COVID-19 kembali cari gara-gara. Subvarian Omicron baru menyebabkan infeksi dan kematian di Asia Selatan dan Tenggara. Di Eropa mungkin subvarian itu bergerilya, setelah kekebalan populasi menurun di musim dingin.
Otoritas kesehatan Eropa memperingatkan varian COVID baru dapat memicu peningkatan kasus di musim panas.Foto: Robert Kneschke/Zoonar II/IMAGO
Iklan
Otoritas kesehatan Eropa memperingatkan kemungkinan peningkatan infeksi COVID-19 dalam beberapa bulan mendatang di tengah penyebaran varian Omicron baru NB.1.8.1. atau "Nimbus." Ini adalah subvarian dari varian Omicron yang dominan dari SARS-CoV-2.
"Kami memiliki serangkaian rekomendasi standar, yang terasa seperti diulang-ulang," ujar pakar virus saluran pernapasan Ajibola Omokanye dari Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa (ECDC), kepada DW. Misalnya, merekomendasikan vaksin penguat untuk kelompok berisiko atau mereka yang bekerja di lingkungan berisiko tinggi.
Musim dingin tahun 2024-2025 di belahan Bumi utara telah memberi para ahli seperti Omokanye alasan yang bagus agar terus waspada.
Kekebalan populasi terhadap SARS-CoV-2, virus yang menyebabkan COVID-19, menurun di Eropa, mungkin karena lebih sedikit kasus COVID selama musim dingin.
"Akibatnya kemungkinan ada peningkatan infeksi selama musim panas di Eropa dan mungkin termasuk kasus parah yang memerlukan perawatan di rumah sakit", kata Omokanye.
Waspadai 10 Varian SARS-CoV-2 Hasil Mutasi
Pertama kali terdeteksi di Cina akhir tahun 2019, COVID-19 terus bermutasi, 10 varian saat ini menjadi Variant of Concern (VoC) yang dicemaskan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Foto: Waldemar Thaut/Zoonar/picture alliance
Varian Alpha mutasi dari Inggris
Varian dengan nama ilmiah B.1.1.7 ini terdeteksi pertama kali di Kent, Inggris Raya. Beberapa peneliti menganggap varian ini jauh lebih menular dibanding virus asli SARS-CoV-2 di Wuhan, Cina. Peneliti Lembaga Molekuler Eijkman Prof. Amin Subandrio sebut varian ini sudah ditemukan pada awal Maret 2021 di Jakarta.
Foto: Hasan Esen/AA/picture alliance
B.1.351 atau Varian Beta
Mutasi jenis ini ditemukan pertama kali di Afrika Selatan pada Oktober 2021. Varian ini disebut-sebut 50% lebih menular. Vaksinasi menggunakan Novavax dan Johnson & Johnson dianggap tidak efektif menghadapi varian ini. Delirium atau kebingungan menjadi salah satu gejala varian Beta.
Foto: Nyasha Handib/AA/picture alliance
Mutasi P.1 di Brasil
Varian ini diberi nama varian Gamma oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Mutasi berasal dari kota Manaus, provinsi Amazonas, Brasil. Virus ini pertama kali terdeteksi oleh ilmuwan Jepang yang meneliti sampel seorang warga yang pulang dari Manaus pada Desember 2020.
Foto: Bruna Prado/AP Photo/picture alliance
Delta, mutasi paling menular asal India
Dengan nama B.1.167.2, Delta dianggap 50% lebih menular dibanding varian Alpha yang disebut 50% lebih menular dari virus aslinya. Varian ini pertama kali ditemukan di India pada Oktober 2020. Mutasi ini memicu gelombang kedua COVID-19 di India.
Foto: Satyajit Shaw/DW
Mutasi dari Amerika latin, Lambda
Bernama ilmiah C.37, Lambda pertama kali terdeteksi di Peru pada Agustus 2020. Pada 15 Juni 2021, WHO menetapkannya sebagai varian yang menjadi perhatian. Tercatat 81% kasus aktif di Peru pada musim semi 2021 akibat varian ini.
Foto: Ernesto Benavides/Getty Images/AFP
Mutasi varian Kappa asal India
Pada Oktober 2020, terdeteksi varian 1.167.2 di India. Gejalanya tidak berbeda jauh dengan gejala varian asli COVID-19. Namun, pakar epidemiologi dari Griffith University, Dicky Budiman, menyebut gejala campak muncul pada awal infeksi varian ini.
Foto: Adnan Abidi/REUTERS
Eta, varian yang sama dengan Gamma dan Beta
Varian ini membawa mutasi E484-K yang juga ditemukan di varian Gamma dan Beta. Kasus pertama varian ini dlaporkan di Inggris Raya dan Nigeria pada Desember 2020. Ditemukan di 70 negara di dunia, Kanada mencatat rekor 1.415 kasus Eta pada Juli 2021.
Foto: Adeyinka Yusuf/AA/picture alliance
Varian asal New York, B.1.526
Iota merupakan satu-satunya Variant of Concern (VoC) WHO di Amerika Serikat. Dideteksi pada November 2020, jenis virus ini disebut lebih menular dari varian sebelumnya. Para peneliti menyebut varian Iota meningkatkan angka kematian 62-82% bagi para penderita COVID-19 yang berusia lebih tua.
Foto: Wang Ying/Xinhua/imago images
Varian Mu asal Kolumbia di awal tahun 2021
Dengan nama ilmiah B.1.621, varian Mu ditemukan pertama kali di Kolumbia pada Januari 2021.Varian ini sempat dikhawatirkan dapat kebal dari vaksin. Bahkan WHO memperingatkan varian ini memiliki mutasi yang lebih tahan vaksin.
Foto: AGUSTIN MARCARIAN/REUTERS
Ditemukan di Afrika Selatan, Omicron lebih gampang menular
Varian ini ditemukan di Afrika Selatan pada November 2021. Ketua Asosiasi Medis Afrika Selatan sebut gejala dari varian ini sangat ringan. Dilaporkan tidak ada gejala anosmia pada varian ini. Namun, 500 kali lebih cepat menyebar dibanding varian lain. (Berbagai sumber) (mh/ha)
COVID-19 tampaknya masih bergerak dan bermutasi dengan cara yang tidak dapat diprediksi dan itu "menekankan perlunya kewaspadaan berkelanjutan dan tidak berpuas diri tentang SARS-CoV-2," tandas Omokanye. "Sama seperti kita tidak berpuas diri tentang influenza atau virus yang menyerang saluran pernapasan Respiratory Syncytial Virus (RSV).
Bangladesh telah mencatat adanya kasus kematian akibat COVID-19 pada bulan Juni. Cina dan Singapura juga telah mendeteksi kasus baru penyakit pernapasan tersebut.
Kematian di negara seperti Bangladesh kemungkinan sebagian disebabkan oleh buruknya akses masyarakat terhadap layanan kesehatan.
Sebagai perbandingan, Omokanye menunjuk Kanada, tempat Nimbus hadir begitu dominan, tetapi tanpa tingkat atau tingkat keparahan kasus yang sama seperti di Bangadesh.
Ayo berlangganan newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!
Namun, ini bukan hanya masalah akses terhadap layanan kesehatan. "Ada banyak faktor. Pertama, waktu kemunculan [suatu] varian," kata Omokanye.
Yang lain, katanya, adalah kemungkinan yang lebih besar untuk memudarnya kekebalan di tempat yang sirkulasinya rendah untuk jangka waktu yang lama.
Dengan vaksinasi, ada juga beberapa faktor penting: Vaksin apa yang tersedia di setiap negara atau wilayah dan "kepada siapa vaksin itu diberikan dan kapan," ujar Omokanye.
"Pertanyaannya adalah: Apakah vaksin tersebut diterima oleh sebagian besar populasi di tempat yang mengalami penyakit paling parah?" Demikian pula dengan sistem perawatan kesehatan dan akses ke perawatan suportif, dan perbedaan di tingkat lokal dapat menentukan seberapa serius infeksi berkembang dalam suatu populasi. "Semuanya berkontribusi pada gambaran penyakit parah," tambah Omokanye.
Lima Tahun Sejak Pandemi, COVID-19 Masih Jadi Momok
Organisasi Kesehatan Dunia melaporkan lebih 7 juta orang meninggal akibat COVID-19. Lima tahun setelah pecahnya pandemi, pemimpin dunia dan masyarakat masih harus menghadapi dampaknya.
Foto: LUIS TATO/AFP/Getty Images
Situasi darurat global
Desember 2019, penyakit paru-paru baru didiagnosis di Wuhan, Cina dan menimbulkan kematian. Dalam beberapa minggu, virus corona baru memicu tantangan global: Tanggal 11 Maret 2020, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan COVID-19 sebagai pandemi. Otoritas kesehatan dengan cepat mengembangkan tes usap untuk mendiagnosis penyakit ini, dalam foto sedang dilakukan oleh tenaga medis di Beijing
Foto: NOEL CELIS/AFP/Getty Images
Petugas medis bekerja hingga lewat batas
Dengan cepat menjadi jelas bahwa COVID-19 sering kali berakibat fatal, terutama bagi warga lanjut usia atau mereka yang sebelumnya memiliki catatan kondisi medis. Tenaga medis seperti perawat ini di Brussels ini bekerja hingga kelelahan. Fakta bahwa virus ini terus bermutasi selama pandemi, menambah tantangan dunia medis.
Foto: ARIS OIKONOMOU/AFP/Getty Images
Sistem kesehatan nyaris ambruk
Jumlah pasien yang sangat banyak membuat banyak rumah sakit mencapai batasnya. Di rumah sakit di kota Chongqing, Cina, Desember 2022 tempat tidur dijejali di lobi rumah sakit. Di India, sistem kesehatan nyaris ambruk, dengan orang-orang yang putus asa menunggu di luar fasilitas kesehatan yang penuh sesak. Saat itu India mencatatkan 2.000 kematian per hari akibat COVID-19.
Foto: NOEL CELIS/AFP/Getty Images
Italia kewalahan
Di Eropa, Italia terdampak sangat berat. Akhir Maret 2020, truk militer mulai mengangkut korban meninggal COVID-19 di Bergamo ke krematorium di sekitar area, karena fasilitas di kota tersebut sudah kelebihan beban. Lombardy pernah mencatatkan 300 kasus kematian hanya dalam satu hari.
Foto: MIGUEL MEDINA/AFP/Getty Images
Masker: Repot tapi perlu
Kala itu, sulit membayangkan kehidupan sehari-hari tanpa masker wajah, yang sangat penting untuk membantu membatasi penyebaran virus. Di awal pandemi, masker dijahit dari kain, tetapi masker N95 segera menjadi standar. Di banyak tempat, memakai masker di tempat umum menjadi kewajiban selama dua tahun lebih. Peneliti menegaskan, masker yang dipakai dengan baik, membantu mengurangi sebaran infeksi
Foto: MAHMUD HAMS/AFP/Getty Images
Sepinya jalanan bagai dikota hantu
Jalanan New York sepi sejak tahap awal pandemi. Hampir semua negara menerapkan pembatasan kontak dan lockdown (penguncian) panjang untuk melindungi orang dari virus. Tempat penitipan anak dan sekolah sebagian besar tetap tutup, begitu juga kafe, restoran, pub, kolam renang, dan salon rambut. Di mana-mana orang berusaha bekerja dari rumah.
Foto: TIMOTHY A. CLARY/AFP/Getty Images
"Bye, bye" kehidupan sosial
Pandemi memaksa banyak bisnis terhenti. Perdagangan dan perekonomian runtuh, dan kehidupan sosial terputus di mana-mana, sehingga menyebabkan krisis keuangan global. Bahkan setelah pembatasan dilonggarkan, langkah-langkah perlindungan tetap diberlakukan, misalnya pemakaian layar pembatas plastik di toko dan restoran, seperti yang terlihat di ibu kota Thailand, Bangkok
Foto: MLADEN ANTONOV/AFP/Getty Images
Atur jarak, jangan derkat-dekat, ah!
Di Mission Dolores Park, San Francisco, lingkaran di rumput menunjukkan seberapa dekat orang diperbolehkan duduk, jarak tersebut dimaksudkan untuk meminimalkan risiko infeksi. Meskipun infeksi menurun selama bulan-bulan musim panas, langkah-langkahhigiene, dengan jaga jarak sering kali tetap ketat. Di beberapa negara, orang bahkan tidak diperbolehkan meninggalkan rumah mereka.
Foto: JOSH EDELSON/AFP/Getty Images
Antre vaksinasi
Agustus 2021, para warga India akhirnya bisa divaksinasi dengan vaksin Covishield. Di Uni Eropa, vaksin COVID-19 pertama dari BioNTech/Pfizer tersedia akhir 2020. Lalu, vaksin dari Moderna dan AstraZeneca disetujui melalui prosedur percepatan. Orang lanjut usia dan sakit, dan tenaga kesehatan, menjadi yang pertama divaksin. Banyak negara miskin harus menunggu lebih lama untuk mendapatkan vaksin.
Foto: DIPTENDU DUTTA/AFP/Getty Images
Dilarang biar aman, malah protes
Langkah-langkah ketat untuk memperlambat sebaran COVID-19 mendapat penolakan dari beberapa kalangan di seluruh dunia, seperti yang terlihat di Paris pada September 2021. Di banyak negara, termasuk Jerman, ekstremis sayap kanan menyusup ke dalam protes tersebut. Teori konspirasi jadi bagian tak terpisahkan dari oposisi menentang kebjiakan resmi dan vaksin. Virus corona diklaim 'senjata biologis.'
Foto: BENOIT TESSIER/REUTERS
Balik lagi ke sekolah
Di Jerman, anak-anak kembali ke sekolah setelah liburan musim panas 2020, setelah berbulan-bulan belajar di rumah akibat lockdown (penguncian). Homeschooling menjadi ujian berat bagi orang tua dan siswa, dan menurut studi, bahkan lima tahun setelah pandemi dimulai, banyak anak dan remaja masih menderita kesepian dan masalah kesehatan mental.
Foto: INA FASSBENDER/AFP/Getty Images
Kompetisi tanpa sorak sorai
Pada Juli 2021, para pesepeda ini menunjukkan keterampilan mereka di Olimpiade Tokyo, namun hampir tidak ada yang bisa mendukung mereka. Setelah pecahnya pandemi, acara olahraga yang awalnya direncanakan pada 2020 ditunda setahun — namun virus corona masih menguasai dunia setahun kemudian. Akibatnya, Olimpiade Musim Panas digelar di depan tribun yang sebagian besar kosong.
Foto: LIONEL BONAVENTURE/AFP/Getty Images
Berakhir dengan kewaspadaan
Organisasi Kesehatan Dunia WHO mengakhiri keadaan darurat kesehatan internasional 5 Mei 2023, namun menyatakan virus corona tetap berbahaya. Menurut WHO, sekitar 7 juta orang dipastikan meninggal akibat COVID-19, namun perkiraan lain menyebutkan jumlah totalnya mencapai 20 juta. Di London, simbol hati merah digunakan untuk memperingati orang-orang yang meninggal akibat COVID-19.
Foto: JUSTIN TALLIS/AFP/Getty Images
13 foto1 | 13
Apa yang membuat Nimbus berbeda dari subvarian Omicron lainnya?
ECDC dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengklasifikasikan Nimbus sebagai Varian dalam Pemantauan (VOM) karena dua mutasi khas pada "spike" virus. Varian Nimbus memiliki dua mutasi penting pada proteinspike yang mungkin membuatnya berbeda dari varian sebelumnya—baik dalam hal penularan, keparahan, atau respons terhadap vaksin/imun.
Spike adalah 'tonjolan seperti duri' yang memungkinkan virus menempel dan menginfeksi sel-sel manusia. Sejak SARS-CoV-2 pertama kali muncul, Spike telah mengalami mutasi secara terus menerus.
Mutasi protein spike mengurangi kemampuan antibodi manusia untuk menetralkan infeksi dan lainnya yang meningkatkan kemampuan virus untuk menghindari antibodi manusia. VOM adalah kategori terendah dalam suatu sistem di mana tahap yang lebih parah adalah Varian yang Diminati atau Variant of Interest (VOI) dan Varian yang Dikhawatirkan atau (VOC).
Boneka Suarakan Penderitaan di Masa Corona
03:47
This browser does not support the video element.
Begini penjelasan dari ECDC: Ada Sistem Klasifikasi Varian (dari rendah ke tinggi) dalam mutasi virus tersebut:
Variant Under Monitoring (VOM)
Varian yang memiliki mutasi genetik penting, tapi dampaknya belum jelas.
Masih dalam pemantauan karena berpotensi menimbulkan risiko di masa depan.
Variant of Interest (VOI)
Varian yang sudah terbukti memiliki dampak tertentu, seperti peningkatan penularan atau kemungkinan lolos dari kekebalan tubuh.
Perlu perhatian lebih dan pemantauan ketat.
Variant of Concern (VOC)
Varian dengan dampak nyata dan signifikan, misalnya:
Lebih mudah menular
Menyebabkan gejala lebih berat
Menurunkan efektivitas vaksin atau pengobatan
Contoh VOC terdahulu: Delta, Omicron
Artikel ini pertama kali terbit dalam bahasa Inggris