Bethlehem Di Bawah Bayang-Bayang Sengketa Status Yerusalem
20 Desember 2017
Ketegangan soal status Yerusalem yang dipicu kebijakan baru Presiden AS Donald Trump terasa sampai ke Bethlehem, tempat tradisional perayaan Natal yang biasanya ramai dikunjungi turis.
Iklan
Beberapa penjual makanan dan pernak-pernik liburan serta seorang pengusaha hotel terkemuka di Bethlehem mengatakan, aksi protes di Palestina yang dipicu oleh kebijakan baru Donald Trump untuk mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel, berdampak negatif pada bisnis mereka. Bethlehem terletak hanya beberapa kilometer di selatan Yerusalem.
Hotel mewah Bethlehem, Istana Jacir dengan 250 tempat tidur, terpaksa ditutup karena seringnya bentrokan antara pemrotes Palestina dan aparat keamanan Israel. Direktur Umum Marwan Kittani mengatakan, hotel tersebut sebenarnya sudah dipesan penuh untuk sesi Natal, namun sekarang dia belum tahu, kapan hotel bisa dibuka lagi. Para aktivis Palestina telah menyerukan lebih banyak lagi aksi demonstrasi di hari-hari mendatang.
Di Manger Square, di samping Gereja Kelahiran Yesus beberapa pedagang juga menyalahkan Donald Trump sebagai penyebab turunnya bisnis mereka.
Penjual jus delima Mahmoud Salahat mengatakan, sumber utama penghasilannya adalah penduduk setempat, baik warga Palestina maupun warga Israel, sebagian besar tinggal jauh dari Bethlehem. Selama dua minggu terakhir, makin sedikit pelanggan yang datang, karena khawatir mengalami masalah di jalan.
Pejabat Palestina masih lebih optimis
Musim Natal biasanya adalah bisnis besar bagi sektor pariwisata di wilayah Palestina. Tahun 2017 diperkirakan pengunjung akan mencapai 2,7 juta orang, meningkat dari jumlah tahun 2016 2,3 juta orang, kata pejabat Kementerian Pariwisata, Jiries Qumsieh. Meskipun ada pembatalan kunjungan, namun 4.000 kamar hotel di Bethlehem sudah dipesan untuk natal, sekitar 90 persen dari kapasitas total, katanya.
Bagi para politisi, Natal juga menawarkan kesempatan baik untuk menarik simpati internasional bagi tuntutan Palestina untuk membentuk negara merdeka dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya.
Sebagian besar warga Palestina adalah Muslim, tapi Presiden Palestina Mahmoud Abbas - seperti juga pendahulunya, Yasser Arafat – sangat menghargai hubungan erat dengan minoritas Kristen. Mereka secara teratur menghadiri misa natal di Gereja Kelahiran Yesus, yang disiarkan secara langsung lewat televisi.
Aksi politis di Bethlehem
Tahun ini, tayangan di televisi kemungkinan akan menampilkan dua spanduk besar dengan slogan: "Yerusalem akan selalu menjadi ibu kota abadi Palestina."
Para aktivis Palestina juga berencana mengedarkan sebuah petisi kepada pengunjung Natal untuk mendukung klaim Palestina atas Yerusalem timur dan menyebarkan stiker "Kami Cinta Yerusalem, ibu kota Palestina".
Awal pekan ini, puluhan pemrotes berkumpul dekat pohon Natal besar sambil memegang lilin putih dan foto Mike Pence, wakil Presiden AS yang dijadwalkan berkunjung ke Palestina. Para pemrotes lalu menyalakan lilin dan membakar foto Mike Pence.
Beberapa turis tampak bingung dengan aksi politik itu. Mereka lebih tertarik mengunjungi tempat-tempat bersejarah di Bethlehem. Ludmilla Trifl, seroang turis Jerman mengatakan, dia tidak ingin memberi penilaian karena dia tidak cukup tahu tentang konflik aktual ini.
10 Fakta Tentang Rebutan Yerusalem
Yerusalem salah satu kota tertua di dunia dan paling diperebutkan sejak ribuan tahun. Ini kota suci bagi tiga agama besar, Yahudi, Kristen dan Islam. Berikut 10 fakta pemicu konflik Yerusalem
Foto: picture-alliance/Zumapress/S. Qaq
Yerusalem Kotanya Nabi Daud
Perjanjian Lama menyebut, Raja Daud dari dua kerajaan Judah dan Israel, merebut kota Yerusalem dari tangan kaum Jebusit pada 1000 tahun SM. Daud menjadikan kota sebagai pusat kerajaan dan keagamaan. Menurut Injil, Raja Sulaiman, anak Raja Daud membangun kenisah Yahweh pertama di sini. Yerusalem menjadi pusat agama Yahudi.
Foto: Imago/Leemage
Rebutan antara Babylonia dan Persia
Raja Babylonia, Nebuchadnezzar II (duduk di takhta) dua kali merebut Yerusalem tahun 597 dan 586 SM. Ia memenjarakan Raja Jehoiakim dan kaum elite Yahudi dan menghancurkan kenisah mereka. Kisah Injil menyebutkan Raja Cyrus Akbar dari Persia menumbangkan Babylonia (540 SM) dan membebaskan kaum Yahudi serta membangun kembali kuil mereka di Yerusalem.
Foto: picture-alliance/Mary Evans Picture Library
Pendudukan Romawi dan Byzantium
Yerusalem berada di bawah kekaisaran Romawi sejak 63 M. Perlawanan kaum Yahudi mencetuskan perang pada 66 M, yang dimenangkan Romawi. Kuil mereka di Yerusalem kembali mengalami aksi penghancuran. Romawi dan Byzantium menguasai Palestina selama 600 tahun.
Foto: Historical Picture Archive/COR
Diduduki Kaum Muslim
Di bawah pimpinan Kalifah Umar (naik onta), tentara Muslim mengepung dan menguasai Yerusalem 637M. Di era pendudukan Muslim, penguasa yang saling bermusuhan dan dari berbagai mazhab Islam silih berganti menguasai Yerusalem.
Foto: Selva/Leemage
Perang Salib
Kekalifahan Seljuq mulai 1070 M terus meluaskan kekuasaan. Akibatnya kaum Kristen merasa terancam. Paus Urban II kemudian mencanangkan Perang Salib. Dalam 200 tahun seluruhnya ada lima kali perang memperebutkan Yerusalem. Tahun 1244 pasukan Kristen kalah total oleh tentara Muslim yang kembali menguasai Yerusalem.
Foto: picture-alliance/akg-images
Kekaisaran Ustmaniyah dan Pendudukan Inggris
Setelah menaklukan Mesir dan Arabia, Kekaiasaran Ustmaniyah memasukan Yerusalem ke dalam administratif distriknya pada 1535. Kota ini kembali mencapai kejayaannya. Tapi tahun 1917 tentara Inggris mengalahkan pasukan Ustmaniyah. Palestina diduduki Inggris dan Yerusalem jatuh tanpa pertempuran apapun.
Foto: Gemeinfrei
Kota Yang Terbelah
Setelah Perang Dunia kedua usai, Inggris mengembalikan mandat Palestina kepada PBB, yang kemudian memilih opsi membagi dua negara. Tujuannya untuk menciptakan negara bagi kaum Yahudi yang selamat dari Holocaust. Sejumlah negara Arab bergabung memerangi Israel dan menguasai sebagian Yerusalem. Sejak 1967 kota ini terbelah menjadi Israel barat dan Yordania timur.
Foto: Gemeinfrei
Yerusalem Timur Dikuasai Israel
Pada 1967 dalam perang 6 hari, Israel mengalahkan aliansi Mesir, Yordania dan Suriah. Israel menguasai Sinai, Jalur Gaza, Tepi Barat Yordan, Dataran Tinggi Golan dan bagian timur Yerusalem. Untuk pertama kali sejak 1949, Israel kembali menguasai Tembok Ratapan di kota tua Yerusalem. Israel menyebut sepihak, mereka tidak menganeksasi Yerusalem timur, melainkan mengintegrasikan administratifnya.
Israel tidak menutup akses kum Muslim ke tempat suci mereka. Bukit Shakrah berada di bawah admistrasi otonomi Muslim. Umat Islam diperbolehkan berziarah ke Bukit Zaitun, Kubah Shakrah dan mesjid Al Agsa serta beribadah di sana.
Foto: Getty Images/AFP/A. Gharabli
Sengketa Status Berlanjut
Yerusalem hingga hari ini tetap menjadi hambatan terbesar dalam perdamaian antara Israel dan Palestina. Tahun 1980 Israel mendeklarasikan, seluruh kota sebagia bagian tak terpisahkan ibukota mereka. Sementara tahun 1988 negara Palestina diproklamirkan dan juga mengklaim bahwa Yerusalem adalah ibukota mereka. Penulis:Ines Eisele (as/yf)