1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
EkonomiEropa

Bisakah Finlandia dan Swedia Bantu Dekarbonisasi Eropa?

Sergio Matalucci
22 Juni 2022

Uni Eropa sedang berusaha mengurangi ketergantungan dan menggalakkan program dekarbonisasi perekonomian. Swedia dan Finlandia adalah dua negara yang memiliki cukup banyak sumber daya alam. Namun, apa saja hambatannya?

Penambangan logam tanah jarang di Cina
Penambangan logam tanah jarang di CinaFoto: AP Photo/AP Images/picture alliance

Uni Eropa (UE) ingin mengurangi ketergantungannya pada bahan bakar fosil Rusia sambil mempercepat upaya dekarbonisasi perekonomian. Namun, dalam proses produksi dibutuhkan banyak bahan baku penting, terutama litium. Sedangkan kegiatan pertambangan litium yang relevan terkonsentrasi di Asia, Oseania, dan Amerika Selatan.

Finlandia dan Swedia, dua negara Eropa yang saat ini mengajukan keanggotaan di NATO, memiliki tradisi penambangan yang panjang dan dapat membantu mengatasi kekurangan bahan mentah di Uni Eropa. Namun, apakah kedua negara masih punya cukup kapasitas?

"Kami adalah negara pertambangan paling penting di UE. Swedia sendiri memproduksi lebih dari 90% dari semua bijih besi yang diproduksi di UE, kata Maria Suner, Ketua Asosiasi Pertambangan, Produsen Mineral dan Logam Swedia SVEMIN, kepada DW. Namun, Swedia hanya memasok seperempat dari apa yang dibutuhkan UE. Itu berarti, sekitar 70 persen bijih besi tetap harus diimpor.

Maria Suner mengatakan, Finlandia dan Swedia berbagi batuan dasar Fennoscandian yang kaya mineral. Batuan padat di bawah semenanjung Skandinavia dan Kola memiliki potensi untuk menyediakan segala bahan mentah yang sangat dibutuhkan UE.

Komisi Eropa tahun 2011 telah menyusun daftar apa yang disebut bahan baku kritis, CRM. Daftar CRM disusun berdasarkan nilai ekonomi dan risiko pasokan. Saat ini, daftarnya semakin panjang.

Hambatan saat ini

Persaingan lahan selalu menjadi masalah di wilayah Utara dengan fokus pada kehutanan. Peningkatan penambangan sering ditentang oleh banyak pecinta lingkungan dengan alasan perlunya melindungi keanekaragaman hayati.

Bulan Maret lalu, pemerintah Swedia mengizinkan eksploitasi deposit bijih besi terbesar di negara itu yang belum ditambang. Namun, para aktivis lingkungan segera melancarkan protes. Tokoh gerakan Fridays for Future Greta Thunberg mengatakan Swedia telah "melancarkan perang terhadap alam."

Finlandia, Norwegia, dan Swedia adalah negara-negara dengan tingkat kepadatan penduduk paling rendah di Eropa, tetapi banyak kawasan yang berpenduduk jarang seringnya merupakan kawasan yang dilindungi.

"Memang hampir setengah wilayah Swedia adalah daerah penggembalaan rusa bagi orang Sami, satu-satunya orang pribumi di Eropa," kata Maria Suner. "Namun, area yang dibutuhkan untuk penambangan sangat terbatas dan kami tahu bagaimana meminimalkan dampaknya."

Penambangan perlu waktu panjang

Di Uni Eropa, diperlukan waktu hingga 25 tahun mulai dari fase eksplorasi hingga dimulainya penambangan komersial. SVEMIN telah mengusulkan 27 langkah pembaruan untuk sektor pertambangan, termasuk memperpendek prosedur perizinan. Kekhawatiran tentang dampak lingkungan memang sering berbenturan dengan upaya dekarbonisasi jangka panjang, tidak hanya di Swedia atau Finlandia saja. Situasi geopolitik saat ini mungkin bisa meningkatkan penerimaan warga, tetapi tetap diperlukan kehati-hatian. Uni Eropa harus hati-hati untuk tidak terlalu menekan satu negara demi menghindari perlawanan lokal yang dapat dengan mudah mengubah opini publik, kata Pekka Suomela, Ketua Asosiasi Pertambangan Finlandia FINNMIN kepada DW.

Kendala lain yang mungkin terjadi di masa depan berkaitan dengan harga energi, yang masih cukup moderat di Swedia dan Finlandia, jauh di bawah tingkat yang dicapai di Eropa tengah. Namun, peningkatan aktivitas pertambangan membutuhkan investasi besari.

Permintaan akan terus meningkat

Estonia, negara lain yang berbatasan dengan Rusia, juga aktif dalam rantai pasokan teknologi bersih, dan menjadi satu-satunya fasilitas pemrosesan logam tanah jarang komersial di Eropa. Fasilitas ini dimiliki oleh perusahaan teknologi yang berbasis di Toronto, Neo Performance Materials. Perusahaan ini tahun 2020 memperluas pasokan bahan baku tanah jarang mereka di dekat Teluk Finlandia.

Constantine Karayannopoulos, Direktut Utama Neo Performance Materials mengatakan kepada DW, perang di Ukraina menyebabkan banyak perusahaan berusaha keras mencari sumber daya alam yang lebih dekat lokasinya. "Neo tidak terkecuali," jelasnya. Perusahaannya memasok bahan mentah dari Kola, semenanjung Rusia, yang telah menjadi pemasok selama lebih 40 tahun.

"Pertimbangan geopolitik selalu menjadi faktor, tetapi pendorong utama bagi kami tetap permintaan pelanggan," kata Karayannopoulos. Saat ini, permintaan kelihatannya akan terus meningkat. Menurut Asosiasi Logam Eropa Eurometaux, penggunaan litium dalam teknologi bersih dapat meningkat secara mengejutkan sampai lebih 2100 persen hingga 2050.

(hp/ha)

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait