Biaya transportasi di Indonesia capai 12,46% dari total pengeluaran, melewati standar ideal global. Kemenhub dorong integrasi tarif & sistem pembayaran untuk tekan beban rakyat.
Ongkos transportasi di Indonesia kini mencapai 12,46% dari total biaya hidup masyarakat, melampaui standar ideal 10% versi Bank DuniaFoto: picture alliance /dpa
Iklan
Masyarakat Indonesia memiliki pengeluaran transportasi di atas rata-rata. Kementerian Perhubungan (Kemenhub) mengungkapkan pengeluaran transportasi mencapai 12,46% dari total biaya hidup masyarakat di Indonesia.
Menurut Dirjen Integrasi Transportasi dan Multimoda (Ditjen Intram) Kemenhub Risal Wasal, standar idealnya pengeluaran untuk transportasi tidak lebih 10% dari total biaya hidup, sesuai standar Bank Dunia di 2023.
Menurutnya, integrasi tarif dan sistem pembayaran pada transportasi umum multimoda dapat jadi solusinya. Integrasi pembayaran transportasi publik adalah kunci untuk menekan biaya, meningkatkan efisiensi, dan memperluas jangkauan integrasi transportasi berkelanjutan.
"Biaya sebesar itu tentu menjadi beban bagi masyarakat. Dengan adanya integrasi tarif dan sistem pembayaran terpusat, beban itu bisa ditekan," jelas Risal dalam keterangan resminya, Rabu (3/9).
Saat ini integrasi tarif antar moda transportasi dicontohkan Risal sudah diterapkan di Jakarta pada layanan Transjakarta, MRT Jakarta, dan LRT Jakarta. Tarif maksimum ditetapkan Rp 10.000 untuk perjalanan lintas moda dalam tiga jam.
Ke depan, pihaknya akan memperluas integrasi semacam ini dengan menghubungkan moda lain di bawah PT Kereta Api Indonesia, seperti KAI Commuter dan LRT Jabodebek.
"Langkah integrasi tarif ini menjadi pondasi menuju konsep yang lebih luas, yakni Mobility as a Service (MaaS). Dalam konsep ini, berbagai moda transportasi dapat direncanakan, dipesan, dan dibayar dalam satu platform terintegrasi. Dengan begitu, masyarakat akan menikmati perjalanan yang lebih mudah, murah, dan efisien," tegas Risal.
Perbandingan Sistem MRT di ASEAN
Jakarta kini memiliki sistem transportasi massal berbasis rel alias MRT. Namun ibukota Indonesia ternyata jauh tertinggal dibandingkan sejumlah negeri jiran di ASEAN. Simak perbandingannya.
Foto: Getty Images/AFP/R. Rahman
Light Rail Transit di Manila
Ibukota Filipina adalah yang pertama membangun sistem transportasi massal berbasis rel alias LRT di ASEAN. Mulai beroperasi sejak akhir 1984, LRT kini melayani 2,1 juta penumpang setiap hari, dengan panjang jalur 33,4 kilometer dan 31 stasiun yang terbagi dalam dua koridor. Harga tiket untuk perjalanan paling panjang berkisar 5.500 Rupiah.
Foto: Getty Images/AFP/T. Aljibe
Investasi Masa Depan
Saat ini pemerintah Filipina sudah berencana melakukan ekspansi pada koridor 1 LRT sepanjang 11,7 kilometer dengan 10 buah stasiun. Selain itu Manila kelak juga akan memiliki dua koridor tambahan LRT sepanjang 30 kilometer. Di samping LRT, ibukota FIlipina ini juga memiliki kereta Metro yang saat ini memiliki satu koridor sepanjang 17 kilometer dengan 10 buah stasiun.
Foto: Getty Images/AFP/J. Directo
Singapore Mass Rapid Transit
SMRT adalah jaringan transportasi kota berbasis kereta paling besar di Asia Tenggara. Saat ini MRT di Singapura mencakup jalur sepanjang 170 kilometer yang terbagi dalam delapan koridor. Untuk proyek raksasa tersebut pemerintah negeri jiran itu harus mengucurkan dana sebesar 6 miliar Dollar AS atau sekitar 80 triliun Rupiah.
Foto: Getty Images/AFP/R. Rahman
Lonjakan Penumpang
Saat ini sistem MRT di Singapura mengangkut sekitar 2,8 juta penumpang setiap hari. Nantinya jumlah penumpang diperkirakan akan berlipatganda menjadi sekitar 6 juta orang setiap hari jika proyek perluasan MRT tuntas.
Foto: picture alliance/dpa/H. Bäsemann
Perluasan Berbiaya Selangit
Pemerintah Singapura tengah memperluas jaringan MRT sepanjang 82,3 kilometer. Proyek raksasa tersebut direncanakan tuntas selambatnya pada tahun 2025. Keunikan terbesar sistem MRT Singapura adalah stasiun bawah tanah yang bisa digunakan sebagai bunker anti serangan udara dan jaminan akses internet di semua stasiun.
Foto: picture-alliance/Arcaid/R. Bryant
Sistem Terintegrasi ala Malaysia
Kuala Lumpur menyatukan berbagai moda transportasi berbasis rel dalam konsep Klang Valley Integrated Transit System. Secara umum KVIT memiliki dua jalur kereta listrik, lima koridor MRT dan sebuah jalur kereta bandar udara. Saat ini jalur MRT di Kuala Lumpur sudah membentang sejauh 170 kilometer dengan kapasitas hingga dua juta penumpang per hari.
Foto: picture alliance/dpa/F. Ismail/EPA
Ekspansi Tanpa Henti
Kuala Lumpur sudah merencanakan ekspansi jalur kereta dalam kota sebanyak 160 kilometer yang selambatnya akan tuntas pada tahun 2025. Untuk itu pemerintah menyiapkan dana lebih dari 70 miliar Ringgit atau sekitar 200 triliun Rupiah.
Foto: picture alliance/dpa/F. Ismail/EPA
Kereta Metropolitan di Bangkok
Moda transportasi kota berbasis rel di Bangkok baru diresmikan tahun 2004 silam dengan panjang 43 kilometer yang terbagi dalam dua koridor, ungu dan biru. Sejak 2010 silam ibukota Thailand juga meresmikan koridor bandar udara sepanjang 28,7 kilometer yang setiap hari digunakan oleh sekitar 60.000 penumpang.
Foto: picture alliance/dpa/S. Reboredo
Terkendala Krisis Ekonomi
Sistem MRT di Bangkok sebenarnya telah direncanakan sejak pertengahan 1990an. Tapi pembangunannya tertunda lantaran krisis moneter pada 1997. Untuk itu pemerintah Thailand mengucurkan dana sebesar 1,8 miliar Dollar AS atau sekitar 28 triliun Rupiah. Hingga 2025 sistem MRT di ibukota Thailand akan dilengkapi dengan enam koridor baru sepanjang 180 kilometer yang sebagiannya berupa monorel. (rzn/hp)
Foto: picture-alliance/ZB
9 foto1 | 9
Tingginya mobilitas Masyarakat jadi salah satu faktor
Selain faktor biaya, tantangan menekan pengeluaran masyarakat bisa muncul dari tingginya mobilitas masyarakat. Di Jabodetabek saja, pergerakan harian mencapai lebih dari 75 juta perjalanan. Tanpa integrasi yang baik, arus mobilitas sebesar ini sulit dikelola secara efektif dan justru menambah beban biaya maupun waktu tempuh bagi masyarakat.
Iklan
Dalam catatan detikcom, berdasarkan data BPS, jika dirinci berikut ini daerah-daerah yang memiliki besaran ongkos transportasi di atas rata-rata:
Bekasi: Rp 1,91 juta per bulan atau sekitar 14% dari total biaya hidup
Depok: Rp 1,80 juta per bulan atau sekitar 16,3% dari total biaya hidup
Surabaya: Rp 1,62 juta per bulan atau sekitar 13,6% dari total biaya hidup
Jakarta: Rp 1,59 juta per bulan atau sekitar 11,8% dari total biaya hidup
Bogor: Rp 1,23 juta per bulan atau sekitar 12,54% dari total biaya hidup
Batam: Rp 1,17 juta per bulan atau sekitar 12,8% dari total biaya hidup
Makassar: Rp 1,15 juta per bulan atau sekitar 11,52% dari total biaya hidup
Jayapura: Rp 1,12 juta per bulan atau sekitar 12,4% dari total biaya hidup
Balikpapan: Rp 981 ribu per bulan atau sekitar 11,51% dari total biaya hidup
Palembang: Rp 918 ribu per bulan atau sekitar 11% dari total biaya hidup