BioNTech-Pfizer Efektif terhadap Dua Varian Baru Corona
9 Februari 2021
Hasil studi lab menemukan bahwa vaksin BioNTech-Pfizer efektif melawan varian baru virus corona Inggris dan Afrika Selatan. Menkes Jerman Jens Spahn menyuarakan keyakinannya terhadap tiga vaksin yang disetujui Uni Eropa.
Iklan
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Senin (08/02) menyatakan kekhawatiran soal kemanjuran vaksin COVID-19 terhadap varian baru virus corona. Tetapi berdasarkan penelitian terbaru, vaksin BioNTech-Pfizer terbukti efektif melawan dua varian virus corona.
Ulasan yang diterbitkan dalam jurnal Nature Medicine tersebut mendukung hasil penelitian yang telah diselesaikan Pfizer dan University of Texas pada akhir Januari 2021.
Ketika hasil studi itu dirilis, BioNTech dan Pfizer mengatakan tidak dibutuhkan vaksin baru untuk melawan mutasi virus corona yang pertama kali ditemukan di Inggris dan Afrika Selatan.
Namun demikian, transformasi virus mematikan ini membuat data klinis dan observasi lanjutan sangat diperlukan. Para ahli mengatakan bahwa vaksin yang saat ini digunakan akan tetap efektif melawan kemungkinan varian baru virus di masa depan.
Uni Eropa pesan ratusan juta dosis BioNTech-Pfizer
Komisi Eropa telah menyelesaikan kesepakatan untuk menerima tambahan 300 juta dosis vaksin virus corona buatan BioNTech-Pfizer. Sebelumnya Uni Eropa (UE) telah membuat kesepakatan dengan Pfizer pada November lalu untuk pengadaan 300 juta dosis vaksin dan kemudian penambahan 300 juta dosis pada Januari 2021.
Negara dengan Kuota Vaksinasi Corona Tertinggi di Dunia
Sejumlah negara ngebut melakukan vaksinasi corona untuk meredam pandemi Covid-19 secara efektif. Yang mengejutkan, sejumlah negara kecil mencapai kuota vaksinasi per kapita tertinggi di dunia.
Foto: picture-alliance/dpa/Geisler-Fotopress
Israel Terdepan
Israel berada di peringkat paling atas sebagai negara dengan kuota vaksinasi corona per kapita tertinggi sedunia. 96% dari seluruh populasi yang jumlahnya 8,6 juta orang minimal sudah mendapat dosis pertama vaksin (posisi 08/03/21). Sukses negara Yahudi itu untuk mengerem pandemi Covid-19 mendapat acungan jempol. Kini kehidupan publik berangsur normal, tapi prokes tetap dijalankan.
Foto: Ronen Zvulun/REUTERS
Uni Emirat Arab di Posisi Dua
Uni Emirat Arab (UEA) menyusul di posisi kedua dengan kuota vaksinasi per kapita mencapai 62 per 100 penduduk. Sekitar 6,8 juta dari lebih 9 juta penduduk UEA sudah mendapat vaksin corona dosis pertama. UAE menggunakan vaksin Sinovac buatan Cina untuk program vaksinasi massal gratis. Saat ini Dubai mulai "roll out" vaksinasi dengan vaksin buatan BioNTech-Pfizer.
Foto: Getty Images/AFP/K. Sahib
Inggris
Inggris mencatatkan kuota vaksinasi corona per kapita pada kisaran 31 per 100 orang. Dengan jumlah populasi hampir 86 juta orang, berarti lebih dari 28 juta warga Inggris sudah mendapat vaksin corona. Aktual ada tiga jenis vaksin yang digunakan, yakni buatan BioNTech-Pfizer, Moderna dan AstraZeneca.
Foto: Victoria Jones/AFP/Getty Images
Amerika Serikat
Amerika Serikat juga ngebut memerangi pandemi Covid-19, setelah terganjal beberapa bulan oleh politik Trump. Aktual kuota vaksinasi per kapita mencapai 23,5 per 100 orang. Artinya hingga saat ini sudah lebih dari 76 juta dari total 331 juta populasi AS mendapat minimal satu dosis vaksin buatan BioNTech-Pfizer atau Moderna. Presiden terpilih Joe Biden mendapat vaksinasi sebagai aksi simbolis.
Foto: Tom Brenner/REUTERS
Serbia
Serbia, salah satu negara bekas Yugoslavia dengan populasi 7 juta orang juga ngebut dengan program vaksinasi massal. Kuotanya mencapai 22 per 100 orang (posisi 4/3/21) Menteri kesehatan Serbia, Zlatibor Loncar secara simbolis mendapat vaksinasi anti Covid-19 buatan Sinopharm, Cina di Beograd akhir Januari silam.
Foto: Nikola Andjic/Tanjug/ Xinhua News Agency/picture alliance
Chile
Negara kecil di Amerika Selatan, Chile juga melakukan vaksinasi massal dengan cepat. Negara dengan populasi sekitar 19 juta orang itu sudah mencapai kuota 19,2 per 100 penduduk. Presiden Sebastian Pinera mendaat suntikan vaksin perdana secara simbolis pertengahan Februari lalu di kota Futrono. Vaksin yang digunakan adalah Sinovac buatan Cina.
Bahrain menjadi negara di kawasan Teluk berikutnya yang mencatatkan kuota tinggi vaksinasi corona dengan 17,8 per 100 orang. Registrasi vaksinasi di negara kecil berpenduduk sekitar 1,6 juta orang itu dilakukan menggunakan aplikasi mobile. Vaksinasi menggunakan dua jenis vaksin dalam program ini, yakni vaksin buatan Sinopharm dan buatan BioNTech-Pfizer.
Foto: Imago/Sven Simon
Denmark
Denmark negara kecil di Eropa dengan populasi 5,8 juta mencatatkan kuota vaksinasi corona per kapita 11 per 100 warga. Jika dilihat angka mutlaknya relatif kecil, hanya sekitar 600 ribu warga yang mendapat vaksinasi. Tapi dilihat dari kuota per total populasi angka itu cukup tinggi.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mendapat vaksin Sinovac buatan Cina saat memulai kampanye vaksinasi massal di Ankara pertengahan Januari silam. Saat ini kuota vaksinasi di Turki mencapai sekitar 11 dari 100 warga di negara dengan populasi 82 juta orang itu.
Foto: Murat Cetinmuhurdar/Presidential Press Office/REUTERS
Jerman
Jerman belakangan catat pertambahan kasus covid-19, menjadi lebih dari 2,5 juta orang dan lebih dari 72.000 korban meninggal. Walau vaksin BioNTech berasal dari Jerman, namun pembagiannya tergantung Uni Eopa. Jerman baru mencatat 7,9% vaksinasi corona bagi 83 juta penduduknya. Strategi vaksinasi dikritik sebagai amat lamban dan kurang efektif. Penulis Agus Setiawan (as/pkp)
Foto: Markus Schreiber/AP Photo/picture alliance
10 foto1 | 10
Menkes Jerman percaya kemanjuran vaksin BioNTech-Pfizer
Pada hari Senin (08/02), Menteri Kesehatan Jerman Jens Spahn menyuarakan keyakinannya terhadap kemanjuran ketiga vaksin (BioNTech-Pfizer dan AstraZeneca) yang telah disetujui Uni Eropa.
Keputusan itu diambil Afrika Selatan merujuk pada rendahnya efektivitas vaksin terhadap infeksi ringan dan sedang, yang berasal dari varian B.1351.
Iklan
Jerman ubah kebijakan untuk menghindari pemborosan
Spahn juga mengumumkan perubahan dalam kebijakan vaksinasi Jerman. Orang-orang seperti petugas kesehatan dan petugas layanan darurat akan diizinkan untuk lebih awal mendapatkan suntikan vaksin, sebagai upaya untuk menghindari pemborosan vaksin yang telah dibuka dan harus digunakan atau dibuang di hari yang sama.
Menkes Spahn mendesak mereka "yang memiliki tanggung jawab politik untuk memberikan contoh yang baik," dengan sabar menunggu giliran. Pernyataan tersebut muncul lantaran ada beberapa individu yang menggunakan posisinya untuk mendapatkan vaksin meski berada dalam kelompok non-risiko.