Biden Serukan G-7 Bersatu Hadapi Tantangan Iklim dan Cina
12 Juni 2021
Mulai dari persaingan melawan Cina, isu kerja paksa, hingga ke strategi mencegah terjadinya 'kecolongan' dalam menghadapi pandemi. Semua dibahas dalam KTT G-7 akhir pekan ini.
Iklan
Amerika Serikat berencana mendorong negara-negara sekutunya yang tergabung dalam kelompok G-7 untuk secara terbuka menuding Cina atas praktik kerja paksa terhadap kelompok minoritasnya. Selain itu, mereka juga akan mengungkapkan rencana proyek infrastruktur yang dimaksudkan untuk bisa menyaingi proyek Jalur Sutra Baru atau Belt and Road Initiative (BRI) oleh Cina.
Usulan provokatif itu adalah bagian dari kampanye Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden untuk membuat sesama pemimpin negara-negara G-7 lebih bersatu dalam persaingan ekonomi melawan Cina di abad mendatang, demikian menurut dua pejabat senior pemerintah AS yang memberi pengarahan kepada wartawan tanpa mau disebutkan namanya.
Pejabat tersebut mengatakan bahwa Biden ingin para pemimpin G-7 berbicara dengan suara terpadu dalam menentang praktik kerja paksa yang menargetkan muslim Uighur dan etnis minoritas lainnya. Biden berharap kecaman itu akan menjadi bagian dari komunike bersama yang dirilis pada akhir KTT.
Pertemuan pemimpin negara G-7 yang terdiri dari Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, AS dan Inggris dimulai pada Jumat (11/06) di Carbis Bay, Inggris, dan merupakan pertemuan pertama mereka sejak 2019. Pertemuan tahun lalu dibatalkan karena COVID-19, pemulihan ekonomi dan kehidupan publik setelah pandemi mendominasi diskusi tahun ini.
Bersatu lawan proyek infrastruktur Cina
Para pemimpin G-7 pada hari Sabtu (12/06) juga berencana mengumumkan sebuah proyek infrastruktur global baru sebagai tanggapan atas proyek infrastruktur raksasa Jalur Sutra Baru dari Cina, demikian ujar pejabat senior tersebut.
Pejabat yang menolak namanya disebutkan itu juga mengatakan AS akan mendorong para pemimpin G7 lainnya untuk melakukan "tindakan nyata terhadap kerja paksa" di Cina, dan menyatakan kritik terhadap Beijing dalam diskusi mereka.
Jalur Sutra Menuju Luar Angkasa
Cina tidak lama lagi bisa mewujudkan impian membangun stasiun luar angkasa sendiri setelah meluncurkan laboratorium langit, Tiangong-2.
Foto: picture alliance/ZUMA Press/J. Zhenhua
Dua Langkah Naga
Bertepatan dengan Festival Musim Gugur, Cina meluncurkan laboratorium antariksa Tiangong-2. Modul sepanjang sembilan meter dengan bobot 13 ton itu juga dilengkapi dengan ruang hidup buat astronot. Dengan misi Tiangong-2 Badan Antariksa Cina ingin menguji sejumlah sistem penting, seperti penopang kehidupan dan pasokan energi berupa panel surya.
Foto: picture alliance/dpa/A. Xin
Istana Langit
Adalah roket teranyar dari tipe Chang Zheng 2 yang membawa Tiangong alias "istana langit" ke luar angkasa. Diluncurkan dari stasiun antariksa di gurun Gobi, roket tersebut sudah 12 kali terbang dalam misi antariksa. Terakhir roket berbobot 500.000 ton ini membawa tiga astronot Cina ke luar angkasa tiga tahun silam.
Foto: picture-alliance/Photoshot/Y. Zhiyuan
Jalur Sutra ke Angkasa
Badan Antariksa Cina (CNSA) juga sudah merencanakan misi berawak Oktober mendatang. Shenzhou 11 bakal membawa dua astronot untuk bekerja di laboratorium antariksa selama 30 hari. Pada April 2017 wahana angkut Tianzhou 1 akan diluncurkan dengan membawa logistik, bahan bakar dan keperluan lain untuk laboratorium antariksa.
Foto: Reuters
Evolusi Teknologi
Peluncuran Tiangong 2 memiliki nilai simbolik yang besar, kata Wu Ping dari badan antariksa Cina. Ia mengklaim CNSA sudah menyiapkan istana langit kedua yang lebih panjang dan mampu bertahan lebih lama di luar angkasa ketimbang pendahulunya.
Laboratorium antariksa Tiangong-2 tidak lain adalah pondasi untuk membangun stasiun luar angkasa milik Cina yang direncanakan akan rampung tahun 2022. Jika Stasiun luar angkasa internasional (ISS) dibesituakan tahun 2024, maka Cina akan menjadi satu-satunya negara di dunia yang memiliki stasiun di luar Bumi.
Foto: Reuters/NASA
Rover "Made in China"
Sejak beberapa bulan terakhir Cina berulangkali mempublikasikan gambar wahana nirawak yang bakal menjelajah Mars tahun 2020. Rover berroda enam ini direncanakan menjalani misi tiga bulan untuk mencari jejak air dan mempelajari komposisi tanah di permukaan Mars.
Foto: SASTIND
Batu Loncatan
Laboratorium antarikisa pertama Cina diluncurkan September 2011 silam. Tapi berbeda dengan laboratorium generasi kedua yang baru diluncurkan, Tiangong-1 tidak berumur panjang. Misinya berakhir Maret silam dan direncanakan akan hancur saat masuk atmosfer Bumi tahun 2017.
Foto: picture-alliance/dpa
Labuhan Ruang Hampa
Tiga pesawat antariksa pernah melabuh di Tiangong 1. Tahun 2011 misi nirawak Shenzhou 8 berhasil merapat dua kali dalam jarak 11 hari pada laboratorium antariksa tersebut. Terakhir tiga astronot bekerja selama 12 hari di Tiangong 1 tahun 2013 silam.
Foto: Xinhua/dapd
8 foto1 | 8
"Ini bukan hanya tentang mengkonfrontasi Cina," kata pejabat itu. "Tapi sampai sekarang kita belum menawarkan alternatif positif yang mencerminkan nilai-nilai kita, standar kita dan cara kita melakukan bisnis."
Inisiatif Jalur Sutra Baru ini adalah skema infrastruktur bernilai multitriliun dolar yang diluncurkan pada tahun 2013 oleh Presiden Xi Jinping yang melibatkan inisiatif pembangunan dan investasi yang akan membentang dari Asia ke Eropa dan sekitarnya. Lebih dari 100 negara telah menandatangani perjanjian dengan Cina untuk bekerja sama dalam proyek-proyek BRI seperti kereta api, pelabuhan, jalan raya, dan infrastruktur lainnya.
Menurut database Refinitiv, hingga pertengahan tahun lalu terdapat lebih dari 2.600 proyek dengan biaya 3,7 triliun dolar AS terkait dengan inisiatif tersebut, meskipun Kementerian Luar Negeri Cina baru-baru ini mengatakan bahwa sekitar 20% proyek telah terkena dampak serius dari pandemi COVID-19.
Pada bulan Maret, Biden mengatakan dia telah menyarankan kepada Perdana Menteri Inggris Boris Johnson, yang menjadi tuan rumah KTT para pemimpin G-7 selama tiga hari di sebelah barat daya Inggris, bahwa negara-negara demokratis harus mengembangkan skema tersendiri yang mampu bersaing dengan skema dari Cina.
Iklan
Deklarasi bersama cegah pendemi berikutnya
Selain itu, para pemimpin G-7 juga akan menyetujui deklarasi bersama yang bertujuan mencegah terjadinya pandemi di masa depan. Mereka akan bergabung dengan para pemimpin dari Australia, Afrika Selatan, Korea Selatan, bersama dengan India yang bergabung secara online untuk membicarakan agenda terkait masalah kebijakan luar negeri dan perubahan iklim.
G7 juga diharapkan untuk menyelesaikan "Deklarasi Teluk Carbis" yang terdiri dari serangkaian komitmen untuk mencegah terulangnya kekacauan yang ditimbulkan oleh wabah virus corona.
Uang, Pengaruh dan Kuasa: Inilah Kelompok Negara yang Mendominasi Dunia
G20, G7 atau G77, daftar kelompok negara yang bergabung untuk memperjuangkan kepentingan bersama di tatanan global tergolong banyak. Kelompok apa yang mewakili Indonesia dan seberapa besar pengaruhnya? Simak daftarnya.
Foto: Reuters/F. Bimmer
G20: Kekuatan Ekonomi Dunia
Meski bersifat informal, keputusan yang dibuat pada KTT G20 memiliki bobot politik yang besar. Pasalnya ke-20 negara anggota G20 mewakili hampir 90 persen perekonomian global dan memiliki pengaruh besar pada perdagangan dunia dan perubahan iklim. Dua dari tiga manusia di Bumi hidup dan bekerja di salah satu negara G20. Kelompok gabungan negara industri maju dan berkembang ini dibentuk oleh G7.
G7: Ekslusifitas Negara Industri Maju
Tujuh kepala negara dan pemerintahan negara industri maju memiliki instrumen politik lain buat melebarkan pengaruhnya di dunia, yakni G7. Hampir sepersepuluh warga Bumi hidup di negara anggota G7 yang mewakili sepertiga perekonomian dunia. Meski hanya beranggotakan tujuh negara, G7 bertanggungjawab atas seperempat emisi gas rumah kaca di seluruh dunia.
G8: Terkubur Oleh Konflik
Selama enambelas tahun, sampai 2014, negara-negara G7 dan Rusia bertemu secara rutin dalam KTT G8. Namun sejak aneksasi Krimea di Ukraina, Rusia diusir dari kelompok negara kaya tersebut. Keberadaan G8 turut diperhitungkan karena sering mengundang negara berkembang lain untuk berkonsultasi dalam masalah iklim atau perdagangan. G8+5 misalnya mencakup Brazil, Cina, India, Meksiko dan Afrika Selatan.
G10: Kreditur Ekonomi Dunia
Sebelas negara maju, Amerika Serikat, Italia, Jepang, Kanada, Inggris, Perancis, Jerman, Belgia, Belanda, Swedia dan Swiss, membangun aliansi 10 negara di dalam tubuh Dana Moneter Internasional (IMF). Serupa dengan IMF, G10 memberikan dana pinjaman kepada negara berkembang, seperti kepada Indonesai selama krisis moneter 1998.
G15: Kerjasama di Selatan
Untuk menggandakan pengaruh pada panggung politik internasional, sebanyak 15 negara berkembang tahun 1989 membentuk kelompok G15 yang mewakili lebih dari dua miliar penduduk Bumi. G15 yang kini telah bertambah menjadi 17 negara terutama membidik isu perdagangan dan kerjasama pembangunan antara negara di belahan Bumi selatan.
G77: Kelompok Negara Miskin
Untuk mengimbangi pengaruh negara industri maju, sebanyak 77 negara berkembang memutuskan membentuk G77 dalam sebuah konfrensi perdagangan dunia (UNCTAD). Kini G77 beranggotakan 134 negara. Kendati berjumlah banyak, pengaruh G77 pada politik global terbatas. Hal ini antara lain disebabkan oleh sejumlah negara G77 paling berpengaruh juga merupakan anggota kelompok G20. (Helle Jeppesen/rzn/hp)
6 foto1 | 6
"Untuk pertama kalinya hari ini negara-negara demokrasi terkemuka di dunia bersatu guna memastikan bahwa kita tidak akan pernah lagi kecolongan," ujar Perdana Menteri Inggris Boris Johnson dalam sambutannya yang dirilis menjelang hari kedua KTT.
"Itu berarti belajar (dari) pelajaran selam 18 bulan terakhir dan menanganinya dengan cara yang berbeda di lain waktu," kata Johnson.
KTT G-7 akhir pekan ini juga akan berdiskusi tentang masalah perubahan iklim, dan menjaga keanekaragaman hayati global, untuk meletakkan dasar bagi KTT lingkungan COP26 penting PBB di Skotlandia pada bulan November mendatang. Para pemimpin memperdebatkan komitmen untuk melindungi setidaknya 30 persen daratan dan lautan dunia pada tahun 2030.