1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
KesehatanEropa

Bikin Ulah di Asia, Subvarian COVID "Lanjut Pesta" di Eropa?

26 Juni 2025

COVID-19 kembali cari gara-gara. Subvarian Omicron baru menyebabkan infeksi dan kematian di Asia Selatan dan Tenggara. Di Eropa mungkin subvarian itu bergerilya, setelah kekebalan populasi menurun di musim dingin.

Dokter di klinik
Otoritas kesehatan Eropa memperingatkan varian COVID baru dapat memicu peningkatan kasus di musim panas.Foto: Robert Kneschke/Zoonar II/IMAGO

Otoritas kesehatan Eropa memperingatkan kemungkinan peningkatan infeksi COVID-19 dalam beberapa bulan mendatang di tengah penyebaran varian Omicron baru NB.1.8.1. atau "Nimbus." Ini adalah subvarian dari varian Omicron yang dominan dari SARS-CoV-2.

"Kami memiliki serangkaian rekomendasi standar, yang terasa seperti diulang-ulang," ujar pakar virus saluran pernapasan Ajibola Omokanye dari Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa (ECDC), kepada DW. Misalnya, merekomendasikan vaksin penguat untuk kelompok berisiko atau mereka yang bekerja di lingkungan berisiko tinggi.

Musim dingin tahun 2024-2025 di belahan Bumi utara telah memberi para ahli seperti Omokanye alasan yang bagus agar terus waspada.

Kekebalan populasi terhadap SARS-CoV-2, virus yang menyebabkan COVID-19, menurun di Eropa, mungkin karena lebih sedikit kasus COVID selama musim dingin.

"Akibatnya kemungkinan ada peningkatan infeksi selama musim panas di Eropa dan  mungkin termasuk kasus parah yang memerlukan perawatan di rumah sakit", kata Omokanye.

Perlunya 'kewaspadaan berkelanjutan'

SARS-CoV-2 menjadi lebih endemik di masyarakat tetapi "masih bukan patogen musiman, seperti influenza," tambah Omokanye.

COVID-19 tampaknya masih bergerak dan bermutasi dengan cara yang tidak dapat diprediksi dan itu "menekankan perlunya kewaspadaan berkelanjutan dan tidak berpuas diri tentang SARS-CoV-2," tandas Omokanye. "Sama seperti kita tidak berpuas diri tentang influenza atau virus yang menyerang saluran pernapasan Respiratory Syncytial Virus (RSV).

Bangladesh telah mencatat adanya kasus kematian akibat COVID-19 pada bulan Juni. Cina dan Singapura juga telah mendeteksi kasus baru penyakit pernapasan tersebut.

Kematian di negara seperti Bangladesh kemungkinan sebagian disebabkan oleh buruknya akses masyarakat terhadap layanan kesehatan.

Sebagai perbandingan, Omokanye menunjuk Kanada, tempat Nimbus hadir begitu dominan, tetapi tanpa tingkat atau tingkat keparahan kasus yang sama seperti di Bangadesh.

Ayo berlangganan newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

Namun, ini bukan hanya masalah akses terhadap layanan kesehatan. "Ada banyak faktor. Pertama, waktu kemunculan [suatu] varian," kata Omokanye. 

Yang lain, katanya, adalah kemungkinan yang lebih besar untuk memudarnya kekebalan di tempat yang sirkulasinya rendah untuk jangka waktu yang lama.

Dengan vaksinasi, ada juga beberapa faktor penting: Vaksin apa yang tersedia di setiap negara atau wilayah dan "kepada siapa vaksin itu diberikan dan kapan," ujar Omokanye.

"Pertanyaannya adalah: Apakah vaksin tersebut diterima oleh sebagian besar populasi di tempat yang mengalami penyakit paling parah?" Demikian pula dengan sistem perawatan kesehatan dan akses ke perawatan suportif, dan perbedaan di tingkat lokal dapat menentukan seberapa serius infeksi berkembang dalam suatu populasi. "Semuanya berkontribusi pada gambaran penyakit parah," tambah Omokanye.

Apa yang membuat Nimbus berbeda dari subvarian Omicron lainnya?

ECDC dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengklasifikasikan Nimbus sebagai Varian dalam Pemantauan (VOM) karena dua mutasi khas pada "spike" virus. Varian Nimbus memiliki dua mutasi penting pada protein spike yang mungkin membuatnya berbeda dari varian sebelumnya—baik dalam hal penularan, keparahan, atau respons terhadap vaksin/imun.

Spike adalah 'tonjolan seperti duri' yang memungkinkan virus menempel dan menginfeksi sel-sel manusia. Sejak SARS-CoV-2 pertama kali muncul, Spike telah mengalami mutasi secara terus menerus.

Mutasi protein spike mengurangi kemampuan antibodi manusia untuk menetralkan infeksi dan lainnya yang meningkatkan kemampuan virus untuk menghindari antibodi manusia. VOM adalah kategori terendah dalam suatu sistem di mana tahap yang lebih parah adalah Varian yang Diminati atau Variant of Interest (VOI) dan Varian yang Dikhawatirkan atau (VOC).

Boneka Suarakan Penderitaan di Masa Corona

03:47

This browser does not support the video element.

Begini penjelasan dari ECDC: Ada Sistem Klasifikasi Varian (dari rendah ke tinggi) dalam mutasi virus tersebut:

  1. Variant Under Monitoring (VOM)
    • Varian yang memiliki mutasi genetik penting, tapi dampaknya belum jelas.
    • Masih dalam pemantauan karena berpotensi menimbulkan risiko di masa depan.
  2. Variant of Interest (VOI)
    • Varian yang sudah terbukti memiliki dampak tertentu, seperti peningkatan penularan atau kemungkinan lolos dari kekebalan tubuh.
    • Perlu perhatian lebih dan pemantauan ketat.
  3. Variant of Concern (VOC)
    • Varian dengan dampak nyata dan signifikan, misalnya:
      • Lebih mudah menular
      • Menyebabkan gejala lebih berat
      • Menurunkan efektivitas vaksin atau pengobatan
    • Contoh VOC terdahulu: Delta, Omicron

 

Artikel ini pertama kali terbit dalam bahasa Inggris

Diadaptasi oleh Ayu Purwaningsih

Editor:  Agus Setiawan

Kereta Rumah Sakit untuk Pasien COVID-19

03:32

This browser does not support the video element.

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait