BioNTech Akan Produksi 2 Miliar Dosis Vaksin Covid-19
12 Januari 2021
BioNTech akan menggandakan target produksi yang tadinya 1,3 miliar dosis tahun ini menjadi 2 miliar dosis. Pabrik baru di Marburg akan mulai beroperasi bulan Februari dengan kapasitas 750 juta dosis per tahun.
Iklan
Pembuat vaksin corona Jerman BioNTech dan raksasa farmasi AS Pfizer mengatakan akan meningkatkan produksi vaksin Covid-19 hingga 2 miliar dosis tahun 2021. Demikian disebutkan dalam sebuah pernyataan yang dirilis Senin (11/1) di Jerman dan Amerika Serikat.
Sebelumnya BioNtech dan mitranya Pfizer menargetkan produksi 1,3 miliar dosis untuk 2021. Namun permintaan terhadap vaksin dengan tingkat efikasi di atas 95 persen itu terus meningkat.
BioNTech mengatakan, peningkatan produksi akan dicapai melalui perbaikan proses produksi, sekaligus peningkatan kapasitas pada pemasok dan mitra-mitra produksi. Dokumen rencana peningkatan produksi telah diserahkan kepada Komisi Sekuritas dan Bursa AS, SEC.
BioNTech mengatakan pabrik barunya di kota Marburg Jerman, akan mulai berproduksi pada bulan Februari, dengan kapasitas produksi tahunan hingga 750 juta dosis vaksin.
50 juta dosis vaksin sudah diproduksi
BioNTech menyatakan Minggu (10/1), sejauh ini sudah 50 juta dosis vaksin diproduksi dan sekitar 33 juta dosis vaksin yang telah didistribusikan. Untuk tahun 2021 direncanakan total produksi mencapai 2 miliar dosis, yang cukup untuk memvaksinasi 1 miliar orang, karena satu orang perlu dua dosis vaksin.
Iklan
Seorang juru bicara BioNTech mengatakan, sisanya yang belum didistribusikan masih menunggu diambil pemesannya, karena harus mempersiapkan kapasitas penyimpanan lebih dulu. Vaksin BioNtech/Pfizer harus disimpan pada suhu minus 70 derajat Celcius.
Saat ini, vaksin BioNTech/Pfizer diproduksi di kantor pusat BioNTech di kota Mainz, Jerman, di pabrik di Belgia, dan di beberapa pabrik di AS.
Vaksin BioNTech/Pfizer adalah vaksin Covid-19 pertama yang mendapat izin penggunaan dari otoritas kesehatan Uni Eropa. Selain itu, vaksin tersebut juga sudah disetujui untuk digunakan di AS, Inggris, Arab Saudi serta setidaknya 19 negara lain.
Vaksin Covid-19 yang Sudah Siap Pakai dan Masuki Uji Fase Akhir
Ada 4 vaksin Covid-19 yang sudah berizin dan digunakan secara massal. Efikasinya diklaim antara 70% hingga 95%. Sedikitnya ada 7 kandidat vaksin lainnya yang masuk fase akhir uji klinis dan akan segera diluncurkan.
Foto: H. Pennink/AP Photo/picture-alliance
Vaksin BioNTech/Pfizer dari Jerman
Perusahaan Bio-farmasi BioNTech dari Jerman yang digandeng Pfizer dari AS menjadi yang pertama umumkan sukses memproduksi vaksin anti-Covid-19 yang diberi nama BNT162b2 dengan efektifitas 95%. Vaksinnya sudah mendapat izin. Vaksinasi massal di AS dan Jerman dimulai bulan Desember 2020. Satu-satunya kendala, vaksin harus didinginkan hingga minus 70°C sebelum dipakai.
Foto: SvenSimon/picture alliance
Vaksin Moderna dari Amerika Serikat
Perusahaan Bio-farmasi Moderna dari AS menyusul umumkan sukses dengan vaksin yang diberi nama mRNA-1273 dengan efektifitas 94,5%. Belum lama ini UE izinkan vaksin. Sama dengan BioNTech, vaksin dikembangkan dengan teknologi teranyar berbasis mRNA virus. Keunggulan vaksin Moderna adalah hanya perlu pendinginan minus 30° C dan tahan seminggu dalam lemari pendingin biasa.
Foto: picture-alliance/NurPhoto/J. Porzycki
Vaksin AstraZeneca/Oxford dari Inggris
Perusahaan farmasi AstraZeneca dari Inggris menjadi yang ketiga umumkan sukses uji coba vaksin yang ampuh 70% hingga 90%. Pengembangan vaksin menggandeng para ilmuwan dari Oxford University. Unsur aktifnya AZD1222 berasal dari gen virus corona yang dilemahkan dan sudah diuji klinis pada 60.000 responden.
Foto: picture-alliance/Flashpic
Vaksin Janssen/Johnson&Johnson dari AS
AS dan Kanada sudah memberikan izin bagi vaksin Johnson & Johnson. Vaksin berasal dari vektor virus yang memicu jawaban imunitas perlindungan tubuh. Disebutkan pemberian satu dosis vaksin mencukupi untuk mengembangkan antibodi pencegah Covid-19.Juga penyimpanan vaksin relatif mudah pada kulkas yang lazim.
Foto: Michael Ciaglo/Getty Images
Vaksin Sinovac dari Cina
Perusahaan farmasi Sinovac Biotech dari Cina sedang menuntaskan fase tiga uji klinis vaksin Covid-19 dengan sekitar 29.000 responden. Uji klinis skala besar dilakukan di Brazil, Indonesia dan Turki. Vaksin dikembangkan dari virus corona yang inaktif.
Foto: Wang Zhao/AFP/Getty Images
Vaksin Sinopharm dari Cina
Perusahaan farmasi lain dari Cina, Sinopharm juga sudah masuki fase tiga uji klinis kandidat vaksinnya pada 55.000 responden. Uji klinis antara lain dilakukan di Uni Emirat Arab, Bahrain, Yordania, Maroko, Peru dan Argentina. Sinopharm menggunakan virus yang inaktif sebagai basis pembuatan vaksinnya.
Foto: picture-alliance/Photoshot/Z. Yuwei
Vaksin Sputnik V dari Rusia
Berdasar klaim sendiri, Rusia menyatakan vaksin Sputnik V buatan Gamaleya ampuh perangi Covid-19. Vaksin yang kini sudah mendapat izin regulasi dari Moskow itu dilaporkan baru melakukan uji klinis fase 1 dan 2 tanpa kejelasan berapa jumlah sampelnya. Vaksinnya berbasis vektor adenovirus manusia yang diizinkan WHO. Penulis: Agus Setiawan
Foto: picture-alliance/dpa/V. Pesnya
7 foto1 | 7
Vaksin juga ampuh terhadap varian baru
Vaksin COVID-19 yang dikembangkan oleh BioNTech juga dapat melindungi dari virus corona yang mengalami mutasi dan muncul di Inggris serta Afrika Selatan, demikian menurut studi awal laboratorium terbaru yang dilakukan para peneliti di Pfizer dan University of Texas, AS.
Pada 20 partisipan yang divaksinasi, antibodi yang dihasilkan berhasil melawan virus yang bermutasi. Meskipun tes ini hanya dilakukan dalam kondisi laboratorium dan kelompok uji yang terbatas, para peneliti mengatakan data-datanya cukup meyakinkan.
Varian virus corona yang baru ditemukan di Inggris dan Afrika Selatan terbukti bisa menular jauh lebih cepat, walaupun tidak mengakibatkan gejala penyakit yang lebih berbahaya. Namun karena penularannya cepat, situasi ini bisa membuat rumah sakit dan fasilitas kesehatan kewalahan. Situasi seperti itu bisa membahayakan keselamatan pasien.
hp/as (dpa, afp, rtr)
Inilah Efek Samping Vaksin Corona
Reaksi tubuh jika divaksin menandakan kita membangun kekebalan terhadap bibit penyakitnya. Tapi kadang ada efek samping serius yang kasusnya individual. Kenali apa saja efek samping vaksin corona.
Foto: Robin Utrecht/picture alliance
Vaksin Biontech-Pfizer
Pada fase uji klinis, unsur aktif BNT162b2 dari perusahaan BioNTech dari Jerman dan Pfizer dari AS tidak menunjukkan efek samping serius. Tapi setelah mendapat izin, vaksin mRNA ini tunjukkan reaksi alergi berat pada beberapa orang, bahkan tiga mengalami gejala syok anaphylaktis. Ketiga orang itu tidak punya riwayat alergi. Karenanya pengidap alergi disarankan konsultasi sebelum divaksin.
Foto: Jack Guez/Getty Images/AFP
Vaksin Moderna
Vaksin mRNA-1273 dari perusahaan Moderna AS, pada prinsipnya sangat mirip dengan vaksin BioNTech/Pfizer. Setelah dilakukan vaksinasi, muncul laporan efek samping berupa reaksi alergis. Dan pada kasus sangat kecil, kelumpuhan sementara saraf wajah. Efek samping diduga dipicu partikel lipid nano yang menjadi transporter unsur aktifnya, yang diuraikan oleh tubuh.
Foto: Jospeh Prezioso/AFP/Getty Images
Vaksin AstraZeneca - Universitas Oxford
Inggris memberikan izin darurat penggunaan vaksin AstraZeneca yang unsur aktifnya disebut AZD 1222. Berbeda dengan dua vaksin yang pertama mendapat izin, vaksin buatan perusahaan Inggris/Swedia ini adalah vaksin vektor yang dikembangkan dari virus flu simpanse yang dilemahkan. Sejauh ini belum ada efek samping vaksin yang dilaporkan, selain reaksi normal yang khas.
Foto: Gareth Fuller/AP Photo/picture alliance
Vaksin Sputnik V
Rusia sudah izinkan vaksin Sputnik V buatan pusat riset Gamaleja di Moskow, Agustus 2020. Padahal uji klinis fase 3 dengan sampel luas belum dilakukan. Vaksin menggunakan dua unsur aktif adenovirus berbeda yang dimodifikasi. Walau kontroversial, ratusan ribu orang di Rusia, Belarus, India, Brasil, UAE dan Argentina telah divaksin Sputnik V. Tidak ada laporan resmi mengenai efek samping.
Foto: Maria Eugenia Cerutti/AFP
Vaksin Sinovac Biotech
Cina izin darurat penggunaan vaksin Sinovac sejak Juli 2020. Unsur aktif vaksin yang diberi nama CoronaVac adalah virus inaktif. Uji klinis fase 3 secara massal telah dilakukan di Indonesia, Turki dan India. Laporan resmi efek samping yang dirilis perusahaan di Beijing itu sebutkan kurang dari 5% keluhkan reaksi yang umum. Indonesia sejauh ini telah menerima 3 juta dosis vaksin Sinovac. (as/vlz)