Damai di Yaman Diperpanjang agar Biden Datang ke Arab Saudi
3 Juni 2022
Pemerintah Yaman dan pemberontak Houthi sepakat memperpanjang masa gencatan senjata selama dua bulan. Damai di Teluk Aden merupakan syarat yang diajukan Gedung Putih untuk kunjungan Presiden Joe Biden ke Arab Saudi.
Iklan
Perpanjangan gencatan senjata di Yaman dan peningkatan produksi minyak menjadi dua syarat utama yang diajukan Gedung Putih kepada Arab Saudi. Kompromi tersebut membuka jalan bagi kunjungan pertama Presiden Joe Biden ke negara yang sempat disebutnya sebagai negeri paria itu.
Stasiun televisi CNN melaporkan, Biden dijadwalkan bertemu dengan penguasa de facto Arab Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman. Pamornya anjlok di Washington setelah dituduh memerintahkan pembunuhan terhadap jurnalis AS keturunan Saudi, Jamal Khashoggi, 2018 silam.
"Presiden Biden akan mencari kesempatan untuk bertemu dengan para pemimpin di kawasan Timur Tengah,” kata juru bicara Gedung Putih, Karine Jean-Pierre, tanpa memberikan kepastian jadwal kunjungan.
Arab Saudi Digempur Rudal Pemberontak Yaman
00:50
Kepada AFP, seorang pejabat AS mengatakan, meski kedua negara berselisih soal catatan HAM Mohammed bin Salman, "tidak dipertanyakan lagi bahwa kepentingan terbesar AS bertalian dengan Arab Saudi,” ujarnya secara anonim.
Selain Arab Saudi, analis meyakini Biden juga akan melawat ke Israel untuk membahas isu keamanan, terutama yang berkaitan dengan Iran. Selama masa kampanye pilpres, dia sempat menuntut agar AS memperlakukan Arab Saudi "sebagaimana mereka sesungguhnya, yakni negara paria,” lantaran pembunuhan Khashoggi dan pelanggaran HAM di Yaman.
Iklan
Damai redakan krisis kemanusiaan
Gencatan senjata di Yaman yang berawal pada 2 April silam kembali diperpanjang selama setidaknya dua bulan. Negosiasi antara delegasi pemerintah Yaman dukungan Saudi dan pemberontak Houthi yang didukung Iran juga akan dilanjutkan di Amman, Yordania, dalam waktu dekat.
Gencatan senjata mengakhiri pertempuran yang menciptakan bencana kelaparan bagi jutaan warga sipil. Berkat kesepakatan itu, pelabuhan Hodeidah dan bandara di ibu kota Sanaa, yang dikuasai Houti, tetap dibuka untuk pengiriman bantuan bahan pangan, bahan bakar dan obat-obatan.
Krisis Yaman Memburuk, Organisasi Kemanusiaan Kehabisan Uang
Perang di Yaman terus berlanjut. Namun, sejumlah organisasi kemanusiaan saat ini terancam kehabisan uang. Invasi Rusia di Ukraina berpotensi memperburuk keadaan di Yaman.
Foto: Mohammed Huwais/AFP/Getty Images
Kurangnya bantuan kemanusiaan
Krisis kemanusiaan di Yaman yang dilanda perang semakin memburuk. Menurut Program Pangan Dunia PBB (WFP), 13 juta orang di sana terancam kelaparan, lantaran perang saudara yang berkepanjangan dan kurangnya bantuan kemanusiaan.
Foto: Khaled Ziad/AFP/Getty Images
Sangat bergantung pada bantuan
Sejak awal pandemi COVID-19, semakin banyak orang yang kelaparan. Yaman adalah salah satu negara yang paling membutuhkan bantuan, dengan lebih dari 40% populasi bergantung pada bantuan WFP.
Foto: Khaled Abdullah/REUTERS
WFP kehabisan uang
"Kami memberi makan 13 juta orang dari negara berpenduduk 30 juta orang dan kami kehabisan uang," kata David Beasley, Kepala WFP, kepada Associated Press belum lama ini. "Jadi, apa yang akan saya lakukan untuk anak-anak di Yaman? Mencurinya dari anak-anak di Etiopia, atau Afganistan, atau Nigeria, atau di Suriah? Itu tidak benar," katanya.
Foto: Giles Clarke/UNOCHA/picture alliance
Paket bantuan tidak lengkap
Saat ini sekitar lima juta orang terancam mati akibat kelaparan, kata Corinne Fleischer, Direktur WFP untuk Timur Tengah dan Afrika Utara. Sumbangan bantuan kemanusiaan sejauh ini hanya mencakup 18% dari hampir $2 miliar (Rp28,6 triliun) yang dibutuhkan WFP untuk misinya di Yaman.
Foto: Mohammed Mohammed/XinHua/dpa/picture alliance
Perang Ukraina memperburuk krisis kelaparan
Invasi Rusia berpotensi memperburuk keadaan di Yaman karena WFP memperoleh sekitar setengah dari gandumnya dari Ukraina. Bahkan sebelum perang dimulai, harga gandum telah meningkat tajam. Bank Dunia mengingatkan bahwa perang Ukraina akan mendorong krisis kelaparan yang lebih buruk.
Foto: AHMAD AL-BASHA/AFP/Getty Images
Perang saudara yang berkepanjangan
Perang saudara di Yaman telah berlangsung selama tujuh tahun. Sejak 2015, koalisi pimpinan Arab Saudi memerangi pemberontak Houthi yang didukung Iran, yang saat ini menguasai sebagian besar wilayah di Yaman, termasuk ibu kota, Sanaa.
Foto: imago images/Xinhua
Kekacauan di Aden
Wilayah selatan Aden dikendalikan sepenuhnya oleh separatis sejak 2020 dan telah menjadi basis pemerintah yang diakui secara internasional, dipimpin oleh Abed Rabbo Mansour Hadi, sejak Houthi menyingkirkannya keluar dari Sanaa.
Foto: Wael Qubady/AP Photo/picture alliance
Tidak ada tempat berlindung
Kota Marib dianggap strategis karena merupakan benteng terakhir dari pemerintah yang diakui secara resmi di utara. Pertempura tengah berlangsung di sini, di mana Saudi terus-menerus mengebom daerah tersebut. Warga sipil terpaksa terus memindahkan kamp pengungsi mereka karena garis depan terus bergeser.
Foto: AFP /Getty Images
Rumah sakit penuh
Sistem kesehatan di Yaman bahkan lebih buruk dari sebelumnya. Perang yang sedang berlangsung dan pandemi COVID-19 hanya membuat segalanya lebih mengerikan di negara termiskin di semenanjung Arab itu.
Foto: Abdulnasser Alseddik/AA/picture alliance
Sekolah dibom
Dalam laporan tahun 2021, UNICEF mengatakan bahwa pendidikan menjadi salah satu korban terbesar perang Yaman. Lebih dari 2 juta anak perempuan dan laki-laki usia sekolah tidak dapat mengenyam pendidikan. Banyak sekolah hancur dibom.
Foto: Mohammed Al-Wafi /AA/picture alliance
Rangkaian kesengsaraan
Listrik, air bersih, dan bahan bakar - selalu ada sesuatu yang kurang di Yaman. Antrean di SPBU semakin panjang. Tanpa dana kemanusiaan yang lebih banyak, rangkaian kesengsaraan ini hanya akan berlanjut. (ha/yf)
Foto: Mohammed Huwais/AFP/Getty Images
11 foto1 | 11
"Selama dua bulan terakhir, warga Yaman sudah merasakan manfaat besar dari gencatan senjata,” tulis Utusan Khusus PBB untuk Yaman, Hans Grundberg, dalam keterangan persnya.
Riyadh terutama ingin keluar dari kebuntuan perang di Yaman. Intervensi militer oleh Saudi yang dimulai sejak 2015 itu tidak hanya menghabiskan biaya besar, tapi juga diyakini sarat pelanggaran HAM.
Kelanjutan damai di Yaman disambut Presiden Joe Biden yang terutama memuji sekutu dekatnya itu. "Arab Saudi mendemonstrasikan kepemimpinan yang berani dengan mengambil inisiatif dini untuk menerima dan menjalankan gencatan senjata yang dimediasi PBB,” katanya dalam keterangan pers Gedung Putih, Jumat (3/6).
Berakhirnya pertikaian senjata di Yaman sebenarnya dicapai antara lain berkat lobi pemerintah Oman, Mesir dan Yordania. Tapi Washington "secara khusus mengakui kepemimpinan Raja Salman dan pewaris tahta Arab Saudi dalam membantu mengonsolidasikan kesepakatan,” kata juru bicara Gedung Putih, Jean-Pierre.