Perekam suara kokpit (Cockpit Voice Recorder, CVR) AirAsia sudah diangkat dan dibawa ke Jakarta. Basarnas juga menyatakan sudah menemukan main body di dasar laut, sekitar 1,7 mil laut dari posisi ekor pesawat.
Iklan
Tim penyelam Badan SAR Nasional (Basarnas) akhirnya berhasil mengangkat perekam suara kokpit (VCR) dari dasar laut pada kedalaman sekitar 30 meter. Demikian disampaikan Koordinator Tim Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan, Tonny Budiono di Jakarta hari Selasa (13/02).
"Ini kabar baik bagi para investigator yang ingin mengungkapkan apa penyebab pesawat itu jatuh", ujar Tonny Budiono.
Pihak Basarnas menyatakan, tim pencari juga sudah menemukan bagian utama pesawat (main body). Diperkirakan masih banyak jenazah korban di dalam badan pesawat itu.
"Main body (posisinya) dekor pesawat arah timur lautnya. Sekitar 1,7 mil laut," kata Direktur Operasional Basarnas, Marsma SB Supriyadi di posko gabungan di Lanud Iskandar, Pangkalanbun, Kalimantan Tengah.
Menurut rencana, tim SAR gabungan akan mengangkat main body ini dengan balon pengapung sama seperti saat mengevakuasi ekor pesawat.
Perlu waktu lama
Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menyatakan akan segera memulai proses pembacaan kotak hitam, yang terdiri dari perekam data penerbangan (Flight Data Recorder, FDR) dan perekam suara kokpit (Cockpit Voice Recorder, CVR). Pembacaan dan analisa data kedua bagian kotak hitam milik AirAsia QZ 8501 itu akan dimulai setelah pengunduhan data dirampungkan tim investigasi.
Black Box AirAsia QZ 8501 Ditemukan
Setelah pencarian selama 16 hari, tim penyelam Basarnas berhasil menemukan kotak hitam AirAsia QZ 8501. Pesawat tipe Airbus A320-200 itu jatuh ke Laut Jawa 28 Desember 2014 dalam penerbangan dari Surabaya ke Singapura.
Foto: Reuters/Darren Whiteside
Main Body AirAsia QZ 8501 ditemukan
Pihak Basarnas menyatakan, tim pencari sudah menemukan bagian utama pesawat (main body). Diperkirakan masih banyak jenazah korban di dalam badan pesawat itu. Posisinya sekitar 1,7 mil laut dari lokasi ekor pesawat, kata Direktur Operasional Basarnas, Marsma SB Supriyadi di Pangkalanbun, Kalimantan Tengah.
Foto: picture-alliance/Photoshot
Flight Data Recorder (FDR) diangkat
Flight data recorder (FDR) pesawat AirAsia QZ 8501 berhasil diangkat oleh tim penyelam ke atas kapal hari Senin, 12 Januari 2015. Alat ini merekam data.data penerbangan terakhir pesawat tipe Airbus A320-200 itu, yang jatuh ke dasar laut dalam penerbangan dari Surabaya ke Singapura.
Foto: Reuters/Darren Whiteside
Kehilangan kontak di tengah laut
Pesawat AirAsia QZ 8501 kehilangan kontak dengan menara pengawas sekitar 40 menit setelah lepas landas dari bandara Juanda, Surabaya, 28 Desember 2014. Sebelumnya, pilot sempat meminta ijin untuk naik ke ketinggian 28 ribu kaki guna menghindari cuaca buruk.
Foto: Reuters/Darren Whiteside
Dibawa ke Pelabuhan Kumai
Bagian ekor AirAsia QZ 8501 dibawa ke Pelabuhan Kumai, dekat Pangkalanbun, Kalimantan Tengah. Tim penyelam berusaha menemukan kotak hitam yang sudah didteksi lokasinya lewat sinyal ping. Tapi Basarnas menegaskan, prioritas utama adalah mengevakuasi korban.
Foto: REUTERS/Darren Whiteside
Bagian ekor AirAsia diangkat
Bagian ekor pesawat akhirnya berhasil diangkat ke kapal Crest Onyx 11 Januari 2015, setelah upaya itu tertunda beberapa hari karena gangguan cuaca buruk. Tapi black box pesawat tidak ditemukan pada bagian ini.
Foto: Reuters/Darren Whiteside
Diangkat dengan balon pengapung
Bagian ekor AirAsia berhasil diangkat dari dasar laut dengan menggunakan balon gas pengapung khusus. Kerja keras rim penyelam Basarnas akhirnya berhasil menemukan lokasi ekor pesawat dan melakukan pengapungan.
Foto: Reuters/A. Berry
Cuaca buruk hambatan utama
Gangguan cuaca buruk menjadi hambatan utama proses evakuasi korban dan potongan badan pesawat yang ada di dasar laut. Ombak besar dan jarak pandang sangat rendah di bawah air membuat upaya evakuasi tertunda beberapa kali.
Foto: picture-alliance/dpa/A. Berry
Gambar pertama ekor AirAsia
Basarnas pertama kali merilis foto ekor pesawat di dasar laut 7 Januari 2015. Tapi tim penyelanm tidak menemukan kotak hitam yang dicari-cari. Kapal pencari kemudian menerima sinyal ping dari kotak hitam beberapa ratus meter dari lokasi ekor pesawat.
Foto: picture-alliance/Zuma Press/Xinhua
Kotak hitam diharap bisa menjelaskan musibah
Kotak hitam terdiri dari dua alat rekam, yaitu perekam data penerbangan, Flight Data Recorder (FDR), dan perekam suara kokpit, Cockpit Voice Recorder (VCR). Gambar ini menunjukkan kotak hitam pesawat Asiana Airlines 214 yang jatuh di bandara San Fransisco 7 Juli 2013 saat akan mendarat.
Foto: picture alliance/AP Images
9 foto1 | 9
"Seminggu ke depan baru download data. Mungkin ada yang membuat transkripsi tentang ucapan-ucapan yang ada di kokpit pesawat," kata Ketua Investigator Musibah QZ 8501 dari KNKT, Mardjono Siswosuwarno.
Ia selanjutnya mengatakan, proses penyelidikan kotak hitam dan pembuatan grafik data hasil transkrip adalah tahap yang membutuhkan waktu lama.
Libatkan investigator Singapura dan Perancis
"Yang paling lama membuat grafik data-data penerbangan dengan ratusan parameter penerbangan", ujar Mardjono Siswosuwarno.
KNKT akan melibatkan tim ahli dari Singapura dan Perancis dalam analisa data-data black box AirAsia.
Santoso Sayogo, anggota tim investigasi AirAsia KNKT menyatakan, ada sekitar 1200 parameter yang terekam oleh Flight Data Recorder. Selanjutnya ia menerangkan, proses investigasi kotak hitam bisa berlangsung dua bulan sampai lebih dari satu tahun.