1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Bertemu Relasi Lama dari Berlin

Tussie Ayu Riekasapti
7 Februari 2020

Berlin memang sulit dilupakan, kenangan tentangnya masih melekat di kepala saya hingga saat ini. Oleh Tussie Ayu Riekasapti.

Berlin früher und heute
Foto: privat

Belum pernah saya merasa iri sedalam ini pada suami saya Reza dan pekerjaannya. Pekerjaan yang seringkali mengharuskan orang berpergian ke luar negeri memang terlihat menyenangkan, tapi di balik itu saya tahu ada konsekuensi tidak mudah. Karena itu, meskipun saya selalu senang bertualang, tapi sedikit pun saya tidak ingin ikut ketika ia pergi ke kota-kota indah di dunia. Karena dia pergi untuk bekerja, bukan untuk jalan-jalan.

Tussie Ayu RiekasaptiFoto: Privat

Tapi tempat yang menjadi tujuan perjalanan Reza kali ini lain, kini saya dibuat iri bukan kepalang. Saya ingin menelusup ke dalam koper besarnya, atau menyelinap ke dalam saku bajunya, sehingga kami bisa terbang ke sana bersama. Karena kali ini dia pergi ke : BERLIN!

Bukan, bukan karena saya belum pernah ke Berlin. Justru karena saya punya banyak kenangan tentang Berlin, yang membuat saya ingin sekali kembali ke sana. Saya adalah orang yang menghargai setiap jejak langkah dalam hidup saya, betapa pun manis dan pahitnya. Berlin ada dalam jejak langkah saya, dan dia akan selalu memiliki tempat di hati saya.

Saya akan bercerita mundur ke sepuluh tahun lalu, ketika saya belum menikah dengan Reza. Saat itu, dia iri setengah mati pada saya yang mendapatkan beasiswa summer course ke Berlin dari pemerintah Jerman. Saat itu, Jerman sebagai salah satu negara maju berkewajiban untuk meningkatkan capacity building kepada warga negara berkembang demi mencapai Millenium Development Goals (MDGs).

Jerman menyediakan banyak beasiswa kepada warga negara-negara berkembang di berbagai bidang, salah satunya di bidang media dan jurnalistik. Saat itu saya masih bekerja di tvOne dan saya melamar untuk beasiswa ini. Setelah melewati tahap seleksi, akhirnya saya dan 14 orang wartawan lain dari berbagai negara (India, Pakistan, Filipina, Vietnam, Tanzania, Zimbabwe, dll.) berangkat ke Berlin untuk belajar.

Hidup ini memang terkadang lucu. Reza sejak lama bermimpi ingin ke Jerman, dia bahkan menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk mengikuti kursus bahasa Jerman di Goethe Institute demi impian ke Jerman. Saya sendiri sebenarnya tidak pernah bermimpi untuk bisa ke Jerman, tapi akhirnya malah saya yang berangkat ke Jerman untuk belajar di International Institute for Journalism of InWent (IIJ of InWent). Kini programnya sudah tidak ada, InWent pun telah berganti nama menjadi GIZ (The Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit).

Berlin memang sulit dilupakan, kenangan tentangnya masih melekat di kepala saya hingga saat ini. Kenangan ketika setiap hari saya naik S-Bahn (kereta bawah tanah di Berlin) dari stasiun Osloer Straβe ke stasiun Gesundbrunnen, kemudian berganti kereta di stasiun Gesundbrunnen menuju stasiun Anhalter Bahnhof, pemberhentian terdekat ke tempat saya belajar di gedung Europa Haus.

Lho…kok malah kangen sama kereta? Iya, karena menurut saya sistem transportasi di Jerman adalah salah satu yg terbaik di dunia. S-Bahn dan U-Bahn di Berlin punya banyak rute dan stasiun, sehingga tidak ada tempat yang terlalu jauh dari stasiun S-Bahn atau U-Bahn. Stasiun kereta bisa ditempuh dengan jalan kaki dari manapun di Berlin.

Bertemu relasi lama

Europahaus di kawasan Potsdamer Platz di BerlinFoto: privat

Nah, sekarang kembali ke cerita Reza yang akan berangkat ke Berlin. Dua hari sebelum keberangkatannya, saya membantu Reza untuk mencari hotel tempat dia menginap di Berlin. Saya pilihkan hotel yang terdekat dengan tempat acara berlangsung, dekat dengan stasiun S-Bahn Ostkreutz yang strategis, sehingga memudahkan Reza untuk bermobilitas di Berlin.

Setelah urusan hotel selesai, saya iseng bertanya padanya: "Emang tugas kamu di Berlin nanti ngapain?”

"Aku jadi moderator di satu sesi acara Internet Governance Forum,” katanya.

Kemudian dia mengambil HP dan menunjukkan jadwal acara yang akan dia moderatori. Saya membaca jadwal acara itu. Dia akan menghadiri acara Internet Governance Forum yang diadakan di Berlin pada 25-29 November 2019. Terlihat ada nama Reza sebagai moderator di salah satu sesi acara yang diadakan pemerintah Indonesia. Selain namanya, saya membaca ada nama empat orang pembicara dalam acara itu. Saya langsung terperanjat membaca nama salah satu pembicara.

"Yang, serius ini??? Matthias Spielkamp jadi pembicara di acara kamu?!”

Tuh kan, hidup ini memang sering kali lucu. Sepuluh tahun lalu, Matthias adalah salah satu dosen saya untuk belajar Multimedia and Online Journalism di Berlin. Dan sekarang, dia menjadi salah satu pembicara di acara yang dimoderatori oleh Reza. What a nice coincidence.

Saya lalu mencoba untuk kontak kembali dengan Matthias. Saya mengontaknya melalui pesan di Facebook, tapi sepertinya Matthias sudah lama tidak aktif di Facebook, sehingga dia tidak membaca pesan saya. Saya kemudian menanyakan kontak Matthias kepada teman-teman sesama alumni, untunglah masih ada teman yang menyimpan alamat email Matthias.

Ya, meskipun 10 tahun sudah berlalu, tapi kami alumni IIJ of InWent program Multimedia and Online Journalism 2009 masih berkomunikasi dengan intens. Kami memiliki grup Whatsapp untuk sekedar membahas isu-isu perkembangan dunia, baik itu masalah internet ataupun masalah politik. Program IIJ of InWent telah membuka jejaring saya dengan teman-teman wartawan dari berbagai negara hingga saat ini.

Saya kemudian mengirimkan email kepada Matthias untuk menanyakan, apakah benar dia akan menjadi pembicara dalam satu sesi acara di Internet Governance Forum. Hanya beberapa menit setelah saya kirimkan email, Matthias membalas dan ternyata memang dia yang akan menjadi pembicara di acara yang akan dimoderatori oleh Reza.

Matthias masih terlihat persis seperti 10 tahun lalu. Saya akan tanya apa resep awet mudanya...Foto: privat

Pengalaman yang sangat bermanfaat

Melalui e-mail, saya dan Matthias kembali bertukar kabar. Sepuluh tahun lalu ketika di Berlin, kita masih sama-sama single. Sekarang Matthias ternyata sudah jadi ayah dari dua anak, dan saya pun sudah punya dua anak. Selain itu menurut Reza, Matthias sekarang menjadi anggota Internet Governance Forum Jerman, yaitu forum yang terdiri dari berbagai pemangku kepentingan untuk membahas tentang tata kelola internet. Sungguh sebuah harga yang tidak ternilai, ketika dalam 10 tahun, saya masih memiliki relasi di Berlin.

Rasanya baru seperti kemarin ketika Matthias mengajar saya di kelas dan membawa kami study tour ke kota-kota keren di Jerman seperti München, Bonn, Essen, Cologne dan Hamburg. Di antara begitu banyak orang Indonesia dan orang Jerman, kini kita bisa saling terkait lagi. Kepergian saya dan Reza ke Berlin berselisih 10 tahun, tapi di Berlin kita bertemu orang yang sama.

Bagi saya, pengalaman selama kurang lebih sembilan minggu berada di Jerman untuk mengikuti kursus singkat di IIJ of InWent adalah sebuah pengalaman berharga dan sangat bermanfaat bagi perkembangan karir saya. Program Multimedia and Online Journalism bahkan masih relevan dengan kondisi dunia saat ini yang ruang publiknya semakin marak dengan disinformasi.

Peningkatan kapasitas jurnalis di ranah online dan multimedia sangat penting untuk meningkatkan kualitas berita online di Indonesia. Selain itu, program ini membuka jejaring saya dengan banyak teman dari berbagai negara. Memiliki teman dari banyak negara membuka cakrawala saya untuk melihat dari banyak sudut pandang, yang turut memperkaya referensi saya ketika menjalankan pekerjaan saat ini sebagai penulis.

Pikiran saya melayang lagi ke sepuluh tahun lalu, ketika bersepeda keliling kota Berlin. Memasuki taman hutan kota, menghirup aroma pepohonan, menemukan taman bermain di dalamnya, kemudian melepas lelah di sebuah Biergarten. Ah, semoga suatu saat nanti saya bisa datang lagi ke Berlin.

*Tussie Ayu Riekasapti adalah seorang penulis lepas. Pernah bekerja sebagai jurnalis di berbagai media di Indonesia selama 7 tahun. Menulis blog di www.tussie-reza.com.

**DWNesiaBlog menerima kiriman blog tentang pengalaman unik Anda ketika berada di Jerman atau Eropa. Atau untuk orang Jerman, pengalaman unik di Indonesia. Kirimkan tulisan Anda lewat mail ke: dwnesiablog@dw.com. Sertakan 1 foto profil dan dua atau lebih foto untuk ilustrasi. Foto-foto yang dikirim adalah foto buatan sendiri.