1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
KonflikEropa

Biden dan Macron Diundang untuk Lihat Bukti Genosida

18 April 2022

Presiden Volodymyr Zelenskyy mengkritik lamanya pengiriman senjata ke Ukraina. Ia pun mengundang Joe Biden dan Emmanuel Macron untuk mengunjungi dan melihat bukti "genosida" yang dilakukan Rusia.

Bendera Ukraina yang robek digantung di depan sebuah gedung apartemen di Mariupol
Mariupol menjadi lokasi pertempuran terberat dan bencana kemanusiaan terburukFoto: Alexander Ermochenko/REUTERS

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengkritik penundaan pengiriman senjata ke Ukraina. Saat Rusia bersiap untuk serangan baru yang sudah diperkirakan, Ukraina justru menghadapi situasi di mana ada "izin bagi Rusia untuk mengambil nyawa warga Ukraina," kata Zelenskyy.

Sementara Zelenskyy tidak menyebutkan nama negara manapun, di Jerman muncul perselisihan dalam koalisi pemerintahan mengenai apakah akan memasok senjata berat ke Ukraina.

Kanselir Jerman Olaf Scholz dituduh "bergerak lambat" meskipun telah mengumumkan peningkatan belanja pertahanan yang signifikan.

Pakar militer mengatakan Ukraina membutuhkan senjata yang jauh lebih berat untuk melakukan perlawanan yang tangguh terhadap serangan Rusia di bagian timur negara itu.

Rusia menembak jatuh dua pesawat jet Ukraina di Kharkiv

Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan sistem pertahanan udara mereka telah menembak jatuh dua jet tempur MiG-29 milik Ukraina di wilayah Kharkiv.

Juru bicara Igor Konashenkov mengatakan, "Aset pertahanan udara Rusia dekat pemukiman Fedorovka dan Zavody di wilayah Kharkiv menembak jatuh dua pesawat MiG-29 milik Ukraina.”

Konashenkov menambahkan bahwa drone milik Ukraina ditembak jatuh di dekat kota Preobrazhenkoye. Rusia juga mengklaim telah menghancurkan dua pos komando milik Ukraina dan sistem radar untuk rudal permukaan-ke-udara S-300 di kota Avdiivka, di utara Donetsk.

Menurut hitungan Rusia, sebanyak 136 pesawat terbang, 471 drone, 248 sistem rudal antipesawat, 2.308 tank dan kendaraan lapis baja, 2.171 kendaraan militer, 254 peluncur roket, dan 998 artileri lapangan dan mortir milik pasukan Ukraina telah dihancurkan.

Mariupol dibombardir dengan lebih banyak bom dan rudal

Dengan ribuan pejuang Ukraina masih tertahan di pabrik baja di Mariupol, militer Rusia "terus meluncurkan serangan rudal dan bom di kota itu," kata markas besar tentara Ukraina.

Ukraina mengatakan Rusia menggunakan pembom strategis Tu-22M3 di Mariupol dan "mencoba melakukan operasi penyerangan di dekat pelabuhan dan pabrik Azovstal," di mana para barisan pejuang terakhir berada.

Rusia sebelumnya mengeluarkan ultimatum kepada pasukan Ukraina untuk menyerah atau "dieliminasi." Tidak ada laporan penyerahan diri meskipun ultimatum berakhir pagi (18/04) ini.

Zelenskyy: Biden harus mengunjungi Ukraina

Volodymyr Zelenskyy mengundang Presiden Amerika Serikat Joe Biden untuk datang ke Kyiv.

"Saya pikir dia adalah pemimpin Amerika Serikat dan itulah mengapa dia harus datang ke sini untuk melihat," kata Zelenskyy kepada CNN, Minggu (17/04).

Sebelumnya, pemimpin AS itu mengatakan bahwa pemerintahannya sedang mempertimbangkan mengirim pejabat tingkat tinggi ke Ukraina dan bahkan mengindikasikan bahwa dia siap untuk mengunjungi negara itu sendiri.

Zelenskyy juga mengatakan bahwa dia mengundang Presiden Prancis Emmanuel Macron untuk mengunjungi dan melihat bukti "genosida" terhadap Ukraina.

Paus Fransiskus berbicara tentang 'Perang Paskah'

Kepala Gereja Katolik Roma meminta seluruh dunia untuk "menuntut perdamaian" di tengah sejumlah konflik yang terjadi, terutama mengatakan bahwa Ukraina telah "diseret" ke dalam "perang yang kejam dan tidak masuk akal."

Paus Fransiskus menyebut momen saat ini sebagai 'Paskah perang'Foto: YARA NARDI/REUTERS

"Mata kami juga tidak percaya melihat perang Paskah ini. Kami telah melihat terlalu banyak darah, terlalu banyak bentuk kekejaman. Hati kami juga telah dipenuhi oleh ketakutan dan kesedihan yang mendalam, begitu banyak saudara-saudara kita yang harus mengunci diri mereka supaya aman dari pengeboman,” kata Paus Fransiskus.

Sejauh ini, Paus tidak secara eksplisit menyalahkan Rusia atas invasinya ke Ukraina, tetapi awal bulan ini saat berbicara di Malta, secara implisit mengkritik Presiden Rusia Vladimir Putin dengan mengatakan "yang berkuasa” mengobarkan konflik untuk kepentingan nasionalis. Komentarnya pada hari Minggu (17/04) dilihat sebagai kecaman implisit lainnya terhadap tindakan Rusia.

yas/ha (AFP, AP, dpa, Reuters)

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait