1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Biden dan Kepala NATO Sepakat Perkuat Aliansi trans-Atlantik

Farah Bahgat
8 Juni 2021

Saat Joe Biden mempersiapkan perjalanan luar negeri pertamanya sebagai Presiden AS, ia berbicara degan Kepala NATO tentang persatuan trans-Atlantik dan hubungan dengan Rusia dan Cina.

Bendera AS dan NATO di kantor pusat NATO di Belgia
Bendera AS dan NATO di kantor pusat NATO di BelgiaFoto: picture alliance/Photoshot/W. Wei

Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dan Kepala NATO Jens Stoltenberg sepakat pada Senin (07/06), untuk memperkuat aliansi trans-Atlantik dalam persaingan global.

Stoltenberg menyampaikan hal itu kepada wartawan di luar Gedung Putih setelah pertemuan dengan Biden, yang akan menghadiri KTT NATO pertamanya sebagai Presiden AS pada pekan depan. Sebelum itu, Biden akan menghadiri KTT G7 dari 11-13 Juni mendatang.

"Kami setuju bahwa di dunia yang lebih kompetitif, kami perlu memperkuat NATO, dan kami perlu menghadapi tantangan keamanan, yang tidak dapat dihadapi oleh sekutu sendirian. Jadi, oleh karena itu, kami perlu berdiri bersama sebagai NATO,” kata sekretaris jenderal aliansi tersebut.

Pertemuan mereka berpusat pada persiapan untuk pertemuan puncak minggu depan. Stoltenberg telah meminta sekutu NATO untuk "berinvestasi lebih banyak" memperkuat pertahanan aliansi, "dan itulah yang kami lakukan," katanya.

Keduanya juga membahas bagaimana memperkuat aliansi dalam menghadapi tantangan, termasuk terorisme global dan perubahan iklim, serta hubungan yang tegang dengan Rusia dan Cina. 

Kepala NATO Jens Stoltenberg memberikan pernyataan kepada wartawan Gedung Putih usai pertemuan dengan Presiden AS Joe BidenFoto: Evan Vucci/AP Photo/picture alliance

Sebuah 'pendekatan jalur ganda' dengan Rusia

Stoltenberg mengatakan dia setuju dengan Biden melakukan cara "pendekatan jalur ganda" terkait "pencegahan, pertahanan, dan dialog" dengan Rusia.

"Dialog dengan Rusia bukanlah tanda kelemahan ... bahkan jika kita tidak yakin bisa membuat hubungan yang lebih baik dengan Rusia, kita perlu mengelola hubungan yang sulit ini dengan Rusia," katanya.

Pada perjalanan luar negeri pertamanya sebagai presiden, Biden juga akan menghadiri pertemuan yang sangat dinanti dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Jenewa, Swiss, setelah pertemuan puncak para pemimpin NATO dan G7.

Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan mengatakan jadwal pertemuan KTT Biden-Putin menjamin bahwa Presiden AS akan memiliki "dorongan tambahan" karena ia akan berkonsultasi dengan sekutu di Eropa.

Para pejabat AS sedang mempertimbangkan tindakan yang lebih tegas terhadap Rusia setelah dua insiden. Yakni, serangan terbaru ransomware terhadap pengemas daging terbesar di dunia yang berlokasi di AS, JBS, oleh kelompok kriminal yang kemungkinan berbasis di Rusia, dan dukungan keuangan oleh Putin terhadap Belarus terkait insiden pendaratan paksa pesawat Ryanair untuk menangkap blogger oposisi Rusia. 

Perbedaan paham dan nilai Cina 

Stoltenberg mengakui bahwa kerja sama dengan Cina menawarkan peluang bagi ekonomi Barat, tetapi masih ada masalah yang membuka jalan bagi hubungan yang sulit dengan Beijing.

Dia mengutuk kebijakan "pemaksaan" Cina terhadap pengunjuk rasa Taiwan, Uighur, dan Hong Kong, tetapi mengatakan sekutu NATO perlu berdiskusi dengan Cina tentang masalah-masalah seperti perubahan iklim dan pengendalian senjata.

"Cina akan segera menjadi ekonomi terbesar di dunia - mereka sudah memiliki anggaran pertahanan terbesar kedua, angkatan laut terbesar, mereka banyak berinvestasi dalam kemampuan militer canggih, dan nilai-nilai mereka berbeda dengan kita," kata Stoltenberg.

Minggu depan, Biden dan para pemimpin negara-negara G7 akan mengumumkan "sebuah inisiatif baru untuk menyediakan pembiayaan bagi infrastruktur fisik, digital, dan kesehatan di negara berkembang.

Pertemuan Biden dengan para pemimpin G7akan fokus membahas pandemi COVID-19, hubungan dengan Rusia dan Cina.

Biden berjanji untuk membangun kembali hubungan yang baik dengan sekutu AS, setelah empat tahun hubungan yang meregang di masa pemerintahan Donald Trump, ketika mantan presiden AS itu menarik Washington dari beberapa lembaga multilateral dan terancam keluar dari NATO.

(pkp/ha)

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait