BJ Habibie tutup usia hari Rabu (11/09). Di sepanjang hidupnya, Habibie menaruh perhatian besar terhadap pendidikan. Kepada DW, ia pernah titipkan amanah tentang pentingnya pendidikan bagi semua tanpa pandang bulu.
Iklan
Beri kesempatan beasiswa bagi semua yang berbakat, tanpa pandang bulu, tanpa memandang suku, agama maupun ras. Pemerintah harus memberi kebebasan bagi anak bangsa dalam berkiprah baik di tanah air maupun manca negara. Demikian petikan wawancara Deutsche Welle (DW) dengan mantan presiden Bacharuddin Jusuf Habibie, di sela acara Global Media Forum yang mengambil tajuk Budaya, Pendidikan dan Media di Bonn, Juni 2012.
DW: Bagaimana seharusnya yang dilakukan dalam memanfaatkan bantuan Jerman untuk pendidikan teknologi?
BJ Habibie: Pertama, pembangunan yang akan mengandalkan sumber daya manusia tak boleh dibatasi hanya untuk pegawai negeri. Yang benar saja, dong…... Semua rakyat Indonesia berhak merasakan jatah itu. Jadi kendala yang mengharuskan syarat kandidatnya sebagai pegawai negeri, harus dihilangkan. Yang penting mengutamakan, siapa yang berbakat. Kita tidak boleh SARA, membedakan suku, agama dan ras. Kalau berbakat, ya memang orang itu berbakat. Itu pertama hal yang harus diamankan dahulu. Dalam proses seleksi, maupun segalanya.
Murid Sekolah Paling Bodoh di Dunia
Hasil penelitian PISA membuka aib pendidikan di Indonesia, Malaysia dan negara-negara Amerika Selatan. Murid sekolah di sebelas negara ini dinilai berprestasi paling rendah di bidang matematika, membaca dan sains
Foto: picture-alliance/dpa
#1. Peru
Dari 65 negara yang disurvey dalam Program Penilaian Pelajar Internasional 2012, Peru berada di urutan paling buncit. Untuk itu PISA menganalisa kemampuan murid sekolah berusia 15 tahun di tiga bidang, membaca, matematikan dan ilmu pengetahuan alam. Hasilnya Peru mendapat skor umum sebesar 375. Nilai tertinggi diraih murid Shanghai dengan nilai 587 dan rata-rata skor negara maju berkisar 497
Foto: Enrique Castro Mendívil/PRODAPP Program
#2. Katar
Sekitar 70% murid Katar dikategorikan "berprestasi rendah" di bidang matematika. Terlebih negeri kecil di Teluk Persia ini mencatat tingkat kehadiran siswa paling rendah. Lebih dari 29% tercatat pernah bolos selama beberapa jam atau berhari-hari, jauh lebih tinggi ketimbang rata-rata internasional yang sebesar 25%. Tidak heran jika Katar mendarat di posisi 64 dari 65 negara.
Foto: Getty Images/G.Shkullaku
#3. Indonesia
Bersama Peru dan Qatar, Indonesia yang cuma mendapat perolehan skor sebesar 384 menghuni posisi juru kunci dalam daftar PISA 2012. Indonesia termasuk memiliki jumlah tertinggi siswa yang dikategorikan "berprestasi rendah" di bidang matematika (76%) dan ilmu pengetahuan alam (67%).
Foto: picture alliance/Robert Harding
#4. Kolombia
Selain cuma mencatat nilai total sebesar 393, Kolombia juga tercatat sebagai negara peserta dengan ketimpangan terbesar antara murid perempuan dan laki-laki. Di negeri itu murid laki-laki rata-rata mampu mengungguli murid perempuan sebanyak 31 angka di tiga bidang yang diujikan.
Foto: Imago
#5. Albania
Murid Albania banyak memperbaiki skor PISA sejak pemerintah menggulirkan reformasi pendidikan tahun 2002. Namun begitu negeri pecahan Yugoslavia itu masih berada di urutan terbawah dengan nilai total 395.
Foto: DW/A. Ruci
#6. Tunisia
Angka siswa yang harus mengulang tahun pelajaran di Tunisia termasuk yang tertinggi di dunia, yakni sekitar 36%. Terlebih jumlah murid yang dikategorikan "berprestasi rendah" di bidang matematika mencapai 68%. Sebab itu Tunisia cuma mendapat skor umum 397 dan mendarat di posisi 59 dari 65 negara.
Foto: picture-alliance/dpa/H.Hanschke
#7. Argentina
Dua dari tiga murid sekolah di Argentina dikategorikan "berprestasi rendah." Sebab itu negara di Amerika Selatan ini menduduki posisi 59 dari 65 negara. Secara umum Argentina cuma mendapat skor 397 dalam daftar PISA 2012.
Foto: AP
#8. Yordania
Secara umum murid Yordania mencetak skor 398 dalam daftar PISA. Uniknya di sini murid perempuan mampu mengungguli murid laki-laki di semua bidang yang diujikan. Kendati memiliki perguruan tinggi berkualitas tinggi dibandingkan negara Arab lain, Yordania masih keteteran membenahi kualitas pendidikan dasar untuk murid sekolah menengah ke atas.
Foto: Save the Children
#9. Brazil
Lebih dari 65% murid Brazil gagal menjalani uji matematika. Sebab itu pula Brazil mendarat di posisi 57 dari 65 negara. Negeri raksasa di selatan Amerika ini sebenarnya sudah banyak melakukan perbaikan di bidang pendidikan sejak tahun 2000. Namun begitu statistik mencatat, 36% murid sekolah berusia 15 tahun pernah mengulang tahun pelajaran setidaknya satu kali.
Foto: picture-alliance/dpa
# 10. Uruguay
Seperti negara Amerika Selatan lain, Uruguay juga tercecer di posisi 55 dari 65 negara. Celakanya, prestasi murid di negeri bekas jajahan Portugal ini banyak menurun jika dibandingkan hasil survey tahun 2009. Menurut BBC, Uruguay adalah contoh dimana anggaran pendidikan yang besar saja tidak cukup buat memperbaiki kualitas pendidikan dan prestasi murid.
Foto: picture-alliance/dpa
#11. Malaysia
Dua hal yang menyeret posisi Malaysia ke peringkat 54 dalam daftar PISA 2012 adalah kemampuan membaca dan pemahaman di bidang ilmu pengetahuan alam. Untuk sains negeri jiran itu bahkan tertinggal 81 angka dari rata-rata negara industri maju.
Foto: Reuters/O. Harris
11 foto1 | 11
Saya pun melakukan itu ketika memberi beasiswa untuk industri strategis. Saya tidak pandang bulu, Anda dari mana, agamanya apa. Masa bodoh. Hanya satu..Anda kalau sudah tamat, tak boleh kerja dimana-mana kecuali di tanah air. Dan kalau sudah bekerja di tempat saya, ternyata bagus, dan mendapat tawaran dari tempat lain, baik dia yang saya beri beasiswa hingga S2, S3 atau tidak ber-S (sarjana) atau s-lilin (tertawa), pokoknya yang penting terampil dan mendapat tawaran kerja di tempat lain, silahkan saja.
Namun banyak mahasiswa yang setelah berhasil memilih bekerja di manca negara?
Ya karena di rumahnya (tanah air) tak disediakan. Dia kan harus berkeluarga. Saya datang ke Jerman umur 19 tahun, saya S1, S2, S3 di Jerman. Tapi waktu saya dipanggil pulang, untuk membantu pembangunan, saya tanya dulu, mau buat apa? Kalau disuruh buat panci saya tak mau. Tapi karena bidang saya pesawat terbang, atau high tech, ya OK.
Informasi Beasiswa di Jerman
Tak cukup uang untuk kuliah di Jerman yang terkenal dengan kualitas pendidikannya yang sangat baik? Sejumlah institusi di Jerman bisa mewujudkan impianmu.
Foto: Fotolia/Andres Rodriguez
Friedrich Ebert Stiftung (FES)
Beasiswa hanya diberikan kepada calon mahasiswa yang sudah diterima di universitas atau perguruan tinggi. Aplikasi diajukan ketika mahasiswa sudah berada di Jerman. Informasi selengkapnya: https://www.fes.de/studienfoerderung/ . Organisasi ini terkait erat dengan Partai Sosial Demokrat Jerman SPD. Kemampuan berbahasa Jerman menjadi prasyarat.
Foto: picture-alliance/ ZB
Friedrich Naumann Stiftung (FNS)
Yayasan yang terkait dengan Partai Liberal FDP ini menawarkan bantuan kepada mahasiswa asing yang terdaftar dalam program master dan doktoral di Jerman. Bantuan beasiswa buat prograam master sekitar 800 Euro/bulan, maksimum hingga dua tahun. Mereka yang memperoleh ilmu di Jerman diharapkan dapat meningkatkan kondisi di negara asal setelah kembali. Situsnya: http://bit.ly/1Qn7FU0
Lembaga ini terkait dengan Partai Hijau di Jerman dan fokus pada isu demokrasi, ekologi, solidaritas internasional dan anti kekerasan. Setiap tahun, ada dua kali kesempatan mengajukan aplikasi program beasiswa di yayasan ini, yakni awal Maret dan September. Cek infonya: https://www.boell.de/en/foundation/scholarships
Foto: picture alliance / dpa
Hanns Seidel Stiftung
Yayasan Hanns Seidel beralifiliasi dengan Partai Uni Sosial Kristen CSU. Yayasan ini mendukung pelamar berkualitas tinggi untuk mahasiswa pasca-sarjana (usia maksimal 32 tahun) , yang mempunyai nilai sangat baik, ketrampilan berbahasa Jerman dan catatan dalam keterlibatan sosial-politik. Info bisa diperoleh lebih jauh di: http://www.hss.de/english/scholarships.html
Foto: dapd
Konrad Adenauer Stiftung (KAS)
Bagi mahasiswa yang membutuhkan bantuan uang hidup selama studi di Jerman, bisa mengajukan permohonan bantuan ke orrganisasi yang berafiliasi dengan Uni Kristen Demokrat, CDU ini. Cek situsnya: http://www.kas.de/wf/en/42.8/ atau http://www.kas.de/wf/de/42.34/ Namun pelamar harus ada di Jerman saat mengajukan permohonan.
Foto: picture-alliance/dpa
Hans Böckler Stiftung
Yayasan ini dekat dengan Federasi Serikat Buruh Jerman. Salah satu tujuan program beasiswanya adalah mempromosikan pertukaran pengetahuan antara para sarjana, serikat pekerja dan pekerja. Yayasan ini mencari mahasiswa yang menunjukkan prestasi akademis tetapi terbentur biayai studi. Mereka yang sudah bekerja sebelumnya memiliki kesempatan yang lebih baik. Situs: http://www.boeckler.de/20.htm
Foto: Fotolia/apops
DAAD - Deutscher Akademischer Austauschdienst
Yang sangat banyak bergerak di bidang penyaluran beasiswa adalah DAAD, sebuah lembaga bersama dari institusi pendidikan tinggi dan asosiasi mahasiswa Jerman. Untuk informasi terkini mengenai program beasiswa DAAD secara umum, silakan mengunjungi situsnya: http://www.daadjkt.org/index.php?daad-scholarships . Di situs ini bisa dijumpai berbagai program yang sesuai dengan minat mahasiswa.
Foto: picture-alliance/dpa
Master International Media Studies DW Akademie
Deutsche Welle (DW) juga membuka kesempatan beasiswa untuk para jurnalis yang ingin meraih gelar master, lewat program International Media Studies. Perkuliahan 4 semester dilakukan dalam dua bahasa, Inggris dan Jerman. Info: https://www.dw.com/en/dw-akademie/about-us/s-9519
8 foto1 | 8
Jadi masalahnya ada di pemerintah?
Masalahnya ya di pemerintah, di pemimpin. Yang saya alami waktu saya muda, pemimpin pertama adalah Bung Karno. Saya bisa memperdalam pendidikan, saya tidak langsung disuruh pulang oleh Bung Karno. Dia bilang sudahlah, masuk ke industri, saya S3 waktu itu. Kemudian…ketika dilanjutkan oleh Pak Harto, bila saya dipanggil pulang, namun tak sesuai dengan pendidikan saya, ya saya tak mau. Saya akan tolak.
Perjalanan Sekolah yang Mempertaruhkan Nyawa
Semangat anak-anak kecil ini sungguh luar biasa. Demi merengkuh ilmu, mereka mengambil risiko berbahaya ke sekolah. Menentang arus sungai, memanjat tebing, Bahkan ada yang lima jam berjalan kaki sampai sekolah.
Foto: picture-alliance/dpa/Imaginechina Tao ge
Tangga darurat
Dengan berhati.-hati, murid Desa Atule’er, Liangshan Yi , Sichuan, Cina memanjat kembali ke desa setelah lelah menuntut ilmu di sekolah. Mereka mencengkram tangga bambu/kayu dan tanaman rambat di tebing terjal agar tidak terjatuh. Penduduk desa menggunakan tangga yang sama untuk pergi ke pasar terdekat sekitar seminggu sekali, guna menjual paprika dan kenari atau membeli kebutuhan sehari-hari.
Foto: picture-alliance/dpa/C. Jie/VCG
Dua jam perjalanan
Murid dari Desa Atule’er terbiasa merambat sambil memanjat tebing saat pulang ke rumah selepas sekolah. Lebih dari 70 keluarga tinggal di desa Atule’er, yang berketinggian sekitar 800 meter di atas Sungai Meigu, Liangshan Yi, ini. Demi bisa bersekolah, belasan murid, yang berusia 6 sampai 15, disertai dengan 3 orang dewasa secara teratur menghabiskan 2 jam mendaki tebing.
Foto: picture-alliance/dpa/C. Jie/VCG
Memanjat hampir 1 km
Memanggul ransel, anak-anak sekolah ini mendaki tebing terjal sepanjang 800 meter di Zhaojue, daerah otonomi Liangshan Yi, Provinsi Sichuan, Cina. Mereka pulang sekolah dan dalam perjalanan ke rumah. Setelah nasib anak–anak ini mendapat perhatian masyarakat internasional, mereka dijanjikan akan mendapat tangga baja untuk menggantikan tangga bambu yang rapuh ini.
Foto: picture alliance/AP Images/Chinatopix
Lima jam ke sekolah
Menuju sekolah, murid-murid SD ini menyusuri kaki gunung di tebing gunung yang berbatasan dengan sungai Dadu di Desa Gulu, Wusihe, Hanyuan. Sekolah dasar yang dituju melekat ke tebing curam. Untuk sampai ke sekolah, siswa harus berjalan kaki di jalur-jalur curam selama lima jam. Bahaya mengintai, jika ada angin menerpa saat dalam perjalanan.
Foto: picture-alliance/dpa/Imaginechina Tao ge
Bawa perlengkapan di tengah intaian bahaya
Siswa mengangkut barang mereka untuk kembali ke sekolah di jalur lembah pegunungan terjal di Desa Nongyong, Dahua Yao, Guangxi Zhuang, Cina. Rumah anak-anak tersebar di antara pegunungan & jauh dari sekolah. Sebagian besar dari mereka mendapat akomodasi di sekolah selama semester berlangsung. Namun, ketika musim panas, mereka harus melakukan perjalanan berbahaya ini, antara rumah dan sekolah.
Foto: picture alliance/Photoshot/H. Xiaobang
Andalkan ban karet
Para pelajar SD di provinsi Rizal, Filipina ini menggunakan ban karet sebagai sarana melayari sungai untuk pulang pergi sekolah. Jarak dari rumah ke sekolah sekitar 2 km. Jika arus sungai meluap, ancaman bahaya semakin besar. Di Filipina, akses terhadap pendidikan, terutama di daerah pedesaan, masih menjadi masalah, tetapi tingkat pendaftaran tetap relatif tinggi, yakni mencapai 85 persen.
Foto: picture-alliance/dpa/D. M. Sabagan
Dengan rakit bambu darurat
Siswa SD Filipina menyeberangi sungai dengan rakit bambu darurat di hari pertama tahun ajaran baru di sebuah desa terpencil di provinsi Rizal, timur Manila, Filipina. meskipun hanya 62 persen menyelesaikan sekolah tinggi. Di Filipina, meski minat mendaftar sekolah tergolong tinggi, hanya 62 % yang lulus pendidikan tinggi
Foto: picture-alliance/dpa/D. M. Sabagan
Murid Indonesia juga pernah mengalami
Beberapa anak Indonesia di pelosokl juga pernah mengalami nasib serupa. Tampak anak-anak SD menyeberangi sungai menggunakan jembatan rusak parah di Lebak, Provinsi Banten. Sekian lamanya pemerintah meremehkan risiko bahaya bagi anak-anak yang setiap hari pergi ke sekolah. Mengerikan melihat anak-.anak kecil melalui bahaya di atas jembatan miring yang rusak itu.
Foto: Getty Images/AFP/Str
Sebenarnya bukan jembatan
Siswa SD pergi ke sekolah melalui jembatan gantung yang menghubungkan desa Suro dan desa Plempungan di Boyolali, Jawa Tengah. Rangkaian batang besi sepanjang 30 meter dan lebar 1,5 meter yang terletak 10 meter di atas sungai ini sebenarnya bukan jembatan, tetapi saluran irigasi yang mengalirkan air dari waduk Cengklik ke sawah sekitarnya.
Foto: picture alliance/AA/A. Rudianto
9 foto1 | 9
Bagaimana supaya tenaga muda kita yang mengecap pendidikan di manca negara dapat berpartisipasi dalam pembangunan?
Saya sudah sampaikan pada pemerintah, kalau memberikan beasiswa, misalnya dari Jeman, jangan batasi pada pegawai negeri thok, jangan batasi hanya pada dosen saja. Siapa saja yang pintar dan memenuhi syarat serta mampu menciptakan lapangan kerja di Indonesia, silakan beri kesempatan. Itu satu. Yang kedua, jangan tagih dari orang itu. Itu adalah investasi ke depan. Kita kasih insentif sama perusahaan-perusahaan. Harus begitu. Jangan seperti yang saya alami. Kita kirim orang-orang ke luar negeri, ketika mempersiapkan pesawat terbat 1995, tiba-tiba tahun 1998 ditutup semuanya, tidak dilanjutkan, tak diberikan dana lagi, untuk mengembangkan N250, sedangkan itu dibutuhkan untuk masuk ke pasar tahun 2000.
Medan Berat Murid Iran dalam Menuntut Ilmu
Kelas yang hampir rubuh, perjalanan penuh marabahaya, itulah di antaranya pengalaman para murid sekolah miskin di Iran. Banyak di antara mereka terpaksa putus sekolah.
Foto: yavari.ir
Sampai naik ke meja
Lihat, semangatnya murid yang satu ini. Ia sedang mencoba menjabarkan sesuatu di papan tulis. tembok kelas dipenuhi tambalan koran. Menurut data bidang pendidikan di Iran, negara tersebut masih mengalami kekurangan 52 ribu ruang kelas. Meski ruang kelasnya tambal sulam, murid-murid terlihat tekun memperhatikan rekannya di depan kelas.
Foto: yavari.ir
Ketidaksetaraan jender
Situasi ini diperburuk dengan perbedaan perlakukan terhadap anak-anak perempuan dan laki-laki di pedesaan. Jika tidak ada sekolah di desa, banyak keluarga yang tidak memperbolehkan anak-anak perempuan untuk pergi ke sekolah di desa-desa atau kota-kota lain.
Foto: yavari.ir
Melewati medan berat
Sungainya deras sekali. Bukan hanya ruang kelasnya yang sudah tidak kondusif lagi digunakan anak-anak untuk belajar. Anak-anak di provinsi ini juga dihadapkan situasi tidak mudah, dalam menempuh rute perjalanan ke sekolah mereka. Marabahaya selalu mengintai.
Foto: yavari.ir
Orangtua turun tangan
Perjalanannya benar-benar berbahaya. Ada beberapa orangtua yang mendampingi anak-anak sebrangi arus sungai. Untuk bisa mencapai sekolah, anak-anak harus melewati perjalanan yang tidak mudah, dan kadang berbahaya, seperti tampak dalam foto ini.
Foto: yavari.ir
Jauh dari standar
Rata-rata ruang kelas yang dipakai siswa di Iran jauh lebih rendah dari standar pendidikan, baik dari segi ukuran kelas maupun jumlah siswa. Hal ini terimbas pada kurangnya konsentrasi siswa di kelas.
Foto: yavari.ir
Tak ada kelas? Tak masalah
Mungkin miris bagi orang dewasa melihat ini. Namun bagi anak-anak kecil yang ceria ini, kurangnya ruang kelas membuat mereka kreatif, untuk belajar di ruang terbuka.
Foto: yavari.ir
Beratap langit
Beratapkan langit mereka menyimak ilmu yang dipaparkan oleh guru mereka. Ini menjadi solusi dalam mengatasi kurangnya ruang belajar di Iran.
Foto: yavari.ir
Sekolah alam
Di luar ruang kelas, mereka bisa berdekatan dengan alam dan mempelajarinya secara langsung. Seperti yang tengah dilakukan oleh murid-murid cilik ini.
Foto: yavari.ir
Putus sekolah
Sistan-Baluchestan di Iran merupakan salah satu provinsi yang menghadapi masalah tingginya angka anak putus sekolah. Provinsi ini terletak di bagian tenggara Iran, berbatasan dengan Pakistan dan Afghanistan. Inilah suasana salah satu ruang kelas di sebuah desa di provinsi ini.
Foto: yavari.ir
Hampir rubuh
Di provinsi Sistan dan Baluchestan saja sekitar enam ribu ruang kelas yang digunakan dalam kegiatan belajar – mengajar terus mengalami kehancuran.
Foto: yavari.ir
Tantangannya sungai
Hopla... Dengan lompatan yang cermat, siswa dapat melewati rintangan bahaya ini. Di bawahnya arus sungai yang deras dan berbatu bisa menjadi 'momok' apabila mereka salah perhitungan ketika melompat.
Foto: yavari.ir
Bantuan orang dewasa
Seorang pria tampak membantu siswa-siswi cilik ini menyeberangi derasnya arus sungai.
Foto: yavari.ir
Saling bantu
Semangat gotong royong terpupuk sejak dini. Seorang anak tampak membantu kawannya untuk memanjat medan yang sulit ini.
Foto: yavari.ir
Banyak siswa, kurang ruang
Muridnya banyak, ruang kelasnya kurang. Sang guru tidak kehilangan akal, membawa murid-muridnya ke alam, untuk belajar, senam dan aktivitas lainnya.
Foto: yavari.ir
Tapi bagaimana jika musim dingin?
Di musim dingin tentu saja situasi jauh lebih sulit. Dinginnya temperatur tetap tak menyurutkan minta mereka menuntut ilmu setinggi langit. Ed Ghahari K. (ap/vlz)
Foto: yavari.ir
15 foto1 | 15
Bila itu saja tak diberikan kesempatan untuk berkembang? Bagaimana kita mau teruskan? Pertama, kebijaksanaan presiden tahun 1980 bahwa kita harus memanfaatkan produk dalam negeri ditarik! Beban pengiriman mahasiswa untuk beasiswa dibebankan kepada perusahaan! Bagaimana itu? Dalam dua atau tiga tahun yang akan datang sampai ke mana? Tidak sesuai rencana. 40 ribu orang dalam dirgantara mempersiapkan pesawat komersil bukan pesawat militer, hasilnya mana? Nol! Kembali seperti tahun 1950-an? Apa itu reformasi? Apa itu benar? Tanya dong pakai otaknya sendiri! Ini tak boleh terulang lagi di bumi Indonesia.
8 Hal yang Harus Dilakukan Anak-anak Sendiri Sebelum Masuk SMP
Bagaimana anak-anak bisa tumbuh dewasa sebagai manusia kompeten, jika orangtua selalu melakukan segalanya untuk anak yang berangkat remaja.
Foto: Public Domain
1. Bangun pagi tanpa perlu dibangunkan
Inilah saatnya membiarkan jam alarm melakukan tugasnya. Mereka harus belajar bertanggung jawab untuk bangun sendiri sendiri ketika mulai sekolah menengah, agar tak terlambat. Belajar menjadi orang dewasa yang berdisiplin dan menghargai waktu.
Foto: Fotolia/photonetworkde
2. Menyiapkan sarapan sendiri.
Orang tua kadang memastikan ada makanan di rumah sehingga mereka bisa makan sarapan. Tiba saatnya mereka mulai menyiapkan sarapannya sendiri sesuai dengan selera dan kreasinya sendiri.
Foto: Fotolia/okinawakasawa
3. Mengerjakan PR sendiri
Ketakutan orangtua biasanya, sang anak lupa atau salah dalam mengerjakan tugas dari sekolah yang dibawa pulang atau PR. Namun kini sudah saatnya mereka mengerjakannya. Setelahnya mereka boleh meminta orangtua untuk mengecek saja. Mereka perlu tahu bagaimana melakukannya tanpa intervensi Anda.
Foto: Imago/Jochen Tack
4. Mengepak barang-barang sendiri untuk sekolah
Buku, ponsel, kunci tertinggal, seragam belum dicuci..... Bukan tugas Anda lagi sebagai orangtua yang terus-menerus bawel mengingatkan. Mereka harus belajar untuk tahu konsekuensinya, tanpa harus mengandalkan orangtua mengingatkan benda-benda tersebut. Lupa sesuatu? Rasakan rasa sakit itu.
Foto: picture-alliance/dpa/J. Stratenschulte
5. Rencanakan dan kerjakan proyek sekolah sendiri
Proyek sekolah tidak diberikan malam hari sebelum jatuh tempo. Karena itu, jangan ambil alih tugas sekolah pada menit terakhir agar proyek selesai. Mereka harus belajar membuat perencanaan yang matang. Satu-satunya hal yang bisa Anda lakukan, dalam obrolan mingguan, tanya tentang proyek sekolah apa yang akan atau tengah digarap.
Foto: Fotolia/Spectral-Design
6. Mencuci baju sendiri
Seorang remaja harus diingatkan, bahwa orangtua bukanlah pelayan mereka. Dalam usia beranjak remaja, mereka mampu mengatasi keseluruhan proses binatu, mulai dari mencuci dan melipat atau menyeterika.
Foto: Dron/Fotolia
7. Menyelesaikan persoalan dengan guru atau pelatih
Jika anak punya masalah dengan guru atau pelatih, dia harus mempertanggungjawabkannya. Tidak disarankan orang tua ikut campur permasalahan di antara figur otoritas dan anak. Orangtua cukup perlu tahu. Anak perlu belajar bagaimana menangani masalahnya sendiri atau setidaknya meminta Anda untuk membantu mereka.
Foto: picture-alliance/dpa
8. bertanggung jawab dalam urusan sekolah
Orangtua memang perlu mengobrol soal proyek sekolah dan PR, tapi diharapkan anak-anak tersebut menyadarai bahwa itu adalah tanggung jawab mereka sepenuhnya. Dengan demikian orangtua juga belajar menghargai kemampuan anak itu sendiri. Yang tetap harus dilakukan adalah mengamati perkembangan nilai dan berbicara tentang situasi di sekolah, tanpa perlu ikut campur berlebihan. (Ed: ap/hp/redtri)
Foto: Public domain
8 foto1 | 8
Apakah teknologi dirgantara, pada masa ke depan masih bisa ada harapan untuk dikembangkan lagi?
Kalau kita bisa bisa hidup tanpa produk dirgantara, masa bodoh. Tapi kita sangat tergantung pada produk dirgantara. Bisakah Anda bayangkan dalam wilayah maritim dari Sabang sampai Merauke naik mobil? Butuh pesawat terbang. Karena itu pertumbuhan dari penumpang udara, 20 persen tiap tahun dalam rata-ratanya dalam sepuluh tahun naik terus. Itu alasanya kenapa kita ingin membuat pesawat komersil, N250 untuk 70-100 penumpang dan lainnya dimatikan semua. Sekarang kita impor dari negara lain.
Perbedaan Kondisi Belajar di Dunia
Ruang kelas yang Anda kenal mungkin meja dan bangku dengan papan tulis di bagian depan. Tapi ini bukan gambaran ruang kelas di belahan dunia yang lain. Simak galeri foto berikut...
Foto: picture-alliance/dpa
Standar Ruang Kelas
Guru menulis dengan kapur di papan tulis. Ini hampir sama di setiap negara. Tetapi ruangannya berbeda-beda. Ada yang duduk di lantai, di luar, atau bahkan menggunakan laptop.
Foto: AP
Buku Digital
Korea Selatan sangat bergantung pada media digital dalam pendidikan. Komputer dan internet ditemukan di setiap ruang kelas. Pemerintah juga berencana untuk mengganti semua buku pelajaran dengan ebook. Anak-anak dari keluarga tak mampu memperoleh tablet secara gratis.
Foto: AP
Sulitnya Sekolah di Pedesaan
Ruang kelas ini hanya dilengkapi papan tulis dan bangku kayu. Di Ghana, di atas kertas pelajar diwajibkan bersekolah selama sembilan tahun. Tapi banyak anak-anak di pedesaan yang seringnya tidak bisa berbicara bahasa resmi sekolah, yakni Inggris.
Foto: Fotolia/Living Legend
Belajar Menulis dengan TouchPad
Para pelajar di sekolah Jerman ini tidak menggunakan pinsil dan buku tulis, melainkan smartboard dan netbook. Tujuannya adalah mempromosikan interaksi digital dan memperkuat kompetensi media diantara para murid.
Foto: AP
Pendidikan Dini di Negara Industri
Di negara-negara industri, bersekolah tidak hanya berarti memperoleh pendidikan dasar. Di Iowa, AS, anak-anak empat tahun ini mendengarnya gurunya secara seksama. 70 persen anak-anak dari negara berpemasukan tinggi sudah memulai pendidikan dini sebelum masuk sekolah dasar. Di negara berpemasukan rendah, hanya 3 dari setiap 2 anak yang pergi ke pre-school.
Foto: AP
Kalau Kurang Dana
Di Kenya, anak-anak bisa bersekolah secara gratis selama delapan tahun. Tpi banyak yang putus sekolah. Kebutuhan akan seragam sekolah, sepatu, buku, dan alat tulis, terlalu mahal bagi kebanyakan orangtua. Ruang kelas sekolah-sekolah negeri berada dalam kondisi menyedihkan dan kelebihan murid. Tidak bisa menjadi tempt belajar yang ideal. Mereka yang mampu mengirimkan anaknya ke sekolah swasta.
Foto: DW/J.Bruck
Belajar di Alam Terbuka
Kalau tidak ada gedung sekolah, belajar pun bisa diimprovisasi. Seperti di Pakistan (foto), anak-anak belajar di taman. Pemerintah Pakistan mengurangi anggaran pendidikan dan menginvestasi lebih banyak uang untuk militer. Para murid yang menjadi korban.
Foto: AP
Berusaha Memperoleh Pendidikan Dasar
Di Afghanistan, jumlah besar populasi tumbuh besar tanpa akses ke pendidikan akibat perang dan era Taliban. Hanya satu dari setiap empat perempuan bisa membaca dan menulis, dan hanya 52 persen pria yang terpelajar. Tidak ada cukup banyak sekolah di Afghanistan. Baik guru maupun materi pembelajaran tidak mencukupi.
Foto: picture-alliance/dpa
Perempuan Yang Kalah
Di Sudan Selatan situasinya mirip. Hanya 16 persen perempuan yang bisa membaca dan menulis. Memberi pendidikan bagi anak perempuan menjadi tujuan utama bagi organisasi-organisasi bantuan asing.
Foto: dapd
Kesenjangan Besar
Murid di pedesaan Brasil seringnya harus belajar di sekolah yang kurang perlengkapannya. Seperti pada foto ini di Monte Alegre. Walau Brasil dianggap sebagai negara industri yang kokoh, kesenjangan antara kaya dan miskin semakin besar. Beberapa warga termiskin di Brasil adalah komunitas petani di wilayah timurlaut.
Foto: picture-alliance/dpa
10 foto1 | 10
Nah, satu kilo pesawat terbang berapa puluhan ribu beras yang kita buat. Oh jangan katakan, 'Kita butuh dana untuk ini semua, lebih baik untuk agro industri,' kalau terlaksana saya setuju, tapi kan ternyata tidak bisa. Banyak saudara kita di pedesaan tidak bisa maju. Agro industri tak bisa memberikan lapangan kerja. Dia kemana? Ke kota. Namun kota pun tak bisa memberikan lapangan kerja. Akhirnya mereka lari ke Timur tengah. Industri yang harus dikembangkan di Indonesia adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan perhubungan dan telekomunikasi.
*BJ Habibie membuka acara Global Media Forum (GMF) di Bonn tahun 2012 memenuhi undangan khusus Deutsche Welle.
Asrama Super Mewah Untuk Mahasiswa Super Cerdas
Asrama mahasiwa di Bayern, Jerman ini super mewah. Penghuninya cuma sekitar 50 orang. Di sini mereka tak perlu masak atau cuci pakaian sendiri. Hanya saja, harus super cerdas jika ingin tinggal di sini.
Foto: Bayerischer Landtag
Sudah Mewah, Gratis Pula
Tak perlu keluar uang sepeser pun, modalnya cuma kecerdasan spektakuler jika mau tinggal di asrama mewah Maximilianeum di Bayern, Jerman. Para mahasiswa ini juga tak perlu pusing mencari pekerjaan paruh waktu di sela-sela masa studi mereka, karena semua kebutuhannya dicukupi yayasan Maximilianeum.
Foto: Bayerischer Landtag
Semua Fasilitas Dipenuhi
Di asrama ini, ada karyawan yang siap sedia memasak, membersihkan kamar-kamar dan bahkan mencucikan pakaian mereka. Sewa kamar gratis, makanpun gratis. Tiga kali sehari, setiap harinya, tersedia lengkap mulai dari makanan pembuka, menu utama dan makanan penutup. Yang penting mahasiswa-mahasiswi di sini benar-benar konsentrasi belajar dan merasa nyaman.
Foto: picture-alliance/dpa/F. Leonhardt
Hanya Segelintir yang Diterima
Yayasan Akademik Maximilianeum-lah yang membiayai mereka sepenuhnya agar mahasiswa berbakat itu bisa berkonsentrasi penuh hanya pada studinya. Yayasan ini digagas Maximilian II dari Bayern. Raja dari Bayern itu ingin menyediakan layanan bagi warga sipil, dengan memberi fasilitas studi gratis pada mahasiwa-mahasiswa paling berbakat. Per tahun hanya ada 5-7 anak yang bisa mendapat beasiswa ini.
Foto: Bayerischer Landtag
Nilai Harus Sempurna
Untuk bisa bergabung, calon mahasiswa harus memiliki nilai sempurna, ketika lulus dari pendidikan setara sekolah menengah di Jerman dan mendapatkan rekomendasi dari sekolah. Susanne Zwirlein dan Clara Freißmuth merupakan di antara para mahasiswa yang menerima beasiswa ini.
Foto: Gerhard Brack
Lolos dari Ujian Sulit
Mereka juga harus lolos dari dua tahap ujian yang diadakan Departemen Kebudayaan. Mereka harus menunjukkan dapat melakukan lebih dari sekedar punya nilai ujian yang bagus, ujar Hanspeter Beißer, dewan kehormatan yayasan.
Foto: Gerhard Brack
Kantor Parlemen
Sekilas seperti asrama normal di Jerman. Tapi tepat di atas kamar-kamar tidur mahasiswa adalah kantor parlemen. Terdapat pintu di lorong yang mengarah langsung ke gedung parlemen. Mahasiswa dapat menghadiri sidang parlemen, beberapa orang lainnya bahkan bisa magang di parlemen. Pada musim panas, mahasiswa dan politisi bergabung dalam acara santai, memanggang makanan di halaman.
Foto: Bayerischer Landtag
Perpustakaan
Perpustakaan yang bisa dimanfaatkan mahasiswa penerima beasiswa ini cukup lengkap. Tapi tentu mahasiswa ini tak melulu harus belajar, mereka juga bebas bermain dan berkegiatan. Di aula, disediakan piano bagi yang hoby musik. Lalu ada kegiatan bersama seperti menari dan kelas bahasa serta rekreasi.