1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Berwisata ke Geopark di Negara Bagian Hessen, Jerman

14 Desember 2018

Banyak hal bisa dipelajari dari geopark di Jerman, yang punya reputasi baik. Geopark Odenwald-Bergstrasse meraih penghargaan “UNESCO Global Geopark Award” tahun 2015. Oleh Muhammad Malik Ar Rahiem.

Geoparks in Deutschland
Foto: Muhammad Ar Rahie

Saya ingin membagikan pengalaman saya bergeowisata di Jerman. Kenapa geowisata? Karena latar belakang saya sebagai geolog dan saya punya sedikit pengalaman di bidang geowisata di tanah air dulu. Maka ketika saya dapat kesempatan belajar di Jerman sejak 2017 hingga sekarang, saya memanfaatkannya dengan bergeowisata. Geowisata sendiri didefinisikan sebagai pariwisata yang memanfaatkan, melestarikan, dan mengonservasi karakter geografis suatu tempat, meliputi lingkungan, geologi, budaya, estetika, bentang alam, dan kesejahteraan penghuninya.

Muhammad Malik Ar Rahiem*Foto: Muhammad Ar Rahie

Di Indonesia sejak lima tahun terakhir, pemerintah rajin menggalakkan semangat pengembangan geowisata. Tak kurang empat geopark telah diakui sebagai bagian dari Global Geopark Network UNESCO, yaitu Geopark Batur, Geopark Gunung Sewu, Geopark Rinjani, dan Geopark Ciletuh-Pelabuhan Ratu. Ada juga geopark-geopark nasional yang terus dikembangkan agar berstandar internasional dan bisa mengundang wisatawan.

Di Jerman ada 22 geopark. 16 geopark telah tersertifikasi dengan 6 diantaranya merupakan bagian dari UNESCO Global Geopark Network (GGN). Di dekat kota saya tinggal di Darmstadt, negara bagian Hessen, ada tiga geopark; satu geopark anggota GGN yaitu Geopark Odenwald-Bergstrasse, satu geopark nasional yaitu Geopark Westerwald-Lahn-Taunus, dan satu geopark yang sedang disertifikasi yaitu Geopark Vogelsberg.

Ketiga geopark ini memiliki keunikannya masing-masing. Geopark Odenwald-Bergstrasse terletak di antara tiga negara bagian Hessen, Bayern dan Baden Wuertemberg. Geopark ini merupakan kombinasi keindahan bentang alam dan sejarah yang panjang di area sekitar Rhine, Bergstrasse, Odenwald, Main, dan Neckar dengan luas area hingga 3500 km2.

Karakter geologinya merupakan kisah yang jika ditarik mundur hingga 500 juta tahun lampau. Dari bebatuan granit dan metamorfik yang menjadi batuan dasar, kemudian batuan sedimen Buntsandstein yang menjadi material utama istana-istana di Jerman, misal Istana Heidelberg. Batuan Buntsandstein ini sangat mencolok karena warna merahnya sehingga singkapannya menjadi sangat fotogenik. Salah satunya di Hainstadt, perbatasan antara Hessen dan Bayern, di mana batuan ini tersingkap di tebing tegak yang kini dimanfaatkan sebagai lokasi panjat tebing.

Tebing Hainstadt - Singkapan BuntsandsteinFoto: Muhammad Ar Rahie

Kemudian Geopark Westerwald-Lahn-Taunus yang terletak di antara dua negara bagian yaitu Hessen dan Rheinland-Pfalz. Geopark dengan luas area hingga 3800 km2 ini memiliki kisah geologi yang menarik dimulai dengan jejak bebatuan berumur Devon atau sekitar 420-360 juta tahun yang lalu yang bisa ditemukan di Perbukitan Taunus di sebelah barat laut dari Frankfurt.

Yang paling menarik di sini adalah di segmen ketika Sungai Rhein bertemu dengan Perbukitan Taunus. Batuan masif yang keras diterobos oleh aliran sungai besar. Hasilnya adalah lembah terjal yang indah sepanjang 65 kilometer dari Bingen hingga ke Koblenz. Jalur ini karena begitu kaya akan peninggalan sejarah, budaya, dan juga singkapan-singkapan geologi telah ditetapkan sebagai Warisan Dunia UNESCO. Salah satu lokasi menarik adalah Burg Rheinstein yang dibangun di atas bebatuan Formasi Taunusquartzit yang berumur 400 juta tahun.

Yang terakhir adalah Geopark Vogelsberg. Geopark ini meliputi area seluas 2500 km2 yang di dalamnya terdapat lebih dari 50 kota. Geopark ini menawarkan pengalaman mempelajari jejak gunung api karena daerah Vogelsberg ini merupakan area gunung api purba paling luas di Eropa. Di sini kita akan melihat singkapan-singkapan bebatuan gunung api seperti kekar kolom, kekar berlembar, dan jejak gunung api lainnya.

Pelajaran dari Geopark Jerman

Banyak yang bisa dipelajari dari geopark-geopark di Jerman terutama untuk ditiru oleh geopark di Indonesia yang relatif masih baru berkembang. Geopark di Jerman ini mempunyai reputasi yang baik, misal Geopark Odenwald-Bergstrasse yang dianugerahi "UNESCO Global Geopark Award” pada tahun 2015.

Sebelum berkunjung ke geopark kita bisa mencari informasi tentang titik-titik menarik melalui situs geopark. Misal di Geopark Odenwald-Bergstrasse titik-titik menarik di dalam lokasi geopark sudah dibagi menjadi 4 kelas, yaitu titik geologi, titik sejarah, titik kultur, dan titik natur. Setiap titik sudah memiliki koordinatnya sendiri dan jika kita mengunjungi maka sudah ada juga papan informasi di lokasi tersebut.

Burg Rheinstein di tepi sungai RheinFoto: Muhammad Ar Rahie

Ada juga pilihan jalur untuk pejalan kaki atau untuk pesepeda. Orang Jerman sangat menyenangi aktivitas luar ruangan sehingga kegiatan-kegiatan hiking atau bersepeda begitu digemari. Di Geopark Odenwald-Bergstrasse tercatat ada 7 jalur bersepeda dan 21 jalur hiking. Jumlah jalur ini terus bertambah setiap tahunnya karena terdapat bagian riset di dalam struktur Geopark.

Jalur-jalur ini dikembangkan dan dibuatkan buku panduannya yang bisa dibeli oleh mereka yang tertarik untuk melakukan perjalanan mandiri. Ini yang agak menyebalkan buat saya yang mahasiswa karena malas untuk membeli. Untungnya perpustakaan kampus saya berlangganan publikasi dari geopark, sehingga saya bisa meminjam gratis dari kampus. Kemudian panduan ini saya gunakan untuk memandu saya berjalan-jalan di geopark sehingga saya berjalan sambil mencari tahu, tidak sambil lalu saja.

Jika berkunjung ke geopark di Jerman, saya bisa menjamin bahwa setiap jalur hiking sudah dibuat sangat nyaman dengan papan petunjuk yang mudah dimengerti dan juga papan-papan informasi mengenai lokasi dan jalur. Setiap persimpangan sudah dilengkapi dengan papan penunjuk arah dengan informasi arah dan jarak ke titik tujuan. Selain itu jalan setapak juga sudah dibuat nyaman dan bebas dari belukar.

Secara struktural Geopark terdiri atas kelompok-kelompok pengurus lokasi wisata. Kalau di Indonesia mungkin Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata). Kelompok ini membentuk kepengurusan dan mengelola kawasannya masing-masing. Mereka saling berkoordinasi dengan Geopark untuk mengembangkan kawasannya.

Kelompok-kelompok ini banyak yang sudah berjalan puluhan tahun sehingga telah ada lebih dulu daripada Geopark. Di Geopark Odenwald-Bergstrasse misal terdapat Situs Messel, yaitu situs geologi yang dikelola oleh Masyarakat Riset Alam Senckenberg (Senckenberg Society for Nature Research). Kelompok ini bekerja sama dengan Geopark untuk mengelola kawasan, untuk menarik lebih banyak pengunjung, atau untuk membuka peluang kolaborasi.

Geopark dan pengurus lokasi wisata secara aktif melakukan promosi untuk mengajak masyarakat mengunjungi geopark. Caranya salah satunya dengan mengadakan acara-acara misalkan festival, penjelajahan, juga acara minat khusus seperti menggambar, mematung, berkebun, dll. Selain itu pihak geopark juga bekerja sama dengan sekolah-sekolah dengan membantu pengajaran sains kepada siswa. Untuk itu disusunlah paket-paket edukasi yang memungkinkan anak-anak untuk belajar. Tidak selalu tentang geologi, bisa juga tentang alam, binatang-binatang, tumbuhan, atau juga budaya dan kultur.

Pada akhirnya, geopark adalah sebuah alat dari pemerintah Jerman atau pemerintah negara bagian untuk memanfaatkan keunikan karakter geografis, geologis, budaya, estetika, bentang alam demi kesejahteraan masyarakatnya. Juga demi melestarikan warisan yang mereka punya untuk diturunkan pada anak cucunya. Saya bisa melihat tujuan itu termanifestasi dalam pengelolaan geopark yang baik dan berkelanjutan, yang saya kira sangat bisa ditiru dan direplikasi oleh bangsa Indonesia yang kini juga sedang berusaha melindungi pusaka-pusaka geologi melalui pengembangan geopark.

Semoga.

*Muhammad Malik Ar Rahiem adalah mahasiswa program master Tropical Hydrogeology and Environmental Engineering TU Darmstadt, Jerman, anggota Kelompok Riset Cekungan Bandung

** **DWNesiaBlog menerima kiriman blog tentang pengalaman unik Anda ketika berada di Jerman atau Eropa. Atau untuk orang Jerman, pengalaman unik di Indonesia. Kirimkan tulisan Anda lewat mail ke: dwnesiablog@dw.com. Sertakan 1 foto profil dan dua atau lebih foto untuk ilustrasi. Foto-foto yang dikirim adalah foto buatan sendiri.