Penguatan mata uang Dollar AS diiringi dengan depresiasi di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Gubernur BI, Agus Martowardojo mewanti-wanti akan adanya perang mata uang yang melibatkan Eropa, Jepang dan Cina.
Iklan
Mata uang Rupiah sedang limbung dihajar penguatan Dollar Amerika Serikat. Selasa (9/6), Rupiah sempat bertengger di kisaran 13.380 untuk setiap Dollar. Pergerakan Rupiah juga ikut mempengaruhi bursa saham. Indeks Harga Saham Gabungan (IHS) melorot di bawah level 5000.
Analis memperkirakan tren negatif yang berkembang di dalam negeri dan internasional turut mempengaruhi pasar uang. Di satu sisi cadangan devisa Indonesia yang berkurang karena dipakai buat menjaga stabilitas Rupiah semakin membebani kepercayaan investor.
Sementara di sisi lain investor masih menunggu penyesuaian suku bunga acuan Bank Sentral AS yang dilakukan secara berkala. Bank Indonesia memperkirakan pelemahan nilai tukar Rupiah akan mencapai titik terendah akhir Juni, mengingat tingginya permintaan atas Dollar.
Ancaman perang mata uang
Namun begitu Gubernur BI, Agus Martowardojo, meyakini situasinya akan berbalik dalam waktu dekat. "Nanti (nilai tukar -red) akan normal dan secara fundamental membaik, sehingga pada kuartal tiga dan empat rupiah rata-rata Rp12.500," katanya kepada Antara.
Martowardojo sebaliknya mengungkapkan kekhawatiran terjadinya perang mata uang antara negara-negara adidaya ekonomi. "Saya melihat tiga tahun kedepan akan terus ada "currency war", karena kalau seandainya program peningkatan suku bunga di AS berjalan secara berkala, pasti berdampak pada mata uang negara lain yang satu sama lain akan menjaga posisi kompetitif mata uangnya," katanya.
Kekhawatiran tersebut bukan tanpa alasan. Harian bisnis Bloomberg mengabarkan, setiap kali Bank Sentral AS menaikkan suku bunga acuan, Jepang, Cina dan Eropa malah melemahkan nilai tukar mata uangnya demi menggenjot ekspor. Hasilnya? harga produk elektronik Jepang di pasar AS turun sebanyak dua persen sejak Oktober silam.
"Melihat ke depan, dengan adanya risiko perang mata uang, Indonesia harus tetap waspada," kata Martowardojo. Menurutnya yang harus dilakukan saat ini adalah "menjaga pondasi" perekonomian dan "defisit anggaran."
rzn/as(rtr,afp,ap,dpa)
Ranking Negara Idaman Investor
Sepuluh negara didaulat sebagai tujuan investasi terbaik sejagad oleh konsultan internasional, A.T. Kearney dan lembaga PBB, UNCTAD. Cina masih berada di urutan teratas, sementara prospek Indonesia melemah.
Foto: PHILIPPE LOPEZ/AFP/Getty Images
10. Jepang
Tidak sedikit perusahaan-perusahaan multinasional yang menggantungkan program riset dan pengembangannya pada Jepang. Selain itu negeri sakura juga dinilai prospektif sebagai pusat logistik regional. Secara umum, posisi Jepang masih kokoh karena geliat pasar di dalam negeri yang dinamis, buruh yang terdidik dan konsumen yang berpikiran maju.
Foto: Fotolia/lassedesignen
9. Inggris
Investor dari zona Euro aktif merambah sektor keuangan yang menjadi tulang punggung perekonomian Inggris. Kendati rencana referendum soal keanggotaan Inggris di Uni Eropa 2017 mendatang, London masih dianggap sebagai pusat keuangan dan pertukaran modal paling menjanjikan di dunia.
Foto: picture-alliance/dpa
8. Thailand
Thailand sejak lama menikmati kepercayaan tinggi di kalangan investor. Negeri gajah putih itu misalnya beberapa tahun lalu menggeser Cina sebagai negara produksi Toyota terbesar ketiga di dunia. Serupa dengan Malaysia, Thailand mengandalkan sektor otomotif dan elektronik untuk mendulang dana investasi asing.
Foto: imago/McPhoto
7. Mexiko
Murahnya upah buruh dan biaya transportasi, serta afiliasi yang kuat perekonomian Mexiko dengan negeri jiran, AS, membuat investor membanjiri negara di jantung Karibik itu. Kepercayaan terhadap perekonomian Mexiko terutama menguat setelah pemerintah membuka keran bagi investasi asing dalam program privatisasi perusahaan energi pelat merah.
Foto: picture alliance/Arco Images GmbH
6. Jerman
Jerman didaulat sebagai negara dengan sektor manufaktur paling canggih di dunia. Negeri di jantung Eropa ini berhasil menarik investor yang mencari iklim bisnis yang aman, berjangka panjang dan berkelanjutan. Ketika perekonomian lain di Eropa menyusut, Jerman justru tengah menikmati angka pertumbuhan yang signifikan.
Foto: Reuters
5. Brasil
Negeri samba ini bisa membanggakan diri sebagai negara tujuan investasi terbesar untuk pemodal dari negara-negara berkembang dan ambang industri. Ketika arus keluar investasi portfolio menderas, Brasil justru menikmati jenis investasi jangka panjang. Energi dan pertambangan adalah dua sektor yang paling menjanjikan buat investor.
Foto: Fotolia/marchello74
4. Indonesia
Sejatinya investor asing masih menaruh harapan tinggi pada perekonomian Indonesia yang digerakkan oleh konsumsi dan eksplorasi sumber daya alam. Namun kepercayaan anjlok setelah pemerintah menelurkan regulasi yang melarang ekspor mineral mentah. Kebijakan tersebut dikhawatirkan bakal mengotori iklim investasi di tanah air.
Foto: picture-alliance/dpa
3. India
India menyedot 25,5 miliar US Dollar dalam bentuk Investasi Asing Langsung (FDI). Namun kendati masih dipercaya sebagai negara idaman buat perusahaan multinasional, arus modal yang masuk berkurang sebanyak enam miliar US Dollar dibandingkan tahun 2012. Salah satu alasan terbesar adalah langkah pemerintah memperketat regulasi penanaman modal.
Foto: Getty Images
2. Amerika Serikat
Meski memuncaki indeks kepercayaan investasi asing langsung (FDI), posisi Amerika Serikat dalam daftar negara idaman tujuan investasi melorot tipis dibandingkan Cina. Sektor keuangan dan elektronik/komputer adalah alasan terbesar perusahaan asing ramai-ramai berinvestasi di negeri paman sam.
Foto: Reuters
1. Cina
Negeri tirai bambu sejauh ini memuncaki daftar popularitas negara tujuan investasi di dunia. Sebanyak 45 persen dari 150 perusahaan multinasional yang dilibatkan dalam jajak pendapat menyebut Cina sebagai negara idaman. Beberapa sektor yang menjadi primadona adalah telekomunikasi, otomotif dan konstruksi.