000 perusahaan Amerika Serikat beroperasi di negara-negara ASEAN.

"Sebaliknya, investasi ASEAN di Amerika Serikat juga meningkat 1.000 persen. Dari USD 2,3 miliar di tahun 2004 menjadi lebih dari USD 26 miliar di tahun 2015," ungkap Presiden RI.

Baca juga: Tanpa Trump, Rusia dan Cina Berlomba Dominasi KTT ASEAN

Jokowi juga mengingatkan, ASEAN kelak akan menjadi kekuatan ekonomi terbesar keempat di dunia dan mengajak AS untuk justru memperkuat kerjasama ekonomi. "Untuk itu, marilah kita perkuat sistem perdagangan yang telah kita bangun bersama yang bebas, adil, dan inklusif," ujarnya.

Kehadiran Wapres AS, Mike Pence di ASEAN membawa agenda besar untuk meredam geliat Cina di Asia Pasifik. Sebaliknya ASEAN berharap bisa memetik keuntungan dari kisruh dagang antara kedua negara. Menurut survey yang digelar Kamar Dagang AS di Cina, sepertiga dari 430 perusahaan Amerika yang beroperasi di Cina berniat memindahkan sentra produksi ke negara lain.

ASEAN berharap bisa menampung eksodus investasi tersebut.

rzn/as (rtr, ap, cnbc)

 

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait