1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
EkonomiGlobal

Bisnis Jet Pribadi Makin Marak Selama Pandemi

Timothy Rooks
4 Desember 2021

Sementara bisnis penerbangan komersial jatuh bangun selama pandemi, bisnis jet pribadi justru makin berkembang. Selain memberikan kenyamanan, menggunakan jet pribadi menjadi simbol status para miliarder baru.

Bintang pop Lady Gaga dengan jet pribadinya di Sydney
Bintang pop Lady Gaga dengan jet pribadinya di SydneyFoto: Dean Lewins/Getty Images

Jet pribadi dapat membuat mereka yang memiliki cukup uang jadi ketagihan. Sekali mencoba, orang terus ingin menggunakannya. Karena dengan jet pribadi orang tidak harus berdiri di antrean panjang pemeriksaan keamanan atau pengambilan koper. Selama beberapa dekade, jet pribadi mejadi simbol status tertinggi para superkaya. Sekarang situasinya mulai berubah. Pasar jet pribadi makin luas.

Sejak awal pandemi, lebih banyak penumpang yang tertarik menyewa jet khusus, besar atau kecil, demi kenyamanan dan keamanan dari virus. Dengan jet pribadi, orang tidak perlu berbagi tempat dengan penumpang atau pelancong lain, dan bisa pergi ke banyak tempat lain yang tidak dicapai oleh penerbangan komersial.

Ketika banyak negara menutup perbatasannya untuk penerbangan komersial karena khawatir varian corona, jet pribadi hampir selalu akan diizinkan masuk. Karena itu, bakal makin banyak miliarder yang bepergian dengan menyewa atau membeli jet pribadi.

Jet pribadi punya tempat parkir khusus di bandara-bandara internasiomalFoto: Taiwan CNA/ZUMA Wire/imago images

Lonjakan penyewaan jet pribadi

Yang bertambah secara signifikan sebenarnya bukan pemilik jet pribadi, melainkan mereka yang ingin menyewa. Perusahaan terbesar penyewaan jet pribadi, NetJets, sekarang memiliki armada beragam dengan lebih 760 pesawat untuk kapasitas enam hingga 14 penumpang. Net Jets saat ini menjadi operator pesawat terbesar di dunia.

Perusahaan itu menawarkan berbagai program berlangganan prabayar, yang menjamin jumlah jam terbang tertentu, atau ada juga opsi untuk membeli jet secara patungan. Program yang paling laku adalah penyewaan untuk satu kali terbang atau model leasing.

Tahun ini, jam terbang jet pribadi diperkirakan naik hampir 50% dibanding tahun 2020, menurut Global Business Aviation Outlook terbaru yang baru saja dirilis bulan Oktober lalu oleh Honeywell Aerospace.

Pasar jet pribadi dalam persaingan ketat

Sekitar 90% operator jet bisnis melaporkan bahwa rencana pembelian mereka tidak terkena dampak negatif dari pandemi yang sedang berlangsung saat ini. Hampir tidak ada pembatalan pesanan yang terjadi. Analis industri penerbangan JETNET iQ memperkirakan, angka penjualan akan melonjak dalam waktu dekat.

Seperti di masa lalu, pasar Amerika Utara yang memainkan peran besar dalam industri ini. Honeywell memperkirakan bahwa sekitar 63% dari permintaan seluruh dunia untuk jet bisnis datang dari operator di Amerika Utara selama lima tahun ke depan. Eropa diperkirakan hanya mencapai 16%, dan kawasan Asia Pasifik sekitar 12%.

Tapi persaingan bisnis di sektor ini makin ketat, terbukti dengan banyaknya operator jet bisnis yang juga membeli pesawat bekas. Karena produsen pesawat tidak mampu memenuhi permintaan terhadap jet pribadi secepat itu. Karena permintaan tinggi, harga pesawat naik sementara suplai pesawat baru makin tersendat.

Sementara perusahaan penerbangan komersial masih berjuang menghadapi pandemi yang menghantam bisnisnya, operator jet pribadi merencakan memperluas armadanya sampai 28% dengan jet bekas selama lima tahun ke depan. Secara keseluruhan, 65% pelaku bisnis penyewaan jet berharap untuk mengoperasikan jet bisnis mereka lebih banyak di tahun mendatang.

hp/yp

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait